Aghata

23 4 0
                                    

Ini kisah hidupku bersama lima sahabat yang menemaniku selama dua tahun ini. Aku hanya ingin berbagi dengan kalian tentang persahabatan absurd kami.

Sebelum itu aku akan memperkenalkan mereka terlebih dahulu.

Aghata

Dia teman ku semasa aku masih duduk di bangku SMP. Kita sempat satu kelas. Namun, kemudian kita berpisah kelas. Jika dihitung kami berteman selama satu tahun saja. Yaitu ketika kelas tujuh.

Kita di pertemukan kembali di sekolah menengah kejuruan, kami sama-sama jurusan Akuntansi. Dan tentu saja kami satu kelas. Kami pun berteman sampai saat ini.

Dia orang yang begitu berbeda. Menurutku dia adalah teman yang paling senang untukku ajak bicara. Dia begitu lembut, sopan. Mamah aku juga pernah bilang. Jika diantara teman-teman ku dialah yang paling sopan. Dia memang seorang yang memiliki attitude yang baik bukan?

Dia juga merupakan seorang yang bertutur kata dengan bijak. Namun dia memiliki kekurangan yaitu, kurang berbaur. Dia sangat Introvert.

Aku juga memiliki MBTI sama dengan nya yaitu INTJ bukan kah mereka itu pintar menjugde orang? Haha kami memang ahlinya.

Namun dibalik itu dia seorang yang membuatku bisa merasakan apa artinya real friend. Nah we are not friend, we are Family.

Ya. Dia sudah aku anggap keluarga ku. Shit! Aku menulis ini sambil menangis! Cengeng sekali bukan? Kamu yang baca juga harus nangis ya! Ini isi hatiku.

Aku tumpahkan ini dalam bentuk cerita.

Pesan chat!

Aghata, kamu sekolah di SMK Tunas Bangsa?

Iya

Wah kebetulan kita juga satu kelas. Gimana pas nanti kita sekolah. Kita duduk bareng?

Boleh.

Pesan Chat (END)

Ya itulah dia. Seorang yang cukup dingin (maybe?) Namun lembut. Kalau biasanya kita bilang Tsundere. Ya dia begitu.

Aku pun mengakhiri chattan kami. Bukan aku sih, tapi dia. Haha

Aku gak nyangka bisa satu sekolah lagi sama dia. Aku dengar-dengar dia mau masuk SMA ketimbang SMK. Jadi aku sempet kaget pas tahu dia masuk SMK.

Bukan kah ini takdir? Kalau kami memang sudah jalannya menjadi seorang teman. Aku berterima kasih pada tuhan mengirimkan teman sepertinya.

Dia yang terbaik!

Hingga suatu hari Tuhan begitu mencintainya. Sehingga dia di uji dengan kehilangan seseorang yang sangat amat dia cintai. Ibunya.

Wanita yang melahirkan nya sudah tidak ada lagi. Tuhan begitu mencintainya. Sampai mengambilnya terlebih dahulu.

Aku disitu juga amat terpukul. Aku memang tak datang ke rumah nya. Namun, aku berdoa agar Ibunya diberikan tempat terbaik di sisi-Nya.

Jika boleh jujur aku adalah orang yang pasif. Mungkin beberapa orang menganggapku orang yang aktif. Namun, aku sebenarnya orang yang begitu naif.

Aku menangis kala itu. Walaupun aku tak tahu bagaimana mengungkapkan nya. Namun, rasanya begitu sesak. Aku bisa mengerti kesedihannya. Sebab aku pun pernah mengalami ditinggal seseorang yang begitu aku cintai.

Sekarang, dia menjadi sosok yang tangguh. Jika aku di posisinya mungkin aku tak akan sanggup. Dia sosok yang begitu kuat. Aku menyayanginya. Dia sangat baik menjadi seorang kakak untuk diriku.

Walau dia terlahir tanpa seorang adik. Dia tetap bisa menjadi kakak yang sangat baik. Bukan sepertiku, haha! Aku mengaku jika aku memang kakak yang buruk untuk adikku.

Bahkan adikku selalu saja memuji-muji nya. Aghata baik lah, Aghata tak seperti kakak yang galak lah. Namun, aku tak pernah iri akan hal itu. Sebab, adikku memang benar dia kakak yang baik.

Terimakasih, sudah mau menjadi Teman sekaligus kakak yang selalu aku harapkan. Namun itu tak mungkin. Kan aku anak pertama hehe.

Aku buat cerita ini. Agar aku selalu mengenalmu walaupun kita akan hidup masing-masing setelah ini.

Please don't change, stay the person I know.

Dia Aghata. Teman sekaligus Kakak ku.

About ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang