astrophile

46 17 40
                                    

"sama halnya seperti langit, kamu selalu indah dimataku"

.
.
.

tak ada balasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tak ada balasan. namun,

"Al, di bawah!"

"woii!!!"

"gue di bawah!!!"

sayup sayup Alora mendengar teriakan seseorang, ia melihat kebawah lewat jendela kamar yang berada di lantai dua rumahnya. terdapat Raksa yang memakai Hoodie hitam melambaikan tangannya dan, jangan lupa senyuman lebar yang selalu ia berikan kepada Alora.

tak sadar, gadis itu pun ikut tersenyum dan segera beranjak turun untuk menemui Raksa yang menunggunya di bawah.

"mau kemana?"

"jalan-jalan aja ke taman dekat komplek. gak papa kan?"

"gas aja" kata Raksa sambil menggenggam salah satu tangan Alora untuk di masukan ke Hoodie yang ia pakai.

"kenapa?" tanya Raksa,

"hm?" Alora mengangkat kedua alis nya seolah bertanya 'apa?'

"kenapa pengen ketemu?"

"pengen aja, Sa. gak boleh?"

"boleh, tapi udah malem lho,"

"iya, tau. tenang kan kalo malem kaya gini? gak rame, gak bikin capek" jawab Alora.

"gak takut kalo gue apa apain emang?" Raksa mengangkat salah satu alisnya.

"berani?"

"berani lah," pede Raksa

"nanti aku teriak satu RT biar kamu di keroyok sama warga"

"hahaha, gue bercanda Al. mana berani gue sama lo"

mereka sampai di kursi panjang yang berada di taman, Raksa mengajak Alora duduk dan mendongak menatap langit dalam diam.

"gelap dan cahaya mengajarkan kita bahwa setiap masalah akan ada titik terang nya"

"jadi, What is your problem?" tanya Raksa. kali ini tatapan nya fokus kepada Alora yang diam di sampingnya sambil menatap jalanan sepi di hadapan nya.

tak menjawab. namun, setetes air keluar dari sepasang manik hazel yang masih tetap fokus menatap sepinya jalan yang ada di depannya.

"you're just sad right?" tanya Raksa

"sad? I don't feel anything anymore after what happened" jawab Alora dengan pelan.

"menatap langit adalah salah satu cara menenangkan hati yang sedang kacau." ucap Raksa,

Alora mengalihkan tatapan nya yang tadi menatap jalanan kini memusatkan kepada Raksa yang mendongak menatatap langit.

gadis itu dengan pelan ikut mendongak, menatap indahnya langit yang berwarna hitam saat malam hari

"ini lebih indah daripada saat cerah menghiasinya." kata Alora.

"langit memang indah,"

"menikmati keindahan langit adalah satu cara yang dapat di lakukan untuk menenangkan diri, ketika dunia menganggap kita berbeda. jadi, it's okay. Do not be sad. not our desire to be different. we just need to live with it up."

"tapi aku lebih suka malam dan ketenangan nya"

"kenapa?" tanya Raksa

"kalo malam bisa ketemu kamu. kamu sibuk terus kalo siang, sampai chat aku gak pernah di bales. kenapa sih?"

"gue sibuk Al" singkat Raksa.

"udah jam setengah satu, besok lo sekolah kan? ayo pulang. lo harus tidur" kata Raksa setelah matanya tak sengaja melihat jam yang ada di pergelangan tangan nya.

"mama lo ada di rumah?"

"ya ada sih, mau ketemu? besok aja. udah tidur dia" kata Raksa.

"besok malam?"

"iya,"

"kenapa gak siang aja?"

"gue sibuk astagaa, lo juga suka malam hari kan, katanya tenang. mama kalo siang juga gak ada di rumah."

"hahaha... iya tau,"

"ya udah, ayo!!" ajak Alora sambil beranjak berdiri.

cowok itu mengikuti langkah Alora dari belakang. entah apa yang di pikirkan nya, tatapan matanya sangat sendu seolah menggambarkan kesedihan yang tak ada ujungnya.

"sebegitu kesepiannya lo, sampe cuman gue yang lo jadiin tempat cerita?" batin Raksa.

sadar atau tidak Alora, gadis itu hanya bisa bawel hanya kepada Raksa. cowok tinggi berambut ash grey dengan senyum lebar yang setiap kali menatap Alora.

"ayo Sa!!" teriak Alora saat merasa Raksa ketinggalan jauh di belakangnya.

"pelan woi!!!" canda Raksa

"kamu aja yang lama."

tak lama sampailah mereka di halaman rumah Alora, gadis itu berbalik menatap raksa yang ada di belakangnya.

"terimakasih ya Raksa, udah mau nemenin Alora. Alora gak punya siapa siapa selain Raksa." kata Alora tersenyum. namun, sepasang manik hazel tak berhenti mengeluarkan air mata.

cowok itu tersenyum, mendekat ke arah Alora

"mau peluk?" tanya Raksa

gadis itu menggangguk. berjalan ke arah raksa sambil mengusap air mata nya.

"nangis terus, suka banget ya?" tanya Raksa sambil mengelus punggung Alora yang ada di dekapannya.

"soalnya kalo nangis di peluk Raksa, hehe" kata Alora sambil terkekeh.

"astaga... pengen banget ku jadiin pacar" celetuk Raksa

"mau jadi cewek gue gak?"

"mau"

"tapi sorry Al. gue ada di hidup lo cuman buat jadi temen lo, bukan kekasih." ucap Raksa pelan yang membuat Alora di dekapannya kembali meneteskan air mata. gadis itu mengeratkan pelukan nya.

"gak papa, gue bakalan selalu ada buat Lo kok" kata Raksa mencoba menghibur Alora.

gadis itu melepaskan pelukan nya, mendongak menatap Raksa yang lagi-lagi tersenyum.

"janji?"

"iya, janji,"

"udah sana masuk, udah jam satu lebih lho Al"

"iya iya, Raksa cerewet. aku masuk dulu ya" pamit Alora, sedangkan Raksa hanya menganggukkan kepalanya

Alora berbalik berjalan menuju pintu rumahnya, dan masuk. untuk segera tidur.


tbc....

segini dulu guys hehe, bye bye❤️❤️

stuck in something that isn't realTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang