#1 - Dosen Rese!

222 18 1
                                    

"Peraturan pertama. Waktu toleransi untuk masuk ke kelas saya adalah 15 menit setelah kelas dimulai. Tidak menerima alasan apapun. Jika lebih dari waktu yang sudah ditentukan, kalian tidak diperbolehkan untuk mengikuti perkuliahan saya."

"Kedua, saya tidak akan mempermasalahkan tentang tugas. Jika kalian ingin nilai aman, kerjakan dan kumpulkan tugas tepat waktunya. Jika melebihi waktu tenggatnya, dengan alasan yang tidak bisa saya toleransi, maka nilai tugas kalian kosong."

Keana menoleh ke arah Dira yang sama menoleh ke arahnya. "Mari kita simak," bisik Keana dengan wajah malas.

Setiap dosen memang memiliki aturan perkuliahannya sendiri di kelasnya. Hanya saja, untuk dosen yang satu ini, sangat dijelaskan sesi awal perkuliahan. Khususon ngahaturanan kanggo Aa Restu. Astaga! Keana! Sadar!

"Ketiga, kalian mungkin tau jika presentase nilai dibentuk oleh 10% kehadiran, 20% tugas, 30% UTS, dan 40% dari UAS. Tapi saya memiliki penilaian sendiri dan yang paling besar tidak ada di UTS dan UAS. Saya juga pernah menjadi mahasiswa, jadi saya tahu perangai tidak baik yang sering terjadi."

"Gue suka nih yang gini," bisik Keana sambil tersenyum dan menumpukan dagunya di tangan kiri.

"Padahal gue mau belajar nyontek," keluh Dira ikut berbisik.

"Keaktifan saat diskusi seperti yang tadi awal saya bilang yang akan sangat menentukan bagaimana terbukanya pemikiran kalian. Jadi kalian bisa menilai jika keaktifan di kelas adalah faktor besar yang membentuk nilai kalian." Restu melangkahkan kakinya sambil melihat sekeliling.

"Terakhir mengenai absensi. Saya akan absen pada saat perkuliahan sehingga tidak ada yang namanya titip absen. Jika kalian datang dan ikut pelajaran saya, berarti kalian menghargai saya sebagai dosen. Jika kalian menghargai saya sebagai dosen, maka saya juga akan menghargai kalian sebagai mahasiswa saya."

Tidak ada yang berani berbicara saat dosen itu menjelaskan. Termasuk Keana yang biasanya akan mengantuk di jam rawan seperti ini. Tetapi entah mengapa aura Restu yang kuat membuatnya biasa saja tanpa ada rasa kantuk atau antusias. Lebih menjurus kepada takut akan bertindak karena sedikit salah akan berpengaruh terhadap nilai.

Restu kembali ke meja depan dan membawa absensi. "Anindira ?"

"Saya, Pak!" sahut Dira yang reflek langsung mengangkat tangannya. Ia sedikit terperanjat karena namanya dipanggil. Dosen ganteng itu mengabsen tanpa memberi aba-aba.

Satu per satu sesuai dengan urutan absensi dipanggil oleh suara Restu yang pasti membuat orang yang mendengarnya meleyot.  Apalagi saat menjelaskan peraturan kelasnya. Jika tidak kuat bisa-bisa mimisan atau paling parah pingsan saat itu juga.

"Keana Kemala Kalingga?"

"Saya, Pak." Keana mengangkat tangannya dan seketika senyum kikuk hadir di wajah gadis itu tatkala Restu malah menatapnya dengan tatapan yang sulit Keana artikan.

Setelah mengabsen seluruhnya, Restu mulai membuka perkuliahan yang sesungguhnya.

"Mau Pak Restu," cicit Dira dengan wajah memelas ke arah Keana.

"Udah punya istri, Dira! Lo mau jadi pelakor?" Keana mengomel dengan suara tertahan saking kagetnya dengan ucapan Dira barusan.

"Sumpah ya, Na, tuh muka, suara, dan apapun yang ada di diri Pak Restu gue anggap semuanya suamiable banget!"

"Sadar lo!"

"Awas, ya lo kalo malah suka sama Pak Restu. Gue gantung lo di tugu fakultas!"

"Apa, sih?! Gue bukan lo yang doyannya laki orang," sahut Keana dengan malas.

The StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang