Yahya duduk di pinggir kolam ikan. Sama seperti ketika ia mengobrol dengan Ustaz Zakaria, kedua kakinya dicelupkan ke dalam kolam. Kolam itu memang permintaan Yahya ketika ia berusia delapan tahun. Kolam itu sebagai kado ulang tahunnya. Itulah kenapa, sampai sekarang ia selalu merawat kolam itu selalu bersih. Bahkan ikan-ikan yang ada di dalam kolam, selalu Yahya yang memberikan makan.
Di pinggir kolam itu, Yahya menangis. Kepalanya tertunduk dengan tangan yang masih sedikit gemetar. Semua Ikan Koi berenang mengelilingi kaki Yahya. Seolah-olah mereka berusaha untuk menghibur Yahya. Bahkan ada beberapa Ikan Koi yang mencium kaki Yahya seraya mencoba menenangkannya.
"Terima kasih ya kalian sudah mau jadi teman aku," ucap Yahya pada Ikan Koi yang berada di dekatnya.
Di tempat itu, Khadijah pun datang. Seorang perempuan dengan tubuh yang sedikit lebih tinggi dari Yahya. Ia adalah anak pertama dari Ustazah Hani dan Ustaz Badrul. Ya, mereka berdua melangsungkan pernikahan tak lama sebelum Aidah dinyatakan hamil.
Khadijah datang dengan napas yang masih terengah-engah. Ia mencoba duduk di samping Yahya. Namun, ia tidak mencelupkan kedua kakinya ke dalam kolam, karena takut roknya basah.
Melihat ada Khadijah di sampingnya, Yahya berhenti menangis.
"Yahya, kamu ngapain di sini?"
"Enggak ngapa-ngapain."
"Wah, ikannya lucu-lucu ya," hibur Khadijah.
Namun, itu tidak membuat Yahya merasa tenang dan senang. Khadijah pun menatap Yahya dengan kebingungan.
"Yahya, aku percaya kok kamu tidak menyontek. Aku yakin itu pasti kerjaannya Abidin."
Mendengar ucapan Khadijah, Yahya langsung mengangkat kepalanya. Ia seperti dipayungi oleh payung besar di tengah hujan yang deras.
"Terima kasih Khadijah, sudah percaya aku."
"Sama-sama. Oh iya, kamu, kenapa takut sama Kyai?"
"Aku takut dipukul."
"Emang dulu pernah dipukul."
"Dulu, pas aku berenang di kolam ini, aku diomelin, terus dipukul pakai kayu. Nih, lukanya masih ada bekasnya," ucap Yahya sambil menunjukkan bekas luka yang masih membekas di tangan kanannya.
"Loh, Yahya, Khadijah, kok di sini? Bukannya lagi ulangan pelajaran Ustaz Ilham?" tanya Ustaz Zakaria yang baru sampai di kolam.
Yahya pun menceritakan apa yang terjadi. Memang, Yahya itu selalu terbuka dengan Ustaz Zakaria. Karena sejak kecil, Ustaz Zakaria selalu ada di sampingnya dan membelanya. Apalagi ketika Yahya diomelin oleh Kyai Rahmat. Seperti yang akan terjadi hari ini.
Mereka mengobrol riang di pinggir kolam. Ustaz Zakaria mencoba menghibur mereka berdua. Setelah suasana hati mereka membaik, niatnya barulah ia akan mengajak mereka masuk ke dalam kelas.
Yahya senang, akhirnya ada siswa yang mau berteman dengannya, yaitu Khadijah. Namun, di tengah obrolan, Kyai Rahmat datang dengan wajah penuh emosi. Kyai menyebut nama Yahya dari kejauhan. Yahya pun terperanjat dan langsung bangun dari tempat duduknya.
"Yahya! Berani-beraninya kamu menyontek!"
Yahya pun langsung bersembunyi di belakang tubuh Ustaz Zakaria. Kedua tangannya meremas kuat baju Ustaz Zakaria. Beliau pun sudah menyadari sejak lama kalau Yahya itu sangat takut dengan Kyai Rahmat.
"Tenang dulu Kyai," ucap Ustaz Zakaria menahan Kyai Rahmat mendekati Yahya.
"Begitu cara Umi kamu ngajarin?! Ujian malah membuat contekan, iya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JATUHNYA CATATAN MALAIKAT RAKIB (TAMAT)
Roman pour AdolescentsSemuanya duduk di ruang tamu. Tak ada yang berani berkata ketika Kyai Rahmat sudah berbicara. Hening. Malam hari yang sangat bergejolak. Aidah duduk di hadapan Umi dan Abinya. Kepalanya tertunduk tak berani memandang kedua orang tuanya. Sedangkan, A...