Sudah dua minggu berlalu, hubungan Leon dan Kaiyca mulai membaik ditambah dengan kehangatan yang mereka berikan untuk Elno. Membuat keluarga kecil itu di cap sebagai keluarga yang harmonis.
"Ai..."
Kaiyca terkejut melihat Leon kembali dengan wajah pucat. Beberapa saat yang lalu cowok itu baik-baik saja, tapi kenapa mendadak wajahnya terlihat pucat sekali?
"Jangan berisik kak, Elno lagi tidur nanti dia kebangun." Ujar Kaiyca pelan ketika Leon naik ke atas kasur dengan cepat.
Leon sama sekali tidak menghiraukan ucapan Kaiyca.
"Gue mau di puk-puk juga," setiap kata yang keluar dari mulut Leon entah itu adanya atau cowok itu sedang mabuk?
"Hah?"
Leon berdecak kesal, "Tuli lo? Kan masih pake alat pendengar, kok gak kedengaran? Gue mau di puk-puk. Dipikir, tuh bocil aja yang boleh, gue juga mau!"
"Udah aku bilang kecilin suaranya," tegas Kaiyca menatap kesal Leon.
"Gapeduli, puk-puk!"
"Iya-iya, sebentar. Sabar kak, sini tiduran di belakang aku nanti aku balik badan kalau memang Elno udah sepenuhnya bobo."
Leon mengangguk patuh, ia turun dari kasur dengan meloncat membuat kasur menjadi tergoncang. Untung saja Elno tidak bangun karena goncangan itu.
"Kak!" kesal gadis itu tertahan.
Cowok itu hanya terkekeh kecil, ia merebahkan tubuhnya di samping kanan Kaiyca tepat di belakang punggung gadis itu. Sesuai perintah dari Kaiyca.
Leon memeluk erat Kaiyca dari belakang dengan kaki yang melingkar di pinggang ramping gadis itu. "Ayok cepatan puk-puk," ujarnya tak sabaran.
"Iya-iya, ini udah selesai. Lepasin dulu pelukannya sama kaki kamu, gimana cara aku balik badan kalau kaya gini posisi nya."
Mendengar itu Leon dengan sigap melepaskan pautan nya pada tubuh Kaiyca. Ketika Kaiyca sudah membalikan badan dan menghadap kearahnya, cowok itu langsung menerjang Kaiyca dengan pelukan tak kalah erat, sampai-sampai gadis itu tidak diberi akses untuk bernafas sebentar.
"Kak, lepas ... Sesak tau!"
"Gak mau."
"Kak, kalau gak mau lepas minimal ini longgarin dulu pelukannya. Pengap aku, kamu mau aku kehilangan nafas?"
"Tinggal kasih nafas buatan, ribet." Jawab Leon dengan santainya.
Kedua alis Kaiyca menukik tajam, ia menggigit leher cowok itu kesal. Karena gigitannya, Leon terpekik namun tertahan saat Kaiyca membekap mulut cowok itu dengan tangannya.
"Sutt ... Diam, nanti nono kebangun. Kamu mau dia bangun trus kamu gabisa dapat puk-puk dari aku?"
Leon menggeleng cepat pertanda tidak mau, enak saja, ia sudah bersusah payah mendapatkan kesempatan ini.
"Kalau ga mau, diam. Aku lepasin tapi awas aja kamu berisik." Ancam Kaiyca yang di angguki dengan patuh oleh Leon.
"Pinter." Sambungnya sembari melepaskan tangannya dari mulut cowok itu.
"Sekarang puk-puk gue!" pinta Leon dengan wajah kesalnya.
Kaiyca mengangguk, "Iya-iya, jangan marah nanti cepat tua." Ucapnya seraya menepuk-nepuk pantat Leon dengan tangan kanannya dan tangan kirinya yang menepuk-nepuk kepala cowok itu pelan.
"Kenapa wajah kamu pucat?"
Leon menggeleng, "Gue juga gak tau, biarin aja palingan cuman kecapean."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONIDAS (PO TGL 4 DES)
Teen FictionLeonidas Lion Strength, yang biasa disapa dengan Leon. Ia mempunyai sifat temperamental, biasa disebut dengan 'raja jalanan' dikarenakan geng motor bernama BRUISER yang diketuai olehnya memiliki akses ke seluruh kawasan Bandung. Bukan hanya itu saja...