Bab 11: ❄️

131 19 0
                                    

Musim telah berganti, salju sudah tebal di jalan dan libur sudah dimulai sejak seminggu yang lalu.

Lee Jihoon sedang menunggu di sebuah cafe, Soonyoung akan datang lima menit lagi katanya. Hubungan mereka begitu lancar, bahkan orang-orang di sekitar mereka terheran karena keduanya terkenal penghancur hati, namun masih memperhatankan hubungan mereka lebih dari 4 bulan. Padahal biasanya dua bulan yang paling lama untuk Soonyoung bertahan dengan kekasihnya, begitupun Jihoon yang biasanya tiga bulan. Keduanya sudah melalui lebih dari biasanya.

Soonyoung tidak percaya dengan perkataan orang-orang, haruskah ia memutuskan Jihoon saja, seperti yang biasa ia lakukan pada gadis lain? Soonyoung selalu waspada, jangan-jangan hari ini Jihoon akan melancarkan serangannya. Bukannya takut, Soonyoung tidak mau reputasinya sebagai penghancur hati wanita malah gagal hanya karena Jihoon. Tapi hatinya sudah mulai berpihak pada gadis mungil itu.

Netra tipis Soonyoung sudah menangkap sosok berjaket tebal yang sedang menunggu di teras cafe. Itu Jihoon, sedang melambai padanya.

"Kau terlambat," Omel Jihoon. Gadis itu langsung melepaskan sarung tangannya, memasukkannya ke dalam tas mungilnya. "Ayo, aku mau ngemil dulu, setelah ini baru main ski," Ucap Jihoon. Dalam hati Jihoon sudah melihat situasi. Soonyoung tampak lengah hari ini. Lelaki itu bersikap lebih terbuka dari biasanya. Jihoon siap melancarkan triknya hari ini.

Jihoon memesan Chicken Wings untuk dia bungkus, dan memesan Croissant cokelat dengan Smoothie sebagai minumannya. Sedangkan Soonyoung memesan Nachos sebagai cemilan yang akan ia bungkus, lalu Jus Mangga dan Waffle untuk dia makan bersama Jihoon.

Di temani alunan Pink Sweet Imagination yang dimaiknan Everline sebagai instrument di cafe itu, menambahkan ketenangan yang romantis. Jihoon mengenali binar cinta di mata Soonyoung, sama dengan semua lelaki yang pernah dikencaninya. Ini akan menjadi momen yang tepat bagi Jihoon.

Bagi Soonyoung, makanan yang dipesannya sudah sangat sering ia nikmati, namun bersama Jihoon, kudapan itu menjadi berkali-kali lipat lebih lezat. Obrolan berjalan dengan lancar. Di bawah nuansa artistik dan Aroma kopi dan makanan yang lezat, menambahkan kenyamanan di hati mereka. Ada beberapa lukisan abstrak di dinding, memberi sentuhan kreativitas dan inspirasi. Soonyoung benar-benar menikmatinya.

Ketika kudapan mereka habis, Jihoon mengangkat topik tentang kecan pertama mereka di sungai Yongsan. Ketika itu mereka menghabiskan sore hari dengan berjalan-jalan di sana, menikmati suasana matahari terbenam sambil menautkan jemari. Kenangan itu menjadi buah hangat di hati Soonyoung. Ia sadar sudah jatuh terlalu jauh kepada Jihoon.

"Soon, aku perlu ke toilet sebentar. Jagakan barang-barangku, yah. Ku harap kau tak membuka-buka tas lho," Ucap Jihoon sebelum pergi. "Tidak masalah, aku akan menunggu,"

Soonyoung pergi membayar makanan mereka lalu kembali ke meja, bermain ponsel sembari mendengarkan alunan instrument One Step Closer yang dibawakan oleh Aakash Gandhi menambah keestetikan cafe ini.

Waktu berlalu, dua jam sudah Soonyoung menunggu, tapi Jihoon tidak kembali. Awalnya Soonyoung pikir Jihoon ingin memberikan kejutan jadi beralasan untuk membeli sesuatu, tapi ketika dirasa sudah terlalu lama, Soonyoung menjadi khawatir.

"Kemana saja dia?" Guman Soonyoung cemas. Ia tidak mau menunggu lebih lama, di bawanya barang-barang Jihoon lalu mencari pegawai di sana. "Permisi, apa kau melihat permepuan ini tadi? Dia mengenakan rok pendek bergaya Circular berwarna cokelat, dengan Ruffle top biru muda," Soonyoung bahkan menunjukkan potret dirinya dan gadis itu.

"Dia tadi di toilet, namun setelahnya saya tidak begitu memperhatikan," Ucap pegawai wanita itu kemudian. Perempuan itu menunduk, kembali kepada pekerjaannya. Soonyoung keluar dari cafe, mencoba menghubungi Jihoon melalui ponsel, namun ternyata benda itu ada dalam tas Jihoon. Soonyoung ingat pesan Jihoon untuk tidak membuka tasnya.

Hingga Soonyoung merasakan sebuah pelukkan di pinggangnya. Jemari lentik yang melingkari perutnya itu ada cincin pemberiannya. Itu tangan Jihoon.

"Ji! Kau kemana saja, dua jam lho!" Pekik Soonyoung. "Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku?" Omel Soonyoung.

Tampak tidak terpengaruh, Jihoon malah tersenyum. "Kau lolos tes, Soonyoung," Ucap Jihoon. Soonyoung memiringkan kepalanya, alisnya berkerut. "Maksudmu?"

"Sebenarnya aku sengaja meninggalkanmu, aku ingin melihat reaksimu. Kau tahu, selama ini mendengar rumor tentangku yang memutuskan kekasih-kekasihku yang dahulu? Ini yang aku lakukan, hanya kau yang benar-benar kuat untuk tidak membuka tasku," Jelas Jihoon. "Aku memutuskan mereka karena tindakan membuka tasku artinya lebih penasaran dengan apa yang aku punya, bukan akunya," Sambung Jihoon.

Sirna sudah rasa penasaran Soonyoung selama ini. Pantas lelaki-lelaki itu tidak menceritakan kisah lengkapnya, karena mereka akan terdengar tidak beretika jika menceritakan sampai akhir. Mereka ingin membuat Jihoon terlihat jelek dengan menyebar rumor.

"Aku melakukannya untuk mencari seseorang yang benar-benar serius denganku, bukan yang hanya main-main," Soonyoung sadar maksud Jihoon. Soonyoung tahu diri bahwa ia memulai karena penasaran, karena ingin mencoba-coba, namun mengetahui bahwa gadis itu sebenanya sedang menyeleksi lelaki yang akan dikencaninya dengan serius, Soonyoung menajdi lega. Ia bisa melanjutkan perasaannya dengan bebas kepada Jihoon sekarang. Ia punya kisah untuk diceritakan kepada Chan nantinya.

🔷🔷🔷

"Jadi begitu, Chan. Makanya kita tidak boleh sembarangan menyimpulkan," Ucap Soonyoung. Ia baru saja selesai menceritakan pengalamannya hari ini. Soonyoung dan Jihoon resmi mengakhiri pertaruhan mereka dan menjadi kekasih yang sebenarnya.

"Pantas mereka tidak mau jujur," Cibir Chan. "Kasihan noona cantik itu menjadi bahan ejekan satu kampus hanya karena mereka yang tidak jujur," Sambung Chan.

"Aku juga heran," Ucap Soonyoung setuju. Soonyoung melihat sekeliling. Biasanya jam seperti ini akan mereka habiskan bersama, namun tidak ada Seungkwan ataupun Seokmin di sini.

"Mana yang lain?" Tanya Soonyoung. "Seungkwan noona sedang berkencan dengan Vernon hyung. Aku kaget mereka sudah jadian. Kalau Seokmin hyung sudah di kamar, tapi gak mau keluar tuh," Ucap Chan. "Aku mau telpon Kwanie noona dulu. Sudah hampir malam," Chan meraih ponselnya. Karena Seungkwan adalah satu-satunya wanita dalam circle mereka, maka mereka menjaga Seungkwan dengan baik.

"Kalau dia mau pulang, nanti aku yang jemput," ucap Soonyoung. "Aku mau lihat Seokmin dulu," Soonyoung melangkah menuju unit hunian Seokmin. Ia mengetuk dan langsung membuka pintu karena sudah tahu kodenya. "Seokmin," Panggil Soonyoung.

"Aku mau pindah hyung," Ucap Seokmin cemberut. "Aboeji baru meneleponku dan aku harus melanjutkan perkuliahanku di Mokpo," Ucap Seokmin sedih. "Aku tidak mau terpisah dari kalian," Sambungnya lirih.

"Inilah mengapa kau tidak bergabung di unit Chan? Kita masih bisa bertelepon," Ucap Soonyoung.

"Ada satu alasan lagi," Ucap Seokmin sedih. "Aku tidak bisa ketemu Jisoo lagi nanti," Bibir Seokmin sudah melengkung ke bawah. Ia benar-benar tidak ingin pindah.

"Kita cari jalan keluar sama-sama, Seok." Bujuk Soonyoung. "Ayo makan malam dulu, aku akan menjemput Seungkwan sekarang,"

🔷🔷🔷

CRYSTAL [Seoksoo GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang