GREGAIN - Enam

499 43 2
                                    

Bagian Enam : Kilas Balik Shani (5)

Bagian Enam : Kilas Balik Shani (5)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

BENAR saja bahwa hal tidak terduga terjadi. Foto mesra Anin dan Sisca menjadi momok yang sangat hangat diperbincangkan dalam kalangan siswa sekolahnya. Untung saja, wajah dalam foto yang tersebar itu tak nampak jelas, hanya terlihat dari samping dan kualitas fotonya pun buram, malah bagi yang lain menambah kesan penasaran akan siapa sosok aslinya.

“Siapa ya kira-kira mereka? Berani banget, menyimpang ke tempat ramai pake baju identitas sekolah. Ga waras!”

“Tau dah, tuh! Lagian kalau emang lesbi, ga usah sampe ciuman di tempat umum gitu anjir! Lo mesra-mesraan sambil pegangan tangan juga ga bakalan jadi perkara. Bego banget pake ciuman segala. Enggak habis pikir gue!”

Perbincangan siswi-siswi yang tengah mengantri memesan menu di kantin mengalihkan perhatian Shani. Kepalanya rasanya ingin pecah, ternyata gosip tentang kedua sahabatnya sudah menyebar secepat ini. Shani tidak tahu bagaimana cara untuk meredakannya.

Gadis jangkung itu ingin sekali memukul kepala kedua temannya yang sangat teledor, bermesraan ke tempat ramai dengan masih menggunakan seragam identitas sekolah. Benar-benar gila! Masalahnya ini tentang Sisca dan Anin, kalau tentang dirinya mungkin kepala Shani tidak akan sepening ini dibuatnya.

Eh, tunggu dulu! Apa tadi? Benar juga!

Mendadak ide dalam kepalanya muncul secepat cahaya.

Segera setelah mendapatkan pesanannya—pop ice dan batagor yang dibungkus dalam plastik—Shani bergegas melangkahkan kakinya menuju ruang ekskul musik. Tempat dimana kedua sejoli itu bersembunyi dari berita yang akan memanaskan telinga dan pikiran mereka.

Anin yang tahu fotonya viral langsung tak mau bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang, takut ketahuan katanya. Makanya saat istirahat berlangsung gadis itu langsung bersembunyi dalam ruang ekskul musik, karena memang selain jaraknya jauh dari ruang lain—di pojok lantai dua—ruang ini juga jarang dipakai sebab para anggotanya tak ada yang serius untuk mengelola. Sisca sebagai kekasih yang pengertian pun inisiatif menemani kekasihnya di sana, sembari tangannya memetik senar-senar gitar dengan asal untuk mengusir pikiran Anin dari segala hal yang tengah menimpa mereka. Sisca tak tega melihat kekasihnya menderita, tetapi dia juga tak tahu harus berbuat apa.

Semuanya terjadi secara tiba-tiba. Sisca merasa tak perlu ada yang disalahkan di sini, baik Anin maupun Sisca, keduanya memang sama-sama teledor karena berkeliaran di ruang terbuka—bermesraan—dengan masih memakai baju identitas sekolah. Sisca juga tak dapat menyalahkan si pemotret yang menyebarkan foto dirinya dan Anin yang tengah berciuman, pada dasarnya semua orang jika memiliki sebuah gosip hangat pasti akan menyebarkannya, apalagi jika memiliki bukti. Berciuman dengan lawan jenis di tempat umum pun bisa heboh, apalagi ini. Sudah di tempat umum, menggunakan identitas sekolah, dengan sesama jenis pula. Sudah jelas di sekolah—negara—ini kalau ketahuan mereka akan langsung dihujani cibiran mematikan. Ah, Sisca benar-benar tidak bisa membayangkan. Dia hanya khawatir akan nasib sang kekasih jika ketahuan.

Gregain [gxg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang