Ini sudah hari kelima Kirana mendiami nya, Kala sudah tak tau bagaimana cara agar sang Bunda bisa bersikap seperti semula. Kala bahkan sudah merasa menjadi anak baik dan penurut karna tak lagi pulang larut.
Namun semua yang ia lakukan kini tampak sia-sia, Kirana tak juga kembali pada nya.
Lagi, Ia menghisap benda bernikotin itu. Menghembuskan asap nya keudara seolah hal itu bisa membuat nya tenang.
Tangan nya meremas rambut yang sudah nampak kusut, memijat kepala nya perlahan.
Kala begitu pening, di jauhi Kirana ternyata lebih berdampak parah ketimbang saat ia bertengkar dengan Lila.
Separuh dunia nya seakan hilang, rotasi di hidup Kala seperti berjalan tak sesuai jalur nya.
"Kal Udah, Lo ngisep udah lima batang dari tadi." Anggi meraih bungkus rokok milik Kala di atas meja, menyimpan nya di saku celana.
Kala tak merespon, gadis itu menatap Anggi sejenak. "Ntar malam ke club ya?"
"Ngapain anjir! Gak mau ya, terakir kali kita ke sana lo tepar!"
"Gue butuh ketenangan."
"Ibadah Kal! Nakal-nakal gini, Kalo ada masalah ya ke Tuhan. Bukan ke minuman."
Kala tertawa hambar, menepuk Bahu Anggi. "Tuhan itu gak adil kak, Tuhan cuma kasih rasa sakit ke gue. Trus lo masih nyuruh gue buat percaya kalo Tuhan itu ada?"
Sungguh, Kala benar-benar kehilangan Arah. Dan Anggi tak mengerti lagi bagimana harus menjelaskan nya.
"Nah ini yang salah, Lo terlalu beranggapan Kalo Tuhan itu gak ada. Kal, Setau gue lo temenan sama anak nya ustad deh. Bokap nya Lila kan agamis banget. Belajar gih. Biar pertemanan kalian ada manfaat nya!"
Kala tak lagi menanggapi, kembali menyesap rokok nya dalam diam. Hari ini hari Jumaat. Cafe tak terlalu ramai. Mungkin karna akhir bulan. Hal yang biasa di alami di F&B.
"Kala? Lo kala kan?"
Tak hanya Kala, namun Anggi pun sama terkejut nya. Kedua nya saling tatap. Melihat lelaki berkemeja hitam yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.
"Sorry—"
"Lo adik nya Rona kan? Gila gue gak ngangka." Nath menggeleng kecil. "Kala yang di ceritain Rona tuh anak baik, penurut, tapi lo– ngerokok?"
"Lo tau kan Rona paling benci sama perokok!"
"Sorry lo siapa? Emang nya kita kenal?"
Nath melirik Anggi yang nampak sudah mengingat nya, beralih pada Kala yang menatap nya bingung.
"Kita pernah ketemu waktu lo masuk RS, gue anterin Rona—"
"Gue gak inget, dan lo juga gak sepenting itu buat gue inget." Kala mematikan rokok nya, menatap Nath dalam. "Kalo lo mau ngopi silahkan masuk. Tapi kalo gak, Mending cabut."
Nath tertawa sarkas. "Gue Nath, sahabat baik Kakak lo."
Nath?
Langkah kaki Kala yang hampir memasuki pintu harus terhenti, tubuh nya berbaik menatap lelaki iyu dalam.
Ah kala ingat.
Nath, Panca, Rona. Ketiga orang yang kadang kala di sebutkan sang Kakak.
Nath, Kala mengingat nya. Orang yang selalu memesan ice Latte di hari jumaat. Nath, Kala memejamkan mata. Dulu ia ingin selalu bertemu sosok Nath, ingin tau bagiaman rupa lelaki itu. Namun kini Kala merasa menysal karna telah bertemu ia di waktu yang tak tepat.Bagaimana jika Nath membocorkan rahasia nya pada Rona, mengatakan pada Rona Jika kala merupakan rerokok Aktif.
"Gimana respon Rona ya kalo tau, adik kesayangan nya perokok aktif?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala, Dan 10 Pinta (End)
Teen FictionNama nya Na Kala Senja, Gadis yang kata nya lahir saat matahari terbenam itu jauh dari kata sempurna. Kala punya uang, punya kekuasaan, punya kecerdasan, punya segala nya yang bahkan gak semua orang miliki. Namun hanya satu yang ia butuhkan kini. Wa...