Guardian Angel #1

78 1 0
                                    

Prolog

Love all, trust a few, do wrong to none...

“Kedua tangan di belakang kepala!!!” perintah laki-laki paruh baya berkumis tebal kepada ketiga anak didiknya yang sedang melaksanakan hukuman pagi itu.

            “Ck,” salah satu diantara mereka berdecak kesal, tetapi masih saja melakukan apa yang diperintahkan sang guru. “Apa sih maunya?!” tanyanya gusar pada kedua temannya yang berjalan jongkok di sebelah kanan-kirinya.

            “Tau.” Sahut laki-laki berambut cepak disamping kanannya sambil mengedikkan bahu.

            “Emang dasar dari sananya udah kolot kali. Kayak nggak pernah telat aja!” dengus suara lain menambahkan.

            “SAYA DENGAR APA YANG KALIAN BICARAKAN!”

            Ketiga anak laki-laki berseragam putih abu-abu itu segera terdiam, kemudian menghela napas berat hampir bersamaan. Ketiganya masih berjalan jongkok di bawah arahan sang guru menuju tiang bendera di tengah lapangan.

            “Berdiri!” perintah guru itu sambil menepukkan kedua tangannya dengan tidak sabar. “Kalian ini pagi-pagi udah pada loyo.”

            “Kita belum sarapan, Pak.” Celetuk siswa bertubuh jangkung sambil mengacungkan sebelah tangannya tinggi-tinggi.

            “Bener kata Nala,” kali ini Langga, siswa berambut acak-acakan yang berdiri disamping kiri Nala, ikut menimpali.

Pak Jodi—guru mata pelajaran Olahraga yang merangkap sebagai waka kesiswaan di SMA Strada—menatap tajam ketiga murid paling bengal di sekolah itu.

            “Pak, kita masih muda, jadi butuh energi yang banyak. Masa Bapak tega menghukum kita, sedangkan kita belum sarapan? Kalau kita pingsan, apa Bapak mau bertanggung jawab?”

            “Jangan sok menggurui saya, Aga!” seru Pak Jodi berang.

Aga melirik Nala dan Langga sekilas, ketiganya menahan senyum. Mereka bersorak kegirangan dalam hati karena berhasil membuat emosi Pak Jodi semakin meletup-letup.

“Apa kalian tidak bosan terlambat setiap hari? Apa kalian tidak jenuh mendengar ceramah saya mengenai hal yang sama berulang kali?”

“Pak, tujuan kita datang terlambat ke sekolah justru karena ingin bertemu Bapak. Kita sayang sama Bapak. Kita merindukan suara Bapak yang sekseh itu setiap pagi.”

Terdengar kekehan tertahan Nala dan Aga setelah mendengar rayuan maut khas Langga. Mereka tidak memedulikan perubahan wajah Pak Jodi setelahnya.

“Kalian, push-up dua puluh kali. SEKARANG!”

Nala, Aga, dan Langga berpandangan. Saling siku satu sama lain, kemudian mencibir guru galak tersebut.

“Ayo cepat lakukan! Atau kalian ingin mendapat hukuman tambahan?”

Pak Jodi tersenyum puas ketika melihat ketiga muridnya perlahan-lahan menumpuhkan berat tubuh pada kedua lengan dan ujung kaki masing-masing, meskipun terlihat tidak ikhlas serta terdengar sumpah serapah yang dilontarkan oleh ketiganya. Dia berhasil meluluhkan hati siswa-siswanya dengan mengancam akan memberi hukuman tambahan yang pastinya lebih berat dari hukuman pertama.

“Tiga belas... Empat belas... Haaa...”

“Nala, kamu mau hukuman tambahan?”

Nala menoleh cepat ke arah Pak Jodi yang sedang melipat kedua tangannya di depan dada. Pak Jodi balas menatapnya dengan sebelah alis terangkat tinggi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Guardian Angel #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang