dua puluh satu

13 0 0
                                    


Warning! Cerita ini mengandung kekerasan verbal dan nonverbal, sexual desire, dan Using dangerous weapons.

❗Only 18+ mohon baca sesuai usia ya, bijaklah dalam memilih bacaan

"Karena ini." Naga mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya, totalnya hampir setengah juta jika dilihat-lihat.

Disana Shenna terpelongo, ia masih kurang paham. "Lo sekarang kerja jadi dukun pengganda uang?" Tanyanya dengan begitu polos.

"Wahahaha, bukan.. bego!" Tak disangka cowok itu tertawa cukup keras, perutnya bahkan sakit karenanya.

"Ya habis lo ada di tempat serem kek gini, siapa tau lo habis di serang klien gara-gara gagal gandain duit." Shenna coba mempertahankan dirinya agar tidak malu.

Tawaan Naga lalu terhenti, sempat diam beberapa detik sampai akhirnya ia memberitahu Shenna satu fakta. "Gue ngerampok."

"Ha?! Lo gausa bercanda deh, berarti mereka tadi ngejar Lo?" Mulut Shenna menganga lebar awalnya, ia menatap wajah cowok itu yang tertunduk, lemah, dan seperti kehilangan semangat.

Namun Naga hanya diam, tidak terlalu menggubris perkataan Shenna. Cowok itu sesungguhnya sangat malu mengatakan ini semua, dihadapan Shenna, dihadapan gadis yang ia sukai.

"Tapi kenapa?" Shenna lalu bertanya dengan nada lembut, membuat Naga akhirnya mau menceritakan semuanya.

"Gue lagi butuh uang untuk bertahan hidup." Jawabnya singkat.

Shenna langsung berujar dengan nada yang cukup keras, "Gaji dari jagain toko buku rasanya gak se minim itu. Kenapa lo nekad lakuin hal kriminal kayak gini?"

"Trus apa bedanya kita? Keadaan yang desak kita untuk lakuin tindakan diluar norma!!!" Naga tiba-tiba marah, ia melantangkan suaranya tepat didepan Shenna.

Shenna pun merasa kesal dengan perkataan Naga, tapi sebisa mungkin ia tahan agar tidak meledak.

"Maaf, gue bukan bermaksud gitu, gue cuma ada sedikit trouble." Naga lagi-lagi tertunduk dalam.

Shenna lalu menyentuh pundak Naga, "ceritalah selagi kita bertemu." 

Naga menghembus napas panjang dan mulai menceritakan segalanya, "Bukan pertama kalinya gue pindah dari satu tempat ke tempat lain, Shen. Itu semua bukan tanpa alasan, gue lagi cari adik kandung gue, Hera. setiap saat gue selalu melacak keberadaan bokap, laki-laki bajingan itu selalu bawa adik gue pergi. Terakhir posisinya ada di daerah ini."

"Apa yang dilakuin bokap lo ke adik Lo itu? Bukannya kalau bareng bokap hidupnya bakal lebih terjamin?" Gadis itu paham dengan tujuan Naga tapi entah kenapa sepertinya ada yang janggal.

Tak lama kemudian wajah Naga memerah, napasnya mulai tak beraturan. Ia hanya duduk mematung sambil bersandar, kedua lututnya sejajar dengan wajahnya saat ini. Cowok itu merangkul kakinya dan menangis sambil menutup wajahnya.

"Hera kemarin sakit, tapi malamnya ia dipaksa melayani pria penyuka anak-anak," Naga amat sangat terluka ketika mengatakan fakta tentang ayahnya tersebut.

Naga semakin teriris, bibirnya bergetar tanpa henti, "Dia masih kecil, dia masih berhak bermain dengan anak seusianya bukan dengan seorang pedof*l."

Shenna hanya bisa ternganga saat itu juga. Sama sekali tak bisa ia bayangkan hal se mengerikan itu bisa terjadi pada adik Naga.

Akhirnya cowok itu mengangkat kembali wajahnya, Shenna disana berinisiatif menyeka air mata Naga yang tumpah dan berusaha memberikan aura positif kepada cowok ini.

"Kita akan bawa Hera pulang." Hanya itu yang bisa Shenna ucapkan saat ini untuk menghibur Naga. Meski ia sangat meragukan hal itu akan berhasil, tapi setidaknya ia sudah bertekad untuk bisa membebaskan seorang anak dari penjara tak bermoral yang dibangun oleh ayahnya sendiri.

Naga lalu mengangguk, Shenna kemudian menghanyutkan Naga dalam dekapannya. Gadis ini benar-benar tidak habis pikir jika Naga menyimpan masalah serumit ini.

"Ayo kita obati dulu luka Lo." Shenna lalu mengajak Naga untuk kembali ke rumah, tepatnya basecamp.

Tiba dirumah Shenna langsung diinterogasi, ditanyai ini itu, namun Shenna hanya fokus membersihkan luka Naga.

"Disini bukan tempat ngumpul orang sakit." Sindir El.

"Dari awal aja lo sengaja ngumpulin kita pas lagi sekarat, lagian gue cuma minta alkohol dikit doang! Pelit banget, sih." Shenna jauh lebih julid.

Perseteruan mereka terhenti saat Ola bertanya, "Lo Naga, kan? Yang waktu itu pers di berita?"

"I-iya.." jawab Naga agak takut sebab wajah Ola yang sangat serius itu.

"Seorang dengan catatan kriminal bisa mengadakan pers, gimana bisa?" Pertanyaan Ola semakin dalam, membuat Naga mulai merasa diintimidasi.

Rhea disana mencoba mencairkan suasana, "nanti aja ya nanya nya, kasian dia." Rhea berbisik tepat di depan telinga Ola.

"Catatan kriminal? Apa maksudnya?" Sahut El.

"Dia mantan napi, tapi cuma kasus ringan, kasus pemalsuan laporan berujung ke pencemaran nama baik, bukan begitu?" Ola bertanya langsung kepada yang bersangkutan.

Shenna disana juga ikut merasa diintimidasi, meskipun ia tidak tahu persis kasus yang di singgung Ola, tapi rasanya saat ini bukan waktu yang pas untuk membahas itu. "Ola, bisa kita bahas itu nanti aja?" Tegasnya.

Tiba-tiba Naga menyaut, "Benar, itu semua fakta."

Kepala Shenna terangkat dan tatapannya terkunci ke arah Naga. "Ada sindikat perbudakan anak-anak yang dijalani bokap gue, gue mau laporin banyak tindak kejahatan disana, bukti udah gue kumpulin semua tapi sayangnya semua itu dimanipulasi dan dipalsukan, alhasil semua data yang gue punya menjerumuskan gue ke kasus lain,"

"Informasi yang gue dapat sejalan dengan perkataan Lo, jadi berarti sindikat itu masih berjalan sampai sekarang?" Ola terus menggali informasi.

Naga menghembus napas panjang, "perkumpulan itu pastinya udah semakin besar dan melebar, tapi gue janji bakal hancurin sindikat itu, sebab adik gue jadi salah satu korbannya."

"Pantas aja disekitar sini anak-anak kecil gaada keliatan satupun. Gue jadi cak kebayang kalau perkumpulan itu benar-benar besar." Rhea menambahkan.

El ikut bersuara, "so, itu bukan jadi tugas lo satu-satunya disini. Karena memang begitu tugas kami disini, memberantas hama seperti itu."

"Terimakasih informasinya, gue bakal coba usut lebih dalam tentang sindikat ilegal itu." Ucap Ola.

"Kita bakal susun plan mulai dari sekarang."

"Persenjataan bakal gue urus."

"Kira-kira siapa orang besar yang tergabung dalam sindikat itu ya?"

Perkataan empat gadis ini membuat Naga disana jadi bingung. Pertanyaannya apakah mereka berempat ini adalah utusan dari kepolisian yang menyamar? Gak mungkin, Shenna saja statusnya masih jadi buronan.

"Eh bentar!" Naga berseru, "kalian ini ngapain? Cosplay jadi densus 88?"

"Lah? Pacar lo gak ngejelasin emangnya?" El menyaut sambil melihat kearah Shenna yang sibuk membereskan kotak p3k.

"Pacar.. pacar.. palamu!" Gertak Shenna.

El tidak menggubris, ia hanya memutar bola mata tak senang.

"Gue juga gak begitu paham konsep sirkel kece satu ini, awalnya kita ketemu gak sengaja, posisinya lagi sama-sama hancur, tapi yang jelas hobinya itu nangkap penjahat yang senang sama kekerasan, meresahkan, mengganggu, khususnya para bejat hobi merusak kehidupan orang lain." Jelas Shenna.

"Kek nya seru, boleh join?"

***

To be continued..
Vote dan comment jangan lupa sanakk

Ikuti dan nikmati selalu alurnya yaa, sampai ketemu di next part🙆

Big love,
rosaekavania❤️



R.O.S.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang