Chapter Six: Unforgiven Girls - 2

466 70 30
                                    

"Kau tidak pernah jatuh cinta, ya?"

.

.

.

.

.

"Kau sendiri yang berkata kau yang tak mau kalau bukan dengan orang yang kau cinta. Berarti sampai sekarang, tidak ada orang yang seperti itu, kan?"

"Karena semua orang menyakitiku."

Sudut bibir Yerim tertarik, dia tersenyum tetapi dalam hati dia tersakiti. Geumran benar. Dia tidak pernah merasakan jatuh cinta.

"Menurutmu kenapa aku bisa tertipu oleh Bomin? Aku jatuh cinta, Yerim-a. Pria itu membuatku merasakan cinta pertama kali. Dia memperlakukanku dengan baik. Dia romantis, lembut, membuatku merasa istimewa. Aku dulu juga sama sepertimu, aku bodoh, tidak mengerti apa-apa. Aku akhirnya luluh. Dan ... kau tahu akhirnya."

Yerim memandang cerita pengalaman itu sebagai hal baru. Dia tidak pernah merasakannya. Meski ada satu dua orang yang mungkin begitu, dia tetap tak punya pengalaman sebanding dengan Geumran. Ia malu, namun tak bisa berbuat apa-apa.

Menelan malunya bulat-bulat, Yerim memilih bersembunyi di balik tawa. "Dan apa yang membuatmu yakin kalau pacarmu yang sekarang tidak berbeda dengan Choi Bomin itu?"

Geumran menyeringai, dia menarik Yerim untuk berbisik, "dia berkata dia belum pernah melakukan dan ingin aku jadi yang pertama."

Sebelum Yerim sempat mengumpulkan pemahaman untuk bereaksi, Geumran lebih dulu kabur.

Pekerjaan tetap harus dilakukan, namun karena sepi pengunjung, Yerim bisa pulang tepat waktu. Entah sejak kapan diputuskan, Geumran menetap sampai jam kerja kawannya selesai dan akan melanjutkan cerita di rumah. Dia tidak bisa menolak ketika Geumran ingin menginap di apartemennya. Dia bahkan membelikan makan malam dan juga banyak cemilan untuk itu. Pertukaran cerita tentang lelaki ini rupanya sangat menyenangkan.

Sudah lama sejak terakhir kali Yerim berteman dengan seorang gadis. Jisung adalah satu-satunya kawan terdekat selama sekolah menengah atas. Berarti, mungkin sudah hampir empat tahun. Teman laki-laki tidak akan mengerti dengan cerita seperti itu. Yerim merasa lebih bebas berekspresi karena menurutnya sesama gadis lebih mudah mengerti.

"Kau berkata kau punya rahasia? Rahasia seperti apa?"

Geumran tidak ingin sesi makan ramyeon ini berlalu dengan tenang, pertanyaannya yang mendadak itu membuat kunyahan Yerim terhenti. Benar, dia berjanji akan memberikan rahasia sebagai pamrih dari milik Geumran yang ia ketahui. Dia tidak masalah menceritakannya, karena memang dia sendiri yang mengajukan itu. Hanya saja, mengingat kembali masa-masa lampau membuat dia sedikit emosional.

"Benar. Aku hampir lupa." Yerim meletakkan sendoknya, kemudian bersiap dengan merapikan duduk dan punggungnya. "Aku berjanji menceritakannya padamu sebagai sumpah agar kita impas, ya?"

Geumran mendelik, "kau membuatnya terdengar ekstrem. Apa rahasiamu? Karena kau masih perawan, berarti bukan tentang itu, kan? Oh! Apa kau pernah membunuh seseorang?"

Yerim terenyuh, dia tahu kalau Geumran sesungguhnya bercanda. Tetapi dia tidak bisa menolak. Senyuman kecil terukir kemudian dia menghela napas. "Tentu saja tidak."

Geumran mengangguk sambil terkekeh, tentu saja tidak, kan?

"Kakakku yang melakukannya."

Tetapi takdir menampar tawa yang terlalu sumringah dengan keras. Tahu sutra yang masih mengambang di antara mangkuk dan mulut terjatuh karena sumpit yang mengaitnya bergetar. Mulut yang mengunyah berhenti. Mata membulat dan bergoyang, ekspresi seorang Geumran persis seperti orang yang melihat hantu.

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang