part 3

2.2K 33 0
                                    

Laki-laki tua itu berdiri memandang hamparan hijau hektaran kebun kopi dan cengkeh dibawahnya. Sosok berperawakan tinggi tegap, sisa-sisa kisah cinta prajurit penjajah Belanda dengan perawan pribumi, tampak masih bugar diusia lanjut. Guus Mahendra, kakek tua dermawan pemilik hampir sepertiga luas wilayah yang terletak di lereng bukit ini.

Dia mengerjap menyamarkan sorot letih di matanya kemudian membalikkan badan kearah meja besar dibelakangnya. Dia menarik salah satu kursi untuk duduk, dan meraih cangkir kopi yang mengepulkan asap menebar aroma harum yang khas. Pandangannya beralih keseberang meja dimana duduk seorang lelaki muda tampan dengan model tubuh tak jauh beda, duduk menggenggam cangkir kopinya untuk mendapatkan rasa hangat di telapak tangannya.

"Bagaimana keadaannya?"

"Selalu berusaha untuk baik, Om. Siang ini saya akan menjemputnya dari Tulambem Diving."

"Pekerjaan?"

"Bukan, Om. Liburan."

Dahi Kakek Mahendra mengernyit "Hemmm... liburan. Belum mau pulang ke rumah ini?"

"Dia tidak pernah libur, benar-benar libur maksudnya, hampir selama tujuh tahun.Libur yang sebenarnya. Sewaktu kuliah sambil bekerja part time. Dan setelah lulus langsung kerja, dan hanya kerja. Di hari libur dia berkunjung sembahyang ke pura-pura, pulang larut malam. Ikut touring klub motor, treking atau apalah kesibukan agar tidak berdiam diri. Jadi secara fisik kurang istirahat. Beberapa waktu lalu Mbak Puspa berhasil membujuknya untuk menginap di Tulamben, itupun karena ada paket divingnya." Laki-laki muda itu menyesap kopinya, menatap sekilas kearah Kakek Mahendra. Laki-laki muda itu, Bima Purwaka, pengacara muda, tampan bermata elang, keponakan jauh sang kakek.

"Kenapa Puspa tidak membujuknya untuk pulang ke rumah ini?" Terbersit rasa kecewa dalam ucapannya.

"Dia selalu menghindari daerah ini. Dia rela tidak ikut treking di Bukit Lesung padahal itu adalah lokasi favoritnya. Dia terpaksa tidak ikut tour klub motor ke Pulaki hanya karena mengambil rute melewati Kota Singaraja."

Kakek tua itu menghirup udara sebanyak mungkin, kemudian menghembuskannya dengan keras. Jari-jarinya mempermainkan cangkir kopi dihadapannya. 

"Masih suka naik motor?"

"Hanya mengendarai mobil di musim hujan dan perjalanan jauh untuk sembahyang." Bima menarik nafas pelan "Masih keras kepala."

"Nata juga bilang tidak pernah mendapat kunjungan selama ini."

"Saya akan menghubungi yayasan untuk membahas reuni. Siapa tau kerinduannya pada sahabat sma akan membawanya datang mengunjungi Kak Nata."

"Gayatri..." Kakek Mahendra menyebut nama cucunya dengan suara sarat akan kerinduan. "Sampai kapan anak itu akan melarikan diri?"

Suasana hening sejenak. Dua orang itu sama-sama terdiam, bermain dengan pikirannya masing-masing.

"Gayatri tidak melarikan diri. Hanya belum siap dengan dirinya sendiri. Dia tidak lari atau menghindar, hanya berusaha terlalu keras untuk menjalani hidupnya dan terlepas dari perasaan yang membelenggunya." Bima mengangkat suara, memecah keheningan.

"Dan sampai saat ini tidak ada satu pemuda pun yang membuatnya jatuh cinta?"

Bima tersenyum muram mendengar ucapan laki-laki tua itu."Belum."

"Di keluarga besar ini ada delapan laki-laki lajang, empat diantaranya boleh memiliki hubungan selain hubungan keluarga. Kamu salah satu diantara yang boleh. Seharusnya salah satu dari kalian dapat mempertahankannya agar tetap berada di rumah ini. Kamu tau, khan dari dulu belum satupun perempuan di keluarga ini yang menikah keluar. Dan Laksmi pun tanpa sengaja tetap bertahan di rumah ini. Walaupun balasannya aku tak bisa memeluk cucu kesayanganku selama hampir enam tahun." Kakek Mahendra tersenyum penuh arti. "Dan kamu, Bima, kamu yang paling dekat dengan Gayatri. Kamu punya kesempatan kearah itu. Berhentilah bermain-main dengan gadis-gadis di luar sana."Kemudian dia bangkit dari kursinya beranjak meninggalkan Bima yang sibuk menyamarkan ekspresi terkejutnya. Kakek Mahendra berhenti di samping Bima dan menepuk lembut bahu sang keponakan,"Jaga dia baik-baik."

a story of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang