"Apa aku salah Hao? Jawab aku, jangan diam saja" Mingyu.
Minghao masih mematung. Namun bibirnya mulai berucap.
"I..ya" Minghao.
Minghao tidak berani berbalik bahkan bergerak sedikitpun. Namun ia bisa mendengar suara langkah kaki mendekat.
"Kenapa kau tidak pernah bilang padaku?" Mingyu.
Mingyu memegang pundak Hao.
"Kau pikir aku akan memusuhimu jika tau?" Mingyu.
Minghao masih mematung kala tangan itu memegang pundaknya. Wajahnya tidak berani diangkat.
"Sayangnya persahabatan kita lebih tinggi daripada cinta" Mingyu.
'Eh tunggu dulu' Batin Minghao.
Minghao mengangkat kepalanya sejajar dengan Mingyu.
"Tenang saja.. Aku akan tetap memilihmu daripada cinta" Mingyu.
'Hah ada yang salah disini' Batin Minghao.
"Kenapa kau tidak pernah cerita padaku" Mingyu.
"Kalau begitu kan kita bisa bersaing dengan sehat.." Mingyu.
'Tidak benar..' Batin Minghao.
'..Aku tidak mencintai..'
"..Untuk mendapatkan.." Mingyu.
"Irene" Mingyu.
Namun entah mengapa semua sanggahan itu hanya bisa dikatakan di kepala Minghao. Dia tidak berani mengeluarkan semua itu.
Bahkan saat sahabatnya itu memeluknya meminta damai, dia hanya bisa diam mematung dengan matanya yang sayu.
'Semustahil itu kah mencintai sahabatmu sendiri?'
__..__
"Ayo ke tempatku. Aku dapat game menyenangkan, kita harus rayakan hari ini" Mingyu.
Minghao yang ditarik hanya mengikuti segala pergerakan Mingyu.
"Naiklah" Mingyu.
Minghao naik ke motor Mingyu dan bersama mereka menuju kediaman Mingyu.
Minghao duduk di sofa kesayangannya sedangkan Mingyu hanya mondar-mandir di dapur.
Tak lupa juga ia menyalakan PS sebagai persiapan.
Minghao memegang stik begitupun Mingyu.
Karena terlalu sunyi, Mingyu pun membuka obrolan.
"Sudah berapa lama kau menyukainya?" Mingyu.
Tanyanya sambil mengambil snak diatas meja dan memasukannya ke mulut.
"Jawab saja Hao, aku ini sahabatmu" Bujuk Mingyu.
Alhasil untuk membuat hidupnya sedikit lebih damai, Minghao pun menjawab.
"Semenjak pertama bertemu" Minghao.
"Ahh.. Berarti saat kau menertawakanku di kelas" Mingyu.
"Tidak kusangka kau tertawa karena cemburu" sambung Mingyu.
Keadaan kembali hening. Hingga Mingyu kembali bertanya.
"Apa yang membuatmu menyukainya?" Mingyu.
"Bukankah dia begitu manis? Mirip seperti gulali" sambung Mingyu.
"Mangga" Minghao.
"Hah.." Mingyu terkejut.
"Maksudmu dia semanis buah mangga?" Mingyu.
Sedaritadi Mingyu hanya asik bertanya. Tanpa memerhatikan pria kurus disebelah hanya sibuk menatapnya. Walau tatapan sendu, namun terlihat ketulusan yang dipendam.
"Hmm" Minghao.
"Selain itu?" Mingyu.
"Vanilla ice cream" Minghao.
"Ayolahhh.. apa kau lapar? kenapa tidak kau sebutkan secara spesifik" Mingyu.
Minghao hanya tersenyum dan kembali menatap layar.
'Kau tidak akan pernah paham yang kumaksud adalah dirimu' Batin Minghao.
"Menurutmu, hal apa ya yang Irene suka?" Mingyu.
"Entah. Tanyakan saja langsung" Minghao.
"Kau tidak penasaran?" Mingyu.
"Aku tau apa yang dia sukai" Minghao.
"Benarkah? apa itu" Mingyu.
Bukannya menjawab Minghao hanya lanjut bicara.
"Tapi aku memilih tidak memberikannya" Minghao.
"Aku mau, aku yang dia suka" Sambung Minghao.
"Ah bilang aja kau tidak mau memberitahuku" Mingyu.
"Bukankah ini bersaing dengan sehat?" Minghao.
"Kau dengan caramu dan aku dengan caraku" Minghao.
Mendengar itu entah mengapa jantung Mingyu berdebar kencang. Dengan senyum jailnya dia menajwab.
"Baiklah, kita lihat saja siapa yang akan dia pilih.. kamu atau aku" Mingyu.
Setelah itu keduanya bermain hingga malam. Mingyu yang tengah terbaring pulas di sofa segera merasa kedinginan. Dengan penuh kasih, Minghao menutupnya dengan selimut.
"Bodoh.." Minghao.
"..Kau bahkan tidak mengingat mangga dan es krim vanila.." sambung Minghao.
"..Hanya karena sebuah gulali"
__..__
KAMU SEDANG MEMBACA
KUBUS || GyuHao
RomanceModerator mulai membaca kisah.. Para pemeran telah bersiap dibalik panggung.. Cahaya dalam ruangan itu diredupkan.. Mingyu : "Jangan berani ambil Shinta dari Parka, sekalipun lo Arya, gue bakal mukul lo sampai mati" Minghao : "Bagaimana jika selama...