GREGAIN - Dua

730 62 0
                                    

Bagian Dua : Kilas Balik Shani (1)

Bagian Dua : Kilas Balik Shani (1)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

EYANG, Shani berangkat dulu, ya,” pamit gadis bernama lengkap Shani Indira dengan senyum di wajahnya. Dirinya mendekat dan berjongkok di sebelah ranjang sang eyang yang tengah berbaring lemah. “Eyang, nanti ketemu lagi, Shani pulang cepet pokoknya.” Shani berkata sembari mengelus lembut telapak tangan sang eyang.

Eyangnya memang sudah sepuh, bahkan beliau sudah tak ingat apa pun tentang dunia, mungkin memang tak ada lagi yang bisa diingatnya. Wanita berumur 84 tahun itu hanya bisa berbaring dan makan, untuk makan pun sudah kesusahan.

Namun, hanya eyang satu-satunya orang yang dimiliki Shani, sehingga gadis itu sangat telaten merawat wanita berumur itu. Egois memang, Shani tidak ingin eyangnya pergi dulu, dia mau setidaknya Eyang melihatnya sukses terlebih dahulu, walaupun kalaupun itu terjadi, wanita berumur itu tak akan mengerti apa yang terjadi, tapi setidaknya Shani memiliki alasan untuk tetap bertahan di dunia ini.

Meninggalkan rumah, di depan gerbang sudah terlihat mobil merah tengah menanti. “Maaf lama,” ucap Shani pada sang penyetir mobil. Itu Sisca, temannya yang mau berbaik hati menjemput dan mengantarkannya pulang. Selain karena berteman sejak SMP, rumah mereka memang berjarak tak terlalu jauh.

“Lo mah kapan pernah enggak lama,” balas Sisca yang membuat Shani tertawa.

“Dih, malah ketawa lagi.”

“Mending lo lajuin deh mobil lo, entar kalau telat gue sembelih baru tau rasa.”

“Ye si anying, kalau kita telat itu gara-gara lo, ya!”

*****

“Shan, pulang sekolah mau ikut ke mall gak?” tanya Anin—teman sebangku Shani di kelas—sembari mereka berjalan ke kantin. “Sama Sisca juga, kok,” tambahnya, berharap dengan itu kemungkinan Shani akan menerima ajakannya akan bertambah sekian persen.

“Gue langsung pulang aja, Nin.”

Anin langsung memajukan bibirnya, “Ah, elah, lo mah sukanya pulang cepet mulu. Ada apa sih di rumah lo?”

Shani hanya menanggapi dengan kekehan.

Itu membuat Anin kembali berkomentar, “Serius deh, Shan, lo tuh padahal cakep, banyak banget yang ngantri buat jadi pacar lo, tapi keasyikan di rumah lo, sampai yang mau deketin pada kabur duluan! Jangankan buat pacaran, buat main aja lo kaya males, lebih suka di rumah. Aneh lo! Gak menikmati masa remaja.”

“Iya, iya, astaga, Anin. Entar kapan-kapan gue ikut main.”

“Kapan-kapannya tuh kapan?”

Anindhita memang tak mengerti kondisi keluarga Shani, yang dia tahu Shani adalah temannya yang susah diajak main ke luar, karena lebih suka berdiam diri di rumah.

Gregain [gxg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang