Bab 1 : Kedatangan.

381 42 5
                                    

" Baiklah semuanya, mohon berhenti bekerja dan mendengarkan dengan jelas " ucap inspektur Donghae yang masuk ke divisi detektif.

" Kita kedatangan dua orang baru dari negara yang berbeda, saya harap kalian bisa menjadi rekan kerja yang baik untuk mereka " lanjut inspektur Donghae dengan sedikit tegas.

Semuanya pun menjadi mendengarkan apalagi beberapa petugas wanita yang sangat bersemangat saat itu.

Karena mereka semua mendengar rumor jika ada dua lelaki yang akan pindah ke kantor dan masuk divisi mereka, tak lama kedua orang itu masuk ke sana.

" Baiklah, silahkan perkenalkan diri kalian " ujar Donghae yang mempersilahkan mereka berdua.

" Perkenalkan saya Nakamoto Yuta dari Jepang, tepatnya dari kantor polisi pusat yang ada di Tokyo " kata Yuta dengan senyumnya.

" Saya Johnny Suh yang berasal dari negara Amrik atau kota Chicago " lanjut Johnny dengan singkat.

Kedua perkenalan itu membuat para petugas wanita sangat senang, setidaknya mereka mencuci mata kala itu.

" Baiklah kalian berdua bisa duduk di kursi yang berada di pojok sebelah kanan, dan para senior kalian akan memberikan kalian berdua arahan " kata inspektur Donghae dan pergi dari sana.

Setelah inspektur Donghae pergi, langsung banyak yang berkenalan dengan mereka berdua apalagi para petugas wanita.

Bisa dikatakan kantor polisi pusat yang ada di kota Seoul ini sering sekali didatangi oleh wanita-wanita, hanya untuk mencuci mata saja.

Bagaimana tidak? hampir semua petugas mereka benar-benar cantik dan tampan semua, siapa yang tak ingin melihatnya?

Setelah perkenalan itu Johnny dan Yuta pun mulai bekerja, ternyata Johnny mendapat detektif pembimbing yang namanya detektif Ian.

Detektif itu memang kerap di panggil detektif Ian, dan hal itu membuat banyak orang-orang yang memanggilnya dengan sebutan 'Ian'.

" Hai John, saya akan menjadi pembimbing mu untuk beberapa bulan ini " sapa Ian yang menghampirinya.

" Ahh baiklah, apa yang harus kulakukan kali ini? " tanya Johnny yang langsung siaga.

" Ayo ke tempat kecelakaan yang yang di dekat sini " ajak detektif Ian dan Johnny langsung mengangguk.

Johnny sendiri membawa lencana kepolisiannya, buku kecil berserta pena warna hitam yang selalu ada di saku jas nya.

Mereka pun sampai di tkp dan memperlihatkan lencana kepolisian tadi, dan para petugas pun membolehkannya.

" Korban kali ini adalah korban pembunuhan berantai, yang bernama Park Shin Hye yang mendapat tikaman di titik lehernya atau di belakang lehernya " jelas salah seorang petugas forensik yang ada di sana.

Detektif Ian pun membicarakan hal itu dengan petugas forensik tadi, sedangkan Johnny menjadi merasa janggal akan suatu hal dari kematian itu.

" Ada yang mengusik pikiran ku namun aku tak mengetahuinya " batin Johnny yang terus berpikir untuk menemukan yang membuatnya terusik kala itu.

Tak lama detektif Ian dan Johnny memutuskan kembali ke kantor polisi, di perjalanan Johnny baru menemukan yang membuat pikirannya terusik sejak tadi.

" Ah mengapa sang pembunuh membunuh korbannya di dekat kantor ini? " tanya Johnny dalam hati.

Ia benar-benar kepikiran akan hal itu sejak tadi ternyata, namun memang hal itu cukup aneh bukan dan mengapa pembunuh menikamnya dari belakang?

Apakah pembunuh itu memiliki sebuah pesan setelah melakukan metode pembunuhan tersebut? atau memang tidak ada sama sekali?

Setelahnya mereka semua membahas ini di ruang rapat, Johnny dan Yuta juga gabung disana kala itu untuk mendengarkan penjelasan lebih rinci.

Rapat itu berjalan sangat lama sekali, memakan waktu dua jam lebih agar bisa mendapatkan informasi akurat.

Setelah rapat itu selesai Johnny dan Yuta langsung keluar dari sana, mereka berdua saja mengantuk mendengarnya.

" Rapatnya sangat lama, membuat seluruh badan ku menjadi kaku seketika " Kata Yuta yang meregangkan seluruh otot nya.

Hal itu membuat beberapa petugas wanita menjadi terpesona, terkesima, kaget dan sebagainya ketika melihat Yuta yang melakukan peregangan itu.

" Kau benar dan itu membuat ku mengantuk " balas Johnny yang mengurut kedua pelipis dahinya.

" Mau beli kopi tidak? aku butuh asupan zat kafein kali ini " ajak Yuta yang mendapatkan ide itu.

" Bagus juga, ayo " lanjut Johnny yang menyetujui ajakan dari Yuta.

Mereka pun izin sebentar untuk pergi keluar dan mampir di salah satu supermarket untuk membeli kopi tadi, setelahnya mereka berbincang di luar supermarket itu.

Tak lama terdengarlah suara tabrakan yang membuat Yuta dan Johnny langsung saling menatap satu sama lain, meninggalkan es kopi mereka dan berlari menuju tempat tabrakan itu.

Mereka berdua berlari dengan cepat dan setibanya disana Yuta langsung mengamankan seluruh orang-orang yang melihatnya, sedangkan Johnny memeriksa akan tubuh korban.

" Terlambat, dia sudah meninggal sekitar 5-10 menit yang lalu dan sudah tak bisa memberikan pertolongan " kata Johnny yang membuat Yuta langsung menoleh ke arahnya.

" Apa kau yakin? aku akan menelepon ambulan dan polisi sekarang " jawab Yuta yang langsung mengambil hpnya.

Yuta kaget mendengarnya dan dia langsung menelepon polisi dan ambulan untuk datang kesana, dia sendiri masih mengamankan seluruh tempat tkp.

Akhirnya para polisi dan ambulan pun datang, mereka berdua dimintai keterangan dan Johnny langsung menjelaskan segalanya.

" Saya tadi menemukan ini di tangannya, saya sendiri tak yakin ini pesan kematian atau pesan petunjuk " ucap Johnny yang menyerahkan secarik kertas ke petugas forensik.

" Hei John, apa isi kertas itu? " tanya Yuta yang mendengarnya.

" If i die before awake, please don't tell to somebody about this " jelas Johnny yang membuat Yuta menjadi bingung.

" Mungkin itu pesan kematiannya " lanjut Yuta yang menyimpulkannya.

" Mana mungkin, pesan kematian setidaknya ada petunjuk akan pelakunya " bantah Johnny dengan nada pelan.

" Bisa saja John, di Jepang sudah banyak yang seperti ini dan aku yakin disini juga seperti itu " jelas Yuta yang masih menyakinkan akan hal itu.

" Baiklah dan anggap hal itu pesan kematian darinya, apa kau paham akan artinya? " tanya Johnny langsung kepada intinya membuat Yuta menjadi memikirkannya sekali lagi.

" Apa mungkin yang ia maksud untuk tak menyiarkan atau memberitahukan siapapun tentang kematianna? " tanya Yuta yang membuat Johnny merasa kesal.

" Ayolah Yuta itu memang arti pesannya, yang aku pikirkan mengapa seorang remaja menulis hal itu? " sahut Johnny yang hampir habis kesabarannya.

" John? apa kau lupa jika negara ini memiliki kasus bunuh diri yang cukup tinggi karena bullying atau depresi, di negara ku juga banyak yang melakukan hal itu " jelas Yuta lagi yang membuat Johnny baru mengingatnya.

" Kau benar Yuta dan negara ini dengan negara mu memiliki area yang tertentu untuk melakukannya, aku rasa gadis tadi terkena gangguan mental yang cukup dalam " timpal Johnny yang baru paham.

" Namun setiap orang yang merasakannya bisa saja ingin mati mendadak dalam cara apapun, jangan lupakan hal ini " balas Yuta yang mengetahuinya.

Mereka berdua pun masih saja membahas itu dan masih mencoba memecahkan setiap hal baru yang mereka temukan di tempat kecelakaan itu.

" Aku yakin ini kecelakaan biasa saja dan mungkin si gadis itu tahu akan waktu akhirnya sendiri. " batin Yuta yang mendapatkan jawabannya.

" Ini bukan kecelakaan biasa, namun pembunuhan berencana yang dikira sempurna padahal meninggalkan banyak hal. " batin Johnny yang mengetahui hal yang sebenarnya.

"Love Story at Police Headquarters" | Johnten & Yuwin. [SLOW UP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang