Arvelyn menatap pemuda di depannya malas, gadis itu sesekali menguap dengan santainya.
"Apaan?" Tanyanya ketika Artha terus menatapnya.
Sedari tadi Artha hanya diam berdiri menatapnya, dan Arvelyn pun hanya duduk dengan malas di kursi tamannya. Setelah kejadian dimana pemuda itu menyebutnya 'selingkuh', mereka kini tengah berada di taman belakang rumah Arvelyn.
Arvelyn tentu kesal dengan diamnya pemuda itu. Ia sungguh sudah sangat lelah dan merindukan kasurnya.
"Ck, pulang sonoh! Betah amat lo disini." Arvelyn berucap kesal.
Hari sudah gelap, dan pemuda itu masih diam di sini enggan pergi. Pasalnya, jika Artha belum juga pergi, maka Arvelyn pun tidak akan bisa pergi rebahan dengan tenang di kamarnya.
Sedangkan Artha menghela napas, ternyata sulit juga menahan gadis ini.
"Abis ngapain sama Kenzo?" Akhirnya Artha membuka suara. Namun agaknya, hal itu malah membuat Arvelyn semakin kesal.
Gadis itu mendelik tak suka. "Dih, kepo lo! Macem dora." Balasnya menatap sinis Artha.
Raut wajah Artha menjadi datar seketika, pemuda itu menatap Arvelyn dengan mata tajamnya. "Arvelyn.. lo masih punya hubungan sama gue. Jadi gue harap, lo tau batasan." Ujarnya.
Sedangkan Arvelyn tercengang mendengar perkataan Artha barusan, gadis itu menatap Artha dengan raut tak percaya.
"What?! Lo ngomong apa barusan?" Arvelyn mengorek telinganya, masih tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Artha. "Gue gak salah denger, kan?" Lagi, Arvelyn mengorek telinganya.
"Lo harusnya sadar, kita masih punya hubungan." Ujar Artha datar tanpa memperdulikan ucapan Arvelyn.
Melihat wajah datar Artha, Arvelyn akhirnya mengangguk. "Hubungan, ya?" Gadis itu terkekeh sinis. "Sejak kapan lo ngakuin hubungan kita?"
Menghela napas panjang, Arvelyn menyugar rambutnya. Manik hazel gadis itu menatap tepat ke netra hitam milik pemuda di hadapannya. "Tau batasan? Lo nyadar diri gak, sih?" Tanyanya.
Namun ternyata, Artha masih diam dengan raut datarnya. Pemuda itu agaknya benar-benar tak menyadari letak kesalahannya sendiri.
"Apa perlu gue teriakin ke seluruh dunia semua kesalahan lo, hah?" Kini, Arvelyn mulai merasa kesal saat melihat wajah datar itu.
Terlampau kesal, Arvelyn berucap dengan meninggikan nada suaranya. "Lo pikir, deket sama Aura itu tau batasan? Lo pikir, ngejar-ngejar cewek lembek itu tau batasan?!"
"Yang harusnya nyadar diri itu lo, Artha! Lo tau kita punya hubungan, tapi dengan gak ada rasa bersalahnya lo malah ngejar-ngejar cewek itu seakan-akan semua yang lo lakuin itu bener!" Gadis itu berdiri, menatap Artha tajam. "Lo yang gak tau diri. Lo yang mulai semuanya!" Ucapnya sarkas.
"Lo yang ngebuang gue! Lo yang ngedorong gue pergi! Lo yang selalu nganggap hubungan kita gak berarti!" Arvelyn menunjuk pundak pemuda itu dengan telunjuknya, menekan-nekan nya dengan emosi meluap. "Lo yang jahat di sini, Artha! Ini semua salah lo! Lo yang harusnya nyadar diri! Lo yang gak tau batasan!"
Emosi yang sedari dulu ada dalam diri gadis itu, kini sudah tak bisa lagi di tahan. Malam ini, dengan nada tingginya, Arvelyn mengeluarkan segala kekesalannya kepada pemuda yang berstatus sebagai tunangannya itu, Artha.
Gadis itu membuang pandangan, mencoba mengatur emosi yang meluap.
"Gue cape, Artha. Gue bener-bener cape. Lo kan, yang dari dulu pengen gue ngejauh? Gue udah lakuin itu sekarang. Gue gak lagi ganggu lo, gue gak lagi ngerusuhin hubungan lo sama Aura." Ucapnya pelan, lalu kembali menatap pemuda di hadapannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Fiancé [HIATUS]
Ficção AdolescenteNaya Rivera, gadis 19 tahun yang mati akibat kecelakaan beruntun yang dialaminya ketika ia hendak pergi ke kampus. Namun bukannya pergi ke alam baka, jiwa Naya malah tersesat ke dalam tubuh seorang figuran di dalam novel yang baru saja selesai dibac...