"Kak Gal harusnya nanya gue mau ke perpustakaan yang mana, gue kan cuman mau ke perpustakaan yang ada dirumah. Kalo keluar gue juga mager." Monolognya mencari buku di bagian 'Thriller'.
"Seinget gue ayah sama bunda naro data soal pekerjaan terakhir yang mereka lakuin disini. Catatan kerja ayah dan bunda." Ucap Freya.
Langkahnya terhenti saat menemukan buku berjudul 'Kemunculan Raja Vampir' dan 'Eksorsisme Terakhir Rachel dan Federick'.
"I-ini? Kenapa catatan kerja mereka nyatu sama kemunculan raja vampir?" Batin Freya mengambil dua buku yang menyatu itu.
Halaman pertama dia buka. Pada bagian catatan kerja orangtuanya.
Tahun 2012
Tahun ini tiba-tiba saja aku menemukan sebuah peninggalan milik nenekku. Catatan kerja tahun 1889 miliknya.
Catatan dimana nenek menuliskan sebuah peristiwa dimana vampir tiba-tiba saja menunjukkan dirinya.
Awalnya aku dan Federick berpikir bahwa itu hanyalah sebuah kesalahan dalam penelitian mereka.
Namun, pada peringatan hari lahir dua putriku yang ke empat tahun, aku dan suamiku malah berhadapan langsung dengannya.
Dan malam ini. Aku dan Federick memutuskan untuk melakukan penyegelan. Dengan bantuan Galvin putra kami.
Galvin putra kami yang berusia sembilan tahun. Salah satu anak kami yang memiliki kekuatan eksorsisme yang lebih kuat dari yang lain.
Malam ini kami akan beraksi...
"Se-serius? Gak gak mungkin, kakak pernah berurusan sama vampir?" Batin Freya tidak percaya.
Freya membuka halaman selanjutnya.
2012-22-September
Gue Galvin Garcia malam tadi gue telah melakukan hal tersulit yang ayah dan bunda gue minta.
Mungkin harusnya gue nolak kemauan mereka buat berkorban demi ngurung raja vampir sialan itu!
"Jangan bilang... ayah, bunda meninggal karena..." Monolognya kembali membaca buku tersebut.
Cara untuk menyegel vampir yang bunda dan ayah lakukan; mengorbankan seorang pemilik darah istimewa. Sebenernya darah bunda dan ayah memang istimewa kalau mereka darah mereka bersatu.
Iya, mereka berkorban dan siapkan darah mereka, tapi mereka gak pernah bilang kalau mereka akan gunakan jiwa mereka untuk menyegel raja vampir sialan itu!
Gue agak sedikit kecewa dengan apa yang terjadi... dengan penuh keberanian ambil darah mereka dan baca mantra yang mereka ajarin.
"Kok cuman setengah sih? Gue yakin masih ada sambungan dari," monolognya kembali membuka halaman berikutnya dan berhenti pada halaman yang berisi sebuah tulisan bercetak tebal.
Hanya Freya dan Friska yang bisa benar-benar memusnahkan para vampir itu...
o0o
Galvin menutup pintu setelah mengantar teman-temannya sampai gerbang.
"Astaga! Lo kenapa? Liatin gue gitu amat." Ucap Galvin terkejut melihat Freya yang menatapnya tajam.
Freya melempar buku yang dia baca tadi kerasa meja dengan kasar. "Apa ini?" tanya Freya.
Galvin bungkam melihat buku yang selama ini dia coba sembunyikan dari dua adik kembarnya malah ditemukan oleh adiknya Freya.
"Cepat atau lambat mereka harus tau tujuan mereka dilahirkan Galvin, setelah itu semua barulah aku bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang." Ucap penunggu rumah mereka.
Galvin menghela nafas berat. "Gue bisa jelasin-"
"Apa? Lo mau bilang, lo nyembunyiin ini demi kebaikan gue dan kak Friska iya? Omong kosong!" Potong Freya.
"Kalau lo udah baca semua buku itu, artinya lo tau kalau ini semua terjadi karena keinginan ayah bunda kan?"
"Semua memang keinginan mereka kak, tapi gak ada sedikitpun isi buku ini yang menyebutkan kalau mereka minta lo untuk sembunyiin ini darI gue dan kak Friska!"
"Terus apa mau lo? Lo mau gue bilang kalau lo sama Friska dilahirkan untuk memusnahkan para vampir sialan itu?! Lo mau gue bilang ayah dan bunda minta gue jaga kalian untuk bersiap dengan kemungkinan kalau sebentar lagi para vampir itu mungkin muncul atau bahkan udah muncul? Lo mau gue bilang kalau lo sama Friska harus korbankan diri kalian untuk musnahkan mereka? Lo mau gue bilang itu semua?!" Tanya Galvin emosi.
"Maksud lo?" Tanya Freya, matanya mulai berkaca-kaca hingga darah segar mengalir dari hidung sebelah kanannya.
"Fre..." Lirih Galvin menyesal sudah mengatakan hal yang tidak seharusnya dia katakan.
Freya mengusap kasar hidungnya yang mengeluarkan darah. "Jawab gue kak, apa maksud ucapan lo tadi?" Tanya Freya dengan nada suara yang lemah.
Galvin menatap sendu adiknya yang terlihat kesakitan dengan darah yang masih mengalir dari hidungnya.
"Dek gue mohon jangan paksain diri lo!" Pinta Galvin mengambil kunci mobilnya. "Ikut gue sekarang, ya lo butuhin itu dokter, buka jawaban." Ucap Galvin menarik tangan Freya.
Freya tidak bergeming. Dia bahkan tidak melangkahkan kakinya sedikitpun. "Gue gak akan mau kerumah sakit sebelum lo jelasin maksud lo ke gue kak,"
"God! Freya ayolah! Ikut gue sekarang atau lo mau mati dan tinggalin kita semua?!" Bentak Galvin.
"Iya! Gue lebih baik mati dari mata terus dihianatin sama kalian! Kenapa kalian gak kasih tau apapun soal ini? Gue dan kak Friska juga anggota keluarga ini kan? Apa kita gak pake pantas untuk tau tentang rahasia ini? Apakah kalian gak anggap gue dan kak Friska sebagai adek kalian?" Ungkap Freya mengeluarkan semua keluh kesahnya.
"Oke! Sekarang lo denger ini. Bunda dan ayah mati-matian jagain lo dan Friska karena mereka tau kalo lo dan Friska bisa menyelamatkan dunia dimasa depan, salah kalo lo pikir mereka jahat karena gak mikirin tentang hidup lo dan Friska, mereka sangat-sangat memikirkan kalian, oleh karena itu kalian masih hidup sekarang." Galvin memutar bola matanya saat merasakan matanya yang terasa panas. "Kalau mereka gak peduli sama kalian... sekarang mungkin mereka yang ada disini... bukan kalian." Ucap Galvin menarik tangan Freya yang sedang mencerna semua ucapan Galvin.
"Sekarang sesuai janji lo, ikut gue kerumah sakit."
"Kak, apa yang mau lo lakuin sekarang? Akan kah lo lakuin apa yang emang harus lo lakuin... atau... lo biarin gue dan kak Friska hidup?" Tanya Freya.
Galvin diam tak menjawab. "Kalau lo mau lakukan tanggung jawab lo, lakuin aja. Gue juga udah gak mau hidup..." Sambung Freya.
Galvin merengkuh tubuh Freya mengeluarkan semua bulir air mata yang sudah dia pendam sejak tadi.
"Nggak... lo gak boleh bilang gitu Fre... dulu gue sempet nyalahin kalian itu bener, tapi sekarang gue gak mau lo ataupun Friska tinggalin gue." Galvin melepas pelukannya dan menatap lekat Freya. "Gue janji gue gak akan biarkan siapapun sakitin lo Freya... gue gak akan biarkan lo ataupun Friska tinggalin gue, kak Jev, kak Steve, Kai dan Theo, gue akan jauh kan semua yang mengancam kalian. Gue janji." Ucap Galvin.
"Akhirnya ketemu juga. Saya sempat khawatir tidak bisa menemukan kalian, tetapi ternyata cukup mudah menemukan kalian." Ucap seseorang yang memperhatikan mereka sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible
Fantasy"Kenapa harus ada yang namanya kematian? Padahal kalau semua orang di dunia ini bisa hidup selama yang mereka mau, mungkin itu lebih bagus." Ucap Friska menyayangkan. "Percuma hidup selama itu kalau lo gak bisa bersama sama orang yang lo suka..." "M...