Tepat saat mata bulat pemuda manis itu terbuka yang pertama kali di lihat nya adalah langit-langit kamar milik Renjun, atau lebih tepatnya sekarang ini kamar itu sudah menjadi miliknya juga.
Pemuda manis itu melirik ke arah samping begitu dirinya mendengar suara sang suami yang tengah melantun-kan ayat-ayat suci al-quran.
Di tatap nya punggung tegap itu dengan perasaan bersalah nya yang kian membesar setiap harinya.
Pemuda manis itu sekarang ini benar-benar tengah merasa amat bersalah karena sudah membuat orang beriman seperti Renjun melakukan dosa sebesar ini.
Haechan akui dirinya benar-benar sangat munafik karena baru memikirkan hal ini begitu mereka berdua sudah menikah, seharusnya dirinya mampu berpikir jernih kala itu sehingga hal buruk seperti ini tak terjadi.
Namun semuanya sudah sangat terlambat, mau di sayangkan seperti apapun kini pemuda manis itu sudah menyandang nama Renjun di belakang namanya.
Disatu sisi Haechan sangat merasa amat bersalah, namun disisi lain pula
Pemuda manis itu benar-benar merasa sangat amat senang karena
Sudah membuat pemuda tampan itu menjadi miliknya seorang."Mas" cicit Haechan pelan seraya menatap punggung sang suami dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Renjun langsung menoleh begitu mendengar suara sang istri yang terdengar masih serak, bukti jikalau pemuda manis itu baru saja bangun dari tidur nyenyak nya.
"Kenapa hmm?" tanya Renjun seraya menaruh al-qur'an yang baru saja dirinya baca ke atas nakas, kemudian setelahnya pemuda tampan itu berjalan menghampiri sang istri yang tengah terisak kecil.
"Kok nangis, kenapa hmm?" tanya Renjun lagi seraya mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang.
"Aku mau cerai" mata Renjun sukses melotot begitu mendengar ucapan sang istri barusan.
"Loh kenapa?, kita baru aja nikah satu bulan loh sayang. Masa langsung mau cerai aja" tanya Renjun seraya membawa tubuh berisi sang istri kedalam pelukannya.
"Hiks... Mas" tangisan Haechan langsung pecah begitu mendengar suara Renjun yang teramat sangat lembut, itu adalah sisi Renjun yang selalu mampu membuat Haechan tak bisa berpaling kemana pun. Walaupun tengah marah sekalipun Renjun tak akan pernah mau membentak nya atau sekedar berkata kasar pun tak Renjun lakukan.
Mau bagaimana pun Haechan melakukan kesalahan pemuda tampan itu hanya akan tersenyum seraya menatap wajah manisnya dengan penuh puja.
"Cup... Cup... Cup istri mas kenapa jadi cengeng begini hmm?, galak nya kemana?. Kok sekarang ilang?" kata Renjun sembari mencium pipi bulat si manis secara bergantian.
"Maaf" kata Haechan lirih sembari menggenggam tangan sang suami dengan sangat erat.
"Maaf karena sudah membuat mas melakukan dosa sebesar ini, seharusnya dulu aku gak mudah jatuh hati kaya begini. Tapi aku juga gak mau kalau mas gak sama aku" kata Haechan seraya mengelap ingus yang keluar dari hidungnya menggunakan baju koko yang tengah Renjun kenakan.
Renjun yang melihat nya hanya terkekeh pelan, tak ada rasa jijik sama sekali kala kini baju koko nya sudah di penuhi oleh ingus sang istri.
"Bukan kesalahan kamu sayang, tapi ini kesalahan mas sepenuhnya karena terlalu memaksakan kehendak mas sama kamu. Jadi mas mohon jangan salahin diri kamu lagi sayang dan juga untuk sekarang ini mas mohon lupain hal itu sejak ya, mending untuk sekarang kita fokus aja sama hal yang lain" pipi bulat si manis sukses memerah begitu mendengar ucapan Renjun barusan.
"maaf baju mas penuh sama ingus aku" kata Haechan sembari menatap baju koko yang Renjun kenakan dengan perasaan bersalah nya.
"Tak apa" kata Renjun sembari mencium kening si manis dengan penuh kasih sayang.
"Mas mau, boleh?" pinta Renjun sembari menatap wajah si manis dengan penuh permohonan.
"Kan kemarin udah" kata Haechan sembari menunduk, pemuda manis itu sekarang ini benar-benar merasa sangat malu karena di tatap dengan intens oleh sang suami.
"Itu kan kemarin sayang, kan sekarang beda lagi" kata Renjun seraya mulai membaringkan tubuh berisi si manis di atas ranjang.
"Mas" cicit Haechan sembari berusaha menjauhkan tubuh sang suami darinya.
"Mas sudah tak tahan bear, kamu hanya perlu diam sayang biar mas yang gerak" kata Renjun seraya mulai menyentuh tubuh si manis dengan penuh kekaguman.
Haechan dan segala yang pemuda manis itu punya memang selalu mampu membuatnya takjub.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Renjun berjalan menghampiri si manis yang tampak tengah memakan semangkuk mie instan sembari menonton tayangan kartu di televisi.
"Assalamualaikum wahai istri ku, suami tampan mu ini pulang" Haechan langsung menoleh begitu mendengar suara sang suami yang sudah sangat dirinya rindukan sendari pagi.
"Mas" kata Haechan sembari merentangkan kedua tangannya.
"Aduh-duh, istri gembul nya mas" kata Renjun sembari menggendong tubuh berisi sang istri ala koala.
"Kangen" kata Haechan sembari memeluk tubuh Renjun dengan sangat erat.
"Mas juga kangen sayang" kata Renjun sembari mencium rambut hitam si manis dengan penuh kasih sayang.
"Mas bawa makanan?" tanya Haechan sembari menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.
"Bawa, mas bawa bakso, nasi goreng, es krim dan martabak telur sesuai pesenan kamu" mata bulat si manis tampak berbinar begitu mendengar ucapan sang suami barusan.
"Makasih mas, aku sayang banget deh sama mas" kata Haechan sembari menciumi wajah tampan sang suami dengan penuh kasih sayang.
Memenuhi wajah tampan itu dengan air liur nya.
"Gembul nya siapa sih ini" kata Renjun gemas sembari mencium bibir si manis beberapa kali.
"Mas Renjun!!"
TBC
Udah siap-siap pisah sama book ini belum?
Book baru dengan genre islami lagi otw meluncur nih.