Tumbal pertama

128 16 2
                                    

Update nieh ngaff🤙🤙

•••

Dua hari berlalu, dan dalam dua hari itu pula Helion sama sekali tak memakan apapun, dengan wujudnya yang masih menjadi kucing, Helion bahkan kesulitan untuk mencari uang dan juga meminta makanan.

Para manusia manusia yang dilihat nya lebih memilih berlari, dibandingkan memilih membantu kucing malang yang tengah kesusahan.

Luntang lantung lah Helion di hari harinya, seperti tak ada tujuan hidup, hanya helaan nafas yang dapat keluar dari belah bibirnya.

Ia benar benar malas berbicara, malas menyapa, atau bahkan malas menghina. Dengan tubuhnya yang dikutuk, ia hanya dapat pasrah jika suatu ketika ia ambruk dan tak sadarkan diri karena kelaparan.

Dan kini hari ketiga, Helion masih belum juga memakan makanan apapun. Ia disepanjang harinya hanya terus menerus berjalan dan berjalan, meskipun lelah dan letih, ia terus berusaha untuk tetap berjalan dengan tujuan menemukan manusia yang dapat membantu menangani masalahnya.

Ia berjalan dengan lesuh, bersama sang nenek sihir yang tak sengaja dijumpainya ