Bab 1 : awal

5 2 1
                                    

Suara gemericik hujan dan orang-orang yang berlalu lalang memenuhi jalan malam itu, seorang gadis dengan keadaan baju yang sudah basah karena hujan dan cairan berwarna merah mengucur dari kepalanya.

Gadis itu hanya duduk terdiam dengan pandangan kosong menatap orang-orang yang sibuk mengangkat tiga orang dan memasukannya kedalam mobil ambulan, tubuh gadis itu hampir ambruk jika saja tak ada seseorang yang menangakapnya, "ibu..ayah..zea" lirihnya sebelum penglihatannya menjadi gelap dan kesadarannya menghilang.

~~~

Satu minggu setelah kecelakaan tunggal yang menewaskan dua orang suami istri, dan dua anak perempuannya dalam keadaan koma.

Sebuah lorong rumah sakit terlihat cukup sibuk dengan lalu lalang para perawat dan dokter.

"Dokter, pasien di ruang 315 sudah siuman," ucap seorang perawat sambil memberikan data pemeriksaan kesehatan milik pasien.

"Terimakasih, itu adalah kabar bahagia yang sangat ditunggu, Aku akan memeriksanya." 

Dokter itu mengambil berkas data dan berjalan kearah kamar 315.

Seorang gadis dengan perban di kepala dan wajah yang masih pucat menatap kearah dokter yang baru saja masuk ke ruangannya.

"Halo guzel, bagaimana perasaanmu?" Tanya dokter sambil menghampiri gadis bernama Guzel tadi.

"Saya baik-baik saja, bahkan tidak merasa pusing atau keluhan apapun." Gadis mengalihkan pandangannya kearah jendela yang ada di pinggir ranjangnya.

Dokter itu menarik sebuah kursi dan melegakannya di samping ranjang. "Boleh aku duduk?" Tanyanya dengan senyuman hangat  saat Guzel menganggukan kepalanya.

"Apa ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan?"

Guzel masih menatap kosong kearah luar jendela, dia mengingat dengan baik kejadian hari itu namun semuanya terjadi seperti mimpi sebelum akhirnya ia tersadar jika kejadian mengerikan itu adalah kenyataan saat matanya menatap atap rumah sakit dan selang oksigen yang ada dihidungnya.

"Apa orang tuaku meninggal?"

Dokter itu cukup lama terdiam sebelum akhirnya menganggukan kepala lemah. "kami tidak sempat menolongnya, maaf." Wajah sang dokter terlihat menyesal namun Guzel tampak tak perduli.

"lalu adikku?"

"Adikmu masih dalam keadaan koma, kami tidak tahu kapan adikmu akan terbangun."

Mendengar itu Guzel hanya bisa menahan rasa bersalah pada adiknya. "kenapa hanya aku yang baik-baik saja?" Batinnya.

"Kapan aku bisa keluar dari rumah sakit?"

"Mungkin sekitar satu minggu kedepan, kamu baru sadar dari koma jadi tubuhmu masih memerlukan perawatan," jelas dokter.

Melihat Guzel yang tampak tak mendengarkan dokter tersebut hanya bisa memghela nafasnya pelan, tentu saja mental seseorang tidak akan baik-baik saja saat ia bangun dari koma dan tahu jika orang tuanya meninggal ditambah dengan keadaan saudarinya yang sedang terbaring koma.

Guzel membaringkan tubuhnya kembali setelah dokter tadi keluar, pandangannya lurus kearah langit-langit mencoba menerawang kembali kejadian sebelum kecelakaan.

Ia tidak merasakan sedih ketika mendengar kematian orang tuanya, lagipula hubungan keluarganya memang tidak pernah baik dari awal.

Seorang ayah yang tidak bertanggung jawab dan hanya bisa membawa wanita keluar masuk kedalam rumah, mengabaikan perasaan seorang istri yang terkhianati dan berakhir menjadi seorang ibu yang sering melakukan tindak kekerasan pada putrinya untuk melampiaskan rasa marah dan kecewa.

Dan seorang anak hanya bisa menjadi korban dari hancurnya hubungan kedua orang tuanya.

Menyebalkan sekali harus lahir dalam keluarga yang hancur, tapi ia bisa apa ketika semuanya tak bisa berubah menjadi lebih baik  hanya karena rasa kesal dan amarah.

Jika saja ia bisa pergi dan menghilang, kenapa kecelakaan tak membawanya pada kematian yang dia inginkan?

Guzel menutup matanya yang  perlahan, sepertinya jiwanya lebih terluka dibandingkan dengan tubuhnya yang dipenuhi dengan perban.

Beberapa menit kemudian seseorang memasuki ruang rawat Guzel dan berjalan menghampirinya yang telah tertidur, tangannya terulur untuk mengusap pelan bekas air mata di wajah gadis itu. "Maafkan aku, tolong bersabar sebentar lagi" ucapnya sambil membenarkan selimut Guzel dan menatapnya cukup lama.

