Ucapan Raihan, masih teringat jelas dalam pikiranku. Orang-orang introvert dengan pemikir seperti aku ini, benar-benar seringkali membuatku susah sendiri.
Jalanan sudah mulai sepi, memasuki gang rumahku, abang ojek online mulai menanyakan dimana rumahku."Yang mana mbak rumahnya?" Tanua si ojek.
"Itu di depan mas. Cat warna hijau." Tuturku menjawab.Motor kemudian mengerem perlahan-lahan dan berhenti di depan rumah.
Saat membuka pintu, aku melihat toples-toples kue milik ibu sudah rapi. Aku tadi berpamitan akan ke PRJ dan janji akan membantu ibu untuk merapikan toples-toples itu. Tapi sayangnya, ibu sudah keburu tidur."Yah, ibu udah keburu tidur." Ujarku sambil menatap ibuku yang terlelap.
Malam itu, aku langsung masuk kedalam kamar. Dan disambut dengan Bela yang duduk diatas lemari sambil membelai rambutnya.
"Astaga!" Ujarku terkejut.
"He..he..he..." Bela tertawa dengan kencang. Membuat bulu kudukku merinding.
"Nara, tadi.. " suara Bela tiba-tiba jadi berubah berat.Aku menatap Bela, entah kenapa malam ini lingkar mata bela jadi lebih tebal hitam lebih dari biasanya.
"Lo punya pelindung ya?" Bela turun perlahan dari atas lemari dan menghampiriku."Maaaksuud Lo?" Tanyaku gagap. Wajah Bela kini hanya berjarak 1 meter dariku. Aroma melati membuatku sadar setengah mati kalau, selama ini aku berteman dengan setan, alias kuntilanak.
"Tadi di PRJ, Gue enggak bisa lihat Lo. Itu artinya Lo dilindungi. Dia tahu soal Gue?" Tanya Bela menelisik.
"Hmmm, enggaak sih kayaknya." Jawabku berbohong. Aku tak tahu, harus jawab jujur atau tidak, tapi aku ingin sekali menjauh dari hantu ini. Benar-benar dia sangat mengangguku.
"Jangan coba-coba bohong sama Gue, atau..." suara Bela membuatku ketakutan. Keringatku bercucuran. Kali ini wajah Bela sangat menakutkan.
"Bel, Gue istirahat ya. Jangan lupa kalau keluar, jendelanya ditutup. Dingin Gue, masuk angin nanti." Ujarku sambil menarik selimut.
Brukk!
Pintu jendela tertutup dengan kencang.***
Malam jumat konon selalu menjadi malam yang menyeramkan bagi orang-orang. Anggapan mistis itu masih ada. Termasuk kepada Ibuku. Diam-diam, ibu selalu membuat 2 jenis kopi yang disimpan di dapur rumah.
"Bu.." ujarku menyapanya. Dia sedang sibuk mengaduk kopi didalam cangkir.
"Iya.." jawabnya tanpa menoleh.
Aku mendekatinya perlahan.
"Ibu pasti bikin kopi ginian setiap hari kamis deh. Abid magrib lagi bikinnya. Buat apaan sih bu?" Tanyaku penasaran.
"Buat.. hmm.." ibu tergagap.
Aku yakin ibu masih menyimpan rahasia kepadaku. Sepeninggal Bapak dan aku hanya berdua dengan Ibu di rumah ini, aku pastikan Ibu selalu membuat ramuan ini setiap hari kamis malam."Udahlah, gak usah tanya. Lagian tumben kamu nanya-nanya." Ibu bergegas meletakkan dua cangkir kopi di bawah meja makan.
"Bu, ibu percaya sama yang berbau mistis ya?" Tanyaku menelisik.
Ibu langsung menoleh dengan wajah terkejut. "Kenapa? Kamu diikutin syetan ya belakangan ini? " ibu justru malah membidikku dengan pertanyaan yang benar. Aku bahkan belum menceritakan sedikitpun tentang Bela kepada Ibuku.
"Loh, kok Ibu bilang gitu?" Tanyaku gugup.
Dari kejauhan, Bela mengintip aku dan Ibu yang sedang berbincang. Wajahnya seperti orang penasaran.
"Ya abis tumbenan, kamu ini.. kamu gak ada tugas kuliah?" Tanya Ibu.
Ibu dan aku akhirnya keluar dari dapur, kemudian saat kami sudah di ruang tamu, bayangan putih terbang masuk kedalam dapur. Mendekati kopi yang baru saja dibuat ibuku.
"Hey, kamu siapa?" Tanya Bela mendekati bayangan putih itu.
Ternyata, ada makhluk lain yang masuk kedalam rumah.
"Kamu yang siapa? Berani-beraninya kamu mau mencuri makananku." Makhluk berpakaian putih itu sama jenisnya dengan Bela.
"Aku, temannya Nara." Jawab Bela.
"Kamu pasti mati penasaran. Kasian. Hidupmu tidak punya pemilik." Makhluk itu menyinyir Bela.
"Apa maksudmu?" Tanya Bela terkejut.
"Aku sudah lama tinggal dengan manusia ini. Tanpaku, dia takkan bisa hidup. Dia itu miskin. Mana ada yang mau beli dagangan dia. Kalau bukan karena aku. Ha..ha..ha.." ujar Makhluk itu memberitahu Bela.
Bela tak heran, ketika dia memilih Nara sebagai "teman" dia memang merasa hanya Nara yang memiliki "pemikat".
Ternyata, sang Ibulah pemikat itu."Aku takkan mengganggumu. " ujar Bela kepadanya.
"Baguslah. Untuk apa kamu disini? Tentu kamu punya maksud kan?" Tanya makhluk itu.
"Aku ingin,Nara membalaskan dendamku pada laki-laki yang sudah membunuhku." Jawab Bela.
"Hah, pengecut. Gunakan kekuatanmu. Pergilah ke Paranormal. Dia memiliki banyak cara untukmu." Ujar Makhluk itu.
"Dimana dia?" Tanya Bela.
"Ikuti aku."
Bela dan makhluk itu terbang bersama-sama dan meninggalkan rumah Bela. Nara sudah memiliki firasat bahwa Bela ada di sekitarnya.
Namun lama-lama aroma itu hilang sendirinya.***
KAMU SEDANG MEMBACA
BAYANGAN NARA
HorrorJangan pernah berteman setia dengan bayangan, ternyata bayangan itu bisa jadi bukanlah ragamu. Tapi raganya. Enjoy my story, tinggalkan komentar dan berikan bintang. Terimakasih!