Octagon 3 - 158 : Darah Terkutuk

202 30 31
                                    

Percobaan ke... entah, mungkin sudah lebih dari 20, pada akhirnya, panggilan itu terangkat. Terangkat di pukul empat pagi, di mana sebelumnya Hongjoong yang menghabiskan waktu untuk berpikir, kembali ke atas untuk menghubungi Hajoon menggunakan telepon rumah, selagi Yunho, Juyeon dan Hyunjae tidur bersama di area santai—sepertinya tak sengaja tertidur.

Pada akhirnya...

Pada akhirnya terangkat.

Hongjoong langsung menodongnya secepat mungkin, tanpa aba. "Paman! Ini... ini tentang flashdisk..."

"Sudah kamu lihat semua?" tanya Woobin, yang dihubunginya dari seberang panggilan.

Ada yang terlewat, Hongjoong menggelengkan kepalanya dan berucap pelan. "Belum, Paman. Tadi gak sengaja tercabut dan—"

"Paman sudah bilang tidak ada salinan." Woobin mengatakan, sebelum mendesah pelan. "Sulit Paman menjelaskan, kamu harus melihat sendiri. Di sisi lain, Ayah kamu akan sangat marah jika kamu tau seluruhnya."

"Itu beneran jahat, Paman, don't you think?" tanya Hongjoong tak terima. "Aku loh, Paman, yang kesiksa di sini, kok aku yang gak boleh tau?"

"Ada banyak alasan dan itu rumit." Woobin menjawab, memberikan jeda seolah berat. "Ayah kamu takut, kamu memandang keluarga kamu menjadi berbeda."

"Bukannya sudah?" tanya Hongjoong, agak memutar mata sebelum menoleh untuk memastikan tiga orang tersebut masih tidur. "Jahat. Kalian jahat. Kalian..."

Woobin tak membalas.

Selagi Hongjoong melanjutkan, sambil kemudian menunduk. "Aku jahat..."

"Paman paham." Woobin berucap kembali, sebelum kemudian membeberkannya. "Yang kamu lihat adalah dokumen rahasia keluarga. Biasanya diberikan saat keturunan sudah menikah. Namun, kamu berurusan dengan banyak sekarang, jadi Paman ingin kamu melihat sekarang."

Sambil menggigit bibir bawahnya, Hongjoong berucap lagi. "Rafa belum lihat semuanya, Paman... belum baca semuanya..."

"Paman dapat semua itu juga sulit. Paman sudah tidak dipercaya untuk menyimpan dokumen-dokumen itu sejak Paman sempat hilang."

Agak mengernyit, Hongjoong membalas, "tapi Ayah kan tau Paman menghilang ke mana?"

"Oh, tidak." Woobin terdengar menghela napasnya. "Paman memang menghilang beberapa tahun tanpa Ayah kamu tau; bahkan Ayah kamu mungkin berpikir Paman mati karena seisi kantor Paman pun tak tau."

"Terus Paman pergi ke mana...?"

"Berurusan dengan masa lalu." Woobin menjawab tipis, lalu nada suaranya berubah. "Sudah, lupakan. Paman akan mengatur pertemuan untuk kita berdua, yang sekiranya tak diketahui mata-mata Ayah kamu di luar sana. Paham? Akan Paman beritahu secara lisan, tapi setidaknya, apa yang sudah kamu lihat dengan mata kepala kamu sendiri dapat membuat kamu paham, bukan?"

"Paham bahwa dua darah terkutuk bercampur dalam tubuh aku, Paman?"

Kekehan Woobin terdengar ringan, namun serius. "Kebetulan, ya. Kebetulan memang kamu yang harus menanggung darah itu sendirian. Jadi menurutlah, ya?"

Hongjoong tak terima.

Walau begitu, tak ada jalan keluar serupa dengan menguras seluruh darahnya sampai habis dan menggantinya.

Sebuah ketidakmungkinan.

"Hanya kamu satu-satunya hasil dari percampuran darah van Gernandt dan Bahuwirya, bukan?"

Tak tahan, Hongjoong mendecih.

Benar.

Hanya dia.

Hanya dirinya.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang