Part 1

52 0 0
                                    

Namaku Luna. Aku duduk di Kelas X Madrasah
Aliyah Negeri terfavorit di kotaku. Resti dan Alya
adalah teman karibku.
"Gua rasa hari ini kak ustadz gak masuk
deh?."ucapku membuka percakapan.
"Masa sih? perasaan kak ustadz lo itu murid
terajin deh di sekolah kita?."lanjut alya.
"Tapi kan gak menutup kemungkinan juga kalo
hari ini dia gak masuk? buktinya kak Muiz sama
kak Ardi cuma jalan berdua? padahal biasanya
mereka selalu bertiga."ujar resti.
Kak Ustadz adalah panggilan khusus yang aku
berikan untuk kak Muhsir. Kak Muhsir adalah
seorang Ketua Osis di sekolahku. Sifatnya yang
Sholeh dan Rajin membuatku lebih senang
menanggilnya dengan sebutan Kak Ustadz.
"Jadi kepo deh! kalaupun kak ustadz gue gak
masuk hari ini gue pengen tau alasanya!
mustahil aja bagi gue pas denger kak ustadz gue
gak masuk?."gumamku.
Disaat suasana sedang hening. Kak Muiz dan kak
Ardi pun lewat dan menyapa kami yang sedang
duduk menunggu waktu Rohis.
"Assalamu'alaikum Luna, Resti, Alya!."sapa kak
Muiz
"Wa'alaikumsalam kak."jawab Alya
"Adek-adek belum pada pulang nih?."tanya kak
Ardi
"Belum kak, kita masih harus Rohis nih, kakak
belum pulang?."Resti berbalik tanya.
"Ooh iya anak Rohis ya. Iya nih kakak masih ada
jam bimbel, jadi belom boleh pulang deh."jawab
kak Ardi.
"Kelas XII emang lagi sibuk-sibuknya ya kak?
apalagi kakak bertiga anak IPA. Pastinya tugas
lebih numpuk. Oh ya BTW kak Muhsir kemana
kak? biasanya bertigaan mulu udah kaya ban
becak?."tanya Alya.
"iya nih sibuk banget malah. Muhsir lagi ngambil
makalah de, ini baru mau kita jemput. Pada
kangen muhsir nih ceritanya?."ledek kak Muiz.
"Bukan kita kak, tapi Luna noh yang dari tadi
bengong mikirin kak Muhsir."jawab Alya .
"Apaan sih alya! iiiih."jawabku kesal.
"udah udah Luna nanti kita salamin kok ke
Muhsir hehe yasudah kita berdua pamit dulu ya
adek adek.
Wassalamu'alaikum."tutup kak Ardi.
"Wa'alaikumsalam."
Kak Muiz adalah sosok yang sudah Alya kagumi
sejak lama. Selain parasnya yang rupawan, ia
juga pintar dan mudah bergaul. Sama halnya
dengan kak Ardi. Kak Ardi adalah sosok yang
sudah lama Resti kagumi Akhlaq dan kepribadian
mereka membuat kami sangat memujanya.
"Aduh.. bisa kali jaga rahasia gue? gimana kalo
mereka berdua bilang beneran ke kak ustadz
gue? malu gue!."
"Jiaaah Luna, woles lah! anggep aja itu kode..
kali aja dia peka gitu?."jawab Resti yang
disambut gelak tawa kami bertiga.
Saat kami sedang asyik dalam obrolan, kak
Ustadz, kak Ardi dan kak Muiz lewat dan
menyapa kami bertiga.
"Assalamu'alaikum adek adek masih nunggu
waktu Rohis?."tanya kak Muiz.
"Iya nih kak, kak Dewi belum dateng."
"Ooh yaudah deh, kita ke kelas duluan ya adek
adek."ujar kak Muiz.
"Iya kak."
Tak lama kemudian. Aku mendengar suara kak
Ustadz memanggil manggil nama Resti.
"Resti!."panggil kak ustadz.
"Iya kak ada apa?."jawab Resti.
"Boleh ngomong bentar gak? tapi empat mata
aja?."ujar kak ustadz.
"Boleh kak."
Resti pun pergi bersama Kak Ustadz. Dadaku
terasa sesak sekali melihat kak Ustadz orang
yang aku puja itu berjalan dengan Resti
sahabatku sendiri. Ingin rasanya aku marah. Tapi
siapa aku? tak ada hak untuku kesal atas
mereka. Alya yang seolah mengerti perasaanku
pun mencoba untuk menenangkan aku yang saat
itu sedang terbakar api cemburu.
"Sabar Luna sabar.."ucap Alya
"Iya Al gue coba sabar, tapi nyesek Al nyesek
batin gue ngeliat sahabat gue jalan sama orang
yang selama ini gue puja. Ngebatin al."jawabku
menahan tangis.
"Iya gue tau, tapi sekarang lo coba buat
nenangin diri lo dulu. gak usah negativ thinking
dulu deh?."ujar Alya.
"Tapi Al, elo gak tau apa yang gue rasain
sekarang! gue tuh ngerasa kalo dia udah nikung
gue dari belakang! sakit al sakit."ucapku.
"Oke sekarang kita duduk dulu, tenangin diri lo
dulu ya."ajak Alya.
Kami pun duduk di bawah pohon Mangga tempat
kami biasa bercerita bersama. Dengan sabar,
Alya masih terus menenangkan aku.
"Sekarang lo sabar dulu, tenangin fikiran lo, dan
kita tunggu Resti balik kesini okay."ujar Alya.
"Nggak! gue gak mau lama-lama disini! gue mu
pulang!."ucapku yang segera berdiri dan beranjak
pulang.
"Luna! lo gak bisa gitu donk lun! kita kan
berangkat bareng! lo lupa sama janji
persahabatan kita yang susah senang selalu
bersama?."ujar Alya.
"Nggak untuk kali ini! izinin gue buat sendiri dulu!
gue butuh ketenangan!."ucapku.

Tunggu Part 2

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Triple DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang