Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.Seperti biasa saat Kanaya dan para gengnya begitu mendengar bel istirahat langsung melesat ke kantin. Apalagi otak mereka habis diisi oleh asupan rumus-rumus matematika trigonometri yang membuat kepala mereka pusing 7 keliling, ditambah tugas menumpuk yang harus dikumpulkan besok membuat mereka semakin stress.
“Gila! Pak Roni sadis amat sih pake ngasih tugas gak kira-kira!” keluh Mia sambil memijat pelipisnya pusing.
“Pokoknya Caca gak bakalan sekolah besok!” ucap Caca yang menjatuhkan kepalanya ke atas meja sampai membuatnya meringis, “aww … sakit banget!” Caca mengusap keningnya.
“Percuma gak sekolah juga. Lo tetap harus kumpulin tugas apapun alasannya,” timpal Kanaya.
“Itu guru memang berbakat jadi psikopat ya! Membunuh kita pelan-pelan lewat tugasnya yang bikin stress,” sambung Laras sembari menggeleng pelan kepalanya.
“Jangan-jangan pak Roni memang beneran psikopat yang nyamar jadi guru killer lagi!” tebak Mia dengan horor.
Caca langsung mendongak dan ikut menyahut, “kalau iya beneran gimana? Yaudah! Caca mau pindah sekolah aja!” pekik Caca bergidik ngeri dengan hebohnya.
Kanaya mendesah napasnya kasar, “lo semua pada ngaco banget sih!? Gue lapar daritadi ngomong terus!” omel Kanaya yang semakin pusing mendengarkan ucapan teman-temannya itu.
“Perasaan lo ngomong cuman sekali deh, Nay,” tutur Mia.
“Tapi gue yang pusing denger kalian pada ngomong ngaco!” ucap Kanaya yang bangkit dari duduknya.
“Lo mau kemana, Nay?” tanya Mia.
“Pesen makanan,” jawabnya.
“Sekalian dong pesenin gue batagor kayak biasa ya!” kata Mia.
“Pesenin juga mie ayam satu pake sambal 2 sendok!” tambah Laras.
“Apaan sih suruh-suruh gue!? Gue mau pesen minuman doang!” tolak Kanaya.
“Ya kan, lo tinggal kesana sekalian. Gue mager nih gara-gara guru killer itu,” kata Mia yang beralasan.
“Ogah! Pesen sendiri aja sono!” protes Kanaya.
“Memang Naya gak lapar apa? Tadi bilangnya lapar, masa cuman pesen minuman doang sih?” tanya Caca dengan tampang polos.
“Gue udah kenyang sama rumus-rumus dari guru killer!” ucap Kanaya.
“Ayolah, Nay. Biar impian lo ke Korea terkabul,” bujuk Mia.
“Gak ngaruh ya! Emang lo Tuhan?” balas Kanaya.
“Kan orang yang suka menolong dengan suka rela pasti dapat ganjaran pahala, makanya lo harus mau nolong gue!” ucap Mia, “biar pas lulus sekolah lo cepat nikah terus honeymoon ke Korea sama Gio, aaaa uwu banget pasti!” sambung Mia dengan berteriak, Kanaya langsung membekap mulut Mia. Karena suara cemprengnya membuat perhatian para penghuni kantin teralihkan pada mereka.
“Ish! Berisik lo! Malu-maluin banget sih!” decak Kanaya yang kesal dengan teriakan Mia.
Kanaya pun langsung melepas bekapannya yang membuat nafas Mia ngos-ngosan.
“Gue pengap Naya! Untung gue masih hidup!”
“Salah lo sendiri bikin gue malu!” Kanaya langsung pergi meninggalkan mereka bertiga.
Kanaya tak peduli dengan ucapan teman-temannya yang selalu memerintah seenaknya sendiri. Kanaya berjalan dan ia melihat antrian panjang yang memenuhi setiap tempat penjual jajanan. Karena kantin merupakan sasaran para siswa-siswi bahkan para guru untuk melepas haus dan dahaga mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Mas Captain!
General Fiction°°°°° Kehidupan Kanaya Alisha Pramudya berubah ketika harus menerima permintaan neneknya yang ingin melihat cucu perempuan satu-satunya menikah. Kanaya dijodohkan dengan seorang Captain pilot muda yang bernama Prastha Hadryan Maheswara. Ini merupak...