Assalamualaikum semua, salam kenal ya..
Pengalaman pertama nulis jadi sorry banget kalo banyak typo.
😁😁😁🙏🙏
Semoga suka yaa..
❤️❤️❤️"Belum tidur dek? Mikirin apa sih, heum?"
Entah terbuat dari apa hati Gus viral itu, setiap kali memandang wajah Shofia yang seakan malas senyum itu, mata pria itu selalu dipenuhi tatapan memuja dan binar mata bahagia. Dan selalu sukses membuat Shofia tertunduk, tak mampu menatap manik legam penuh wibawa di hadapannya.
"Nggak mikirin apa-apa kok mas. Cuma liat bulan penuh, cantik. " Jawab Shofia tangannya bergerak mengarahkan kamera ke atas demi menunjukkan bulan kepada suaminya.
"Kayaknya yang dilihatin nggak lebih cantik dari yang nglihatin deh. " Tukas Sulthan, mulai lagi sesi gombal-menggombal. Shofia yang tak berani menatap makhluk tampan di hadapannya itu kontan melirik, dan mendapati senyum tengil di layar. Senyum yang bisa membius para kaum hawa, tapi sayangnya tak berlaku untuk Shofia. Hatinya bagaikan dikepung dinding kokoh, hingga Sulthan mengalami kesulitan dalam menaklukkannya.
"Beneran nggak mikirin apa-apa? Nggak mikirin mas sedikitpun?" Tanyanya. Seperti biasa, pertanyaan mematikan yang selalu ditanggapi kikuk oleh Shofia.
"Kasihan bulannya dek, jangan diliatin gitu. "
"Kenapa kasihan mas?"
"Nanti dia insecure, dilihatin makhluk terindah dari bumi. "
Blush..
💖💖💖
"Sini Fi, makan seblak bareng-bareng. " Seulas senyum tersungging di bibir umi Salma. Membuat Shofia yang tengah fokus menata mangkuk seblak di meja, melirik lalu tersenyum.
"Nggih maturnuwun umi. Saya belum lapar. Saya ada janji sama Khodijah. Saya pamit nggih umi, Abah, Gus." Tolak Shofia sopan. Tiba-tiba ia ingat, kalau hari ini Alif ada jadwal melatih taekwondo di sekolah.
Gadis itu tampak gelisah seperti sedang terburu-buru. Pemandangan itu pun menarik perhatian Sulthan. Tatapannya penuh curiga.
"Abah, Umi. Sulthan keluar sebentar." Pamit Sulthan. Ia penasaran dengan apa yang akan dilakukan Shofia, karena ia melihatnya tampak tergesa-gesa, sampai-sampai ia menolak ajakan uminya untuk makan bersama.
Sulthan berjalan keluar dari ndalem. Dari jauh ia melihat punggung Khodijah, sahabat Shofia itu tengah berjalan keluar dari kamarnya ke arah bersebrangan dari tempat Sulthan berdiri.
"Khodijah!" pekik Sulthan.
"Dalem Gus." Balas Khodijah seraya menghampirinya.
"Mana Shofia? "
"Bukannya tadi di dapur Gus. Katanya dipanggil sampeyan Gus. "
"Kamu ada janji sama Shofia?"
"Nggak ada Gus. Saya mau ke kantin ini. "
"Ya sudah kamu boleh pergi. " pungkas Sulthan. Dahinya berkerut tampak sedang berpikir.
Ia menangkap sesuatu yang aneh di sini.
Ia pun berjalan dengan arah yang berlawanan dengan arah yang tadi ia ambil. Dan benar saja. Tak jauh dari ndalem tampak Shofia sedang berdiri di bawah sebuah pohon. Ia seperti tengah mengamati sesuatu. Sulthan pun mengikuti arah pandang gadis itu. Rupanya gadis itu tengah melihat ke arah di mana sekumpulan santri tengah berlatih taekwondo di lapangan sekolah yang terletak tak jauh dari ndalem berada."Ekhem!"
Terlonjak kaget, Shofia menoleh dan berbalik. Kehadiran Sulthan yang tiba-tiba, memaksa tatapnya berpaling dari apa yang menjadi perhatiannya tadi.
"Gus, bisa nggak kalau dateng itu ucap assalamualaikum." Ucap Shofia, meraba dadanya yang tiba-tiba berdetak cepat.
"Waalaikumussalam. " Jawab Sulthan dingin.
"Kamu ngapain di sini? Katanya ditunggu Khodijah? Kamar kamu harusnya ke sana. Kenapa kamu malah ke sini?" Cecar Sulthan dengan kilatan tajam di mata hitamnya.
"Saya, saya, janjian sama Khodijah di sini Gus. " Shofia tergagap, berbohong untuk memberi alasan. Entah apa yang sedang Sulthan rasakan, hawa dinginnya begitu terasa membuat Shofia seolah terkungkung dan tak mampu untuk menghindar.
"Ohya? Tapi saya lihat tadi dia berjalan ke sana. " Ketus Sulthan seraya menunjuk ke arah mana Khodijah pergi.
Shofia hanya bisa diam dan menggigit bibir bawahnya. Ia benar-benar salah tingkah seperti pencuri yang tertangkap basah tengah mencuri.
"Kamu tahu, bagi para santri makan semeja dengan kyainya itu kesempatan yang mahal. Mereka tidak akan menolaknya karena mereka mengharap berkah dari gurunya. Dan kamu melewatkannya demi.." Omel Sulthan dingin. Sorot matanya tajam mengarah di mana Alif dan para santrinya tengah berlatih taekwondo. Tatapannya lurus ke depan bagai kobaran api siap membakar.
"Sepurane (maaf) Gus. " Hanya itu yang bisa Shofia ucapkan. Ia sadar ia salah. Maka tak ada alasan baginya untuk membantah dan membela diri.
"Kamu pernah bilang kalau kamu tidak menyukai saya karena saya sering ber-khalwat dengan lawan jenis. Lalu kamu, apa yang sedang kamu lakukan sekarang? Diam-diam memandang seorang pria yang bukan mahram kamu? " Ketus Sulthan yang terdengar sangat mengintimidasi di telinga Shofia. Ia malu, benar-benar malu. Karena apa yang dikatakan Sulthan benar adanya.
Titik air menyembul dari netranya yang perlahan berembun. Dengan wajah tertunduk ia mengucap salam pada Sulthan dan berlari menjauh.
Dengan dada bergemuruh,Sulthan masuk ke ndalem. Ia perlu menenangkan dirinya dari panas hatinya sekarang. Ia tahu ia tidak berhak cemburu. Tapi rasa di dalam kalbu seakan tak rela melihat pemandangan yang baru saja terjadi di hadapannya. Gadis pujaannya menolak duduk bersamanya dan lebih memilih memandang pria lain. Dan yang lebih membuat dadanya terasa sesak, gadis itu tampak sangat bahagia saat memandang Alif.
"Dari mana kamu nak? Sini makan dulu seblaknya. " Sapa umi Salma yang melihat Sulthan tengah melintas.
"Maaf umi, Sulthan sudah nggak lapar. Sulthan ke kamar dulu." Pamit Sulthan dengan rahang mengetat menyiratkan emosi tertahan di dadanya.
***
23 mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
RomanceKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...