Jeno mengerutkan keningnya saat mendapati kehadiran demon bersurai ungu yang kini tengah bersandar di pohon yang terletak tak jauh dari taman belakang mansion Yangyang. Chattel bersurai pirang itu berdecak pelan dan dengan malas menghampiri sang tamu.
"Sudah aku bilang jangan datang lagi kesini" ketus Jeno yang mengundang kekehan ringan dari mulut Donghyuck.
"Jeno" panggil Donghyuck dengan nada yang berbeda dari biasanya. Membuat si pemilik nama mengerutkan keningnya bingung.
"Aku akan membereskan semua kekacauan yang aku buat kemarin" Donghyuck kembali membuka suaranya.
"Lalu? Apa urusannya denganku?" Bingung Jeno yang kini sudah bersedekap dada dengan wajah tidak bersahabat miliknya.
"Ck, kau ini dingin sekali sih" kesal Donghyuck yang kemudian melirik kesal ke arah demon bersurai pirang di sampingnya. Tapi sepertinya Jeno tidak menghiraukan kekesalannya tersebut.
Keduanya terdiam untuk beberapa menit, tidak ada pembicaraan atau pertengkaran. Hanya ada suara angin malam yang mengisi keheningan diantara keduanya. Hingga tak lama kemudian Donghyuck membuka suaranya.
"Semakin sering aku masuk dalam mode dewaku, semakin mudah juga Khaos mengambil kesadaranku" ujar Donghyuck tiba-tiba yang mengundang tanda tanya dibenak Jeno.
"Lalu? Tujuanmu memberitauku apa?" Bingung Jeno masih dengan wajah ketusnya.
Donghyuck tersenyum untuk beberapa detik. Ia memejamkan kedua matanya sejenak sembari menikmati angin yang menyapu lembut wajah dan surai ungunya. Hingga beberapa saat kemudian ia kembali membuka kedua matanya, menampakan sepasang bola mata berwarna ungu yang terlihat bersinar di tengah gelap malam.
"Saat kau merasakan kekuatanku mulai berbeda, saat itu juga kau harus menghentikanku" ujar Donghyuck sembari melirik Jeno yang tengah menatap datar dirinya.
"Kau gila ya? Aku tidak mau menantang maut! Menghentikanmu sama saja menyerahkan nyawaku secara cuma-cuma!" Semprot Jeno yang kini sudah memasang raut emosinya. Namun bukannya menyahuti emosi Jeno, Donghyuck malah membalikkan tubuhnya untuk menghadap Jeno dan menatap serius netra kuning keemasan milik Jeno.
"Hanya kau yang bisa menolongku Jeno" ucap Donghyuck masih dengan raut dan nada seriusnya.
"Lagi pula hanya kau satu-satunya demon yang bisa bertahan dari serangan tiga dewa tertinggi sekaligus" Donghyuck melanjutkan ucapannya sembari menepuk bahu lebar Jeno dan menatap binar Jeno yang tengah memasang raut depresi miliknya.
"Oy, bedakan bertahan dan menghentikan! Lagian, yang aku hadapi nanti masalahnya adalah dewa kekacauan dan kehancuran!" Lagi-lagi Jeno meluapkan emosi dan rasa frustasinya.
"Judulnya kan masih tetap dewa. Lagi pula yang kau hadapi nanti bukan dewa kekacauan yang sebenarnya" Donghyuck menyahuti dengan nada santainya yang membuat Jeno menggeram emosi dan kemudian membuang wajahnya ke arah lain.
"Ck, terserah kau saja dasar menyusahkan" putus Jeno pada akhirnya yang seketika membuat Donghyuck menampakkan wajah dan mata penuh binarnya.
"Ace para demon memang sangat bisa diandalkan!" Puji Donghyuck sembari menepuk-nepuk bahu lebar Jeno. Sedangkan Jeno ia hanya berdecak kesal dan menahan dirinya untuk tidak menebas kepala Donghyuck dengan pedang besarnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monarch : Partie III ✓
FantasiaKehadiran sebuah kelompok misterius yang dipimpin oleh seorang paladin, mengincar Donghyuck untuk dijadikan sebagai second serfnya. Renjun pastikan, bahwa tidak ada satu pun monarch ataupun paladin yang bisa mengambil sang serf dari sisinya. [Hyuck...