Aku tak mengingat apapun.
Siapa aku?
Apa yang telah aku lakukan?
Bagaimana caraku melakukannya?
Dimana aku?
Aku sungguh tak mengingat apapun
-------
Robi menghela nafas lelah, sudah sekitar tiga hari ia menunggu di rumah sakit. Sambil menyesap kopinya dia terduduk dengan perasaan lelah. Melirik seorang gadis yang menutup matanya dengan nyenyak, ia pun memberikan senyuman kecil.
"Mau sampai kapan kamu ingin tertidur?"
Melihat gadis yang tertidur lelap itu tak merespon ucapannya, lagi lagi ia menghela nafas berat.
Dikarenakan adanya panggilan alam, dengan berat hati diapun memutuskan untuk keluar dari kamar pasien sang Gadis, walaupun sebenarnya dia tak ingin meninggalkan nya barang sedetik pun.
"Aku pergi dulu ya sebentar, jaga diri mu baik baik. Ya walaupun aku yakin kamu tak mendengar ucapanku sih"
Memberikan senyuman terindahnya, Robi pun meninggalkan sang Gadis itu dengan perasaan sedikit tidak rela.
---
"Ugghhh... Dimana aku?"
Reina perlahan mulai membuka matanya, tak lama setelah itu dia langsung memegangi kepalanya yang terasa sakit.
"Aku.... Kepalaku... Terasa sakit!!"
Mendengar adanya teriakan kesakitan, tiba tiba saja ada seorang suster yang langsung memasuki kamar pasien Reina, dan langsung menenangkan Reina.
"Mba tolong tenang, saya akan segera memanggil dokter kemari"
Tak mengindahkan ucapan sang Suster, Rena hanya mengerang ngerang kesakitan sambil memegangi kepalanya.
Melihat hal itu, Suster pun langsung membuka handphone nya dan segera memanggil Dokter.
"Halo dok, pasien dikamar 31 sudah siuman. Namun dia mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya"
"Baiklah saya akan segera kesana, tolong tunggu sebentar"
Sang Dokter pun segera mematikan handphone nya dan mulai berlari kecil ke kamar nomer 31.
Sementara itu Roby sekarang sudah kembali dari Toilet dan sekarang ia sudah berada tepat di depan kamar nomer 31, Sebelumnya Roby langsung berlari ketika ia mendengar ada erangan kesakitan dari kamar tempat sang Gadis kesakitan.
Dengan nafas tersengal, Roby pun langsung membuka pintu kamar nomer 31.
"R-REINA!?"
Roby mematung di pintu kamar, dia tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Roby berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia saat ini tidak bermimpi dan apa yang ia lihat adalah suatu kenyataan.
Reina siuman.
Hatinya seketika menghangat.
Namun itu semua seketika berubah menjadi kecemasan ketika ia melihat Reina tengah meraung-raung kesakitan sambil memegangi kepalanya.
"R-Reina apa yang terjadi?! Suster apa yang terjadi?! Kenapa dengan Reina!"
Tanpa banyak alasan Roby segera menghampiri Reina dan menatap sang Suster dengan tatapan dingin, namun sang Suster tau bahwa di dalam mata yang dingin itu terdapat kecemasan yang amat besar.
"Mohon tenang tuan, sebentar lagi Dokter akan datang untuk memeriksanya"
Mengabaikan sang Suster, dia pun mengalihkan pandangannya pada Reina dan memegangi kedua pundak Reina.
"Reina tenanglah ada aku disini!"
Reina tak mengindahkan ucapan Roby, dia hanya mampu mengerang-ngerang kesakitan sambil memegangi kepalanya sama seperti sebelumnya.
Roby merasa iba, ia tak ingin melihat Reina seperti ini.
"Aku mohon Reina tenanglah..."
Roby mengeluarkan suara rintih yang amat lemah, seolah olah dia sudah benar benar pasrah sekarang. Roby sudah tak memikirkan apapun sekarang. Satu satu nya hal yang ia tau harus dia lakukan sekarang adalah menenangkan Reina.
"...."
Mendengar rintihan Roby, Reina pun langsung terdiam sebentar.
Setelah itu Dokter pun datang.
"Saya mohon anda keluar ruangan dulu sebentar Tuan, saya akan melakukan pemeriksaan pada nona"
Mendengar ujaran serius dari sang dokter, Roby pun mengangguk lemah. Roby pun keluar dari kamar Reina.
Di depan kamar Reina, Roby bersender lemas pada tembok. Sambil memegangi matanya yang terasa panas dia terduduk lemas.
Dadanya terasa senang sekaligus sakit secara bersamaan.
Reina sudah siuman, fakta itu saja mampu membuat perasaan seorang Roby terombang ambing bagaikan ombak lautan.
"Reina..."
----
Tak lama setelah itu teriakan dari dalam pun mulai berhenti.
Sang dokter dan juga suster pun keluar dari ruangan Reina di rawat, melihat dokter dan suster keluar. Roby pun langsung berdiri tegak menghadap sang Dokter dan segera memberikan pertanyaan.
"Bagaimana keadaan Reina dok!? Apakah dia baik baik saja?! Apakah tidak ada luka dalam?!"
"Tenang tuan, Nona Reina saat ini baru bangun dari koma nya. Untuk saat ini dia dalam keadaan tertidur, namun dia sudah keluar dari kondisi koma."
Roby menghela nafas lega, seolah olah beban yang dia keluarkan terlepas begitu saja
"Tapi ada satu hal yang harus saya ucapkan pada anda tuan"
Sang dokter mengubah suara nya menjadi serius.
"Nona Reina, dia kehilangan ingatan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Maafkan Aku
Short StorySimpan masa lalu mu sebagai pelajaran untuk masa depan yang lebih indah