~~~

Sinar matahari pagi masuk  melewati jendela kamar rumah sakit yang terbuka, membuat ruangan itu terasa hangat.

Guzel mengikat rambut panjangnya dan merapihkan pakaian yang ia kenakan, hari ini ia memutuskan untuk keluar dari rumah sakit.

"Apa kamu yakin akan baik-baik saja?" Tanya seorang dokter yang tiba-tiba masuk dan berdiri di sebelah pintu, ia merasa khawatir karena ini masih lima hari sebelum kondisi Guzel benar-benar pulih.

"Tentu saja, lagi pula berdiam diri di kasur tidak membuatku lebih baik. Dan aku membutuhkan uang untuk membayar biaya perwatan  adikku."

Guzel berjalan menghampiri dokter dan berdiri di hadapannya. "Terimakasih sudah merawatku dokter , aku akan sering mampir untuk melihat kondisi adikku. Mohon bantuannya," ucapnya sambil membungkuk memberi hormat  dan berjalan keluar.

Jalanan terlihat sesak dipenuhi oleh para pengendara dan mulai macet saat lampu merah menyala.

Guzel menatap kearah mobil yang berada di pinggir mobil taksi yang ia naiki, matanya menatap sosok laki-laki yang berada di sisi jalan.

"Aneh sekali, aku merasa dia sedang menatapku padahal jarak kita jauh."

Guzel memalingkan wajahnya saat taksi kembali bergerak dan berfikir jika itu hanya perasaannya saja.

Setelah sepuluh menit pemandangan jalan yang ramai kini di ganti dengan  gedung apartemen yang berdiri kokoh dihadapannya.

Guzel berajalan memasuki area gedung  apartemen setelah membayar ongkos dan mengucapkan terimakasih.

Ia menghentikan langkahnya di depan pintu dengan nomor 201 yang tertempel di pinggir pintu dan menekan beberapa digit angka untuk membuka pintu apartemennya.

Harum bunga lavender tercium saat pintu itu terbuka, Guzel melepas alas kakinya dan berjalan menuju kamar orang tuanya.

Baju yang berserakan dan beberapa pecahan kaca yang tersebar adalah pemandangan yang sudah biasa untuknya.

"Sepertinya akan membutuhkan waktu untuk memberesakan kekacauan di rumah ini," ucapnya sambil menutup kembali pintu kamar orang tuanya dan berjalan kearah kamar yang terletak di sudut apartemen.

Guzel membaringkan tubuhnya diatas kasur, sepertinya tubuhnya mudah lelah karena kondisinya yang belum benar-benar pulih.

Padahal besok ia akan sibuk membereskan kekacauan di rumahnya dan harus kembali bekerja, ia berharap jika dirinya belum dipecat karena tidak masuk kerja beberapa hari.

~~~



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang