She fell first, he fell harder
- Theodore Viggo
- Emma Carpenter
Emma povAwal hari yang membuatku ingin menghabiskan waktu dengan netflix dan cheesy ball diatas ranjang. Bergelung selimut yang belum ku cuci setelah berminggu-minggu. Dan ya, dengan sentuhan angin musim liburan yang menyegarkan, walaupun hanya di awal pagi dan menjelang sore hari. Siang hari wajah dan seluruh kulit badanku memerlukan sun screen spf 50 agar kulit tidak belang.
Jatah liburku hanya tinggal sehari, besok aku harus mempersiapkan segala macam amunisi persiapan semester baru di perkuliahan.
Sejauh ini semua aman terkendali. Setelah semester sebelumnya aku mendapatkan indeks prestasi yang memuaskan, setidaknya ayah ibu tak memarahiku lagi setelah mengetahui effort besarku karena mendapat nilai memuaskan. Kali ini aku perlu menyenangkan hati dan mencari hiburan dan hobi baru.
Mungkin dimulai dengan netflix, akan terasa sangat menyenangkan.
Tok tok tok..
Oh no, tidak lagi... Ibu datang lebih awal bahkan aku belum menyalakan TV nya 😭😭.
"Emma... Emma... Jangan bilang kau belum bersiap untuk menemani ibu ke butik."
What? Tunggu dulu... Sial. Aku lupa lusa kemarin ibu memintaku untuk menemaninya pergi ke Butik nyonya clarice. Lalu bagaimana dengan satu hari dengan netflix dan snack kesukaan ku? Aahh, mungkin di malam hari saja. Tidak mungkin aku menggagalkan permintaan ibu. Amarah nya seperti ingin mencekik siapapun. Lebih besar dari ayah. Jika ku gagalkan yang satu ini. Ceritaku ini akan berakhir di tangan ibu.
"Aku datang, bu. Segera siap... " teriakku menjawab asal padanya. Kali ini mungkin dengan mencuci muka dan mengenakan parfum sebanyak mungkin bisa mengurangi bau badan khas diriku di pagi hari. Ya, ide bagus. Dengan sentuhan lipbalm dan mascara wajahku akan kelihatan lebih hidup. Memudarkan bare face yang sesungguhnya jujurly tidak segampang biasanya. Tapi semoga saja kali ini ibu tidak tahu jika aku belum mandi. Hihi 😁
***
Aku bergandengan dengan ibu yang berjalan lebih santai. Dia memang begitu, tapi jika tidak bersama ayah saja. Jika ayah ikut, langkahnya mungkin mengalahkan pesepeda di hari minggu pagi. Ah, itu terdengar berlebihan.
"Ibu mau menambah koleksi pakaian musim panas lagi? Kan pakaian musim panas kemarin masih bagus." tanyaku disela kita berjalan.
"Tidak sayang, clarice meminta ibu menunjukkan pakaian terbaru miliknya yang akan di launching besok. Dan ibu dengar, dia juga punya koleksi yang pas untukmu."
"Untukku juga? Bu, aku tidak mau berpakaian gaya musim panas. Pasti akan terlalu terbuka dan sangat ketat, aku tidak suka.. " kuakui memang kenyataannya begitu. Salah satu yang paling tidak kusuka di dunia adalah memakai baju yang terlalu terbuka dan ketat hingga menampakkan lekuk tubuh. Aku lebih suka mengenakan celana santai dan hoodie biasa saja. Pantang bagiku menerima keputusan orang lain yang kenyataan nya tidak kusukai.
"Sayang, kau akan suka melihatnya nanti. Ibu sudah lihat desainnya dan sepertinya kau akan menyukainya. Mau ya?" Ayolah dengan ibu memohon begini, aku jadi ragu menolak permintaan nya. Tanganku ditarik agak kencang untuk sampai di butik yang tinggal beberapa langkah lagi didepan sana.
****
Theo pov
Butik hari ini buka lebih pagi dibanding sebelumnya. Dan kali ini aku dipaksa ikut untuk persiapan launching besok. Aku membantu menggantung pakaian-pakaian yang akan ibu pamerkan besok di launching perdana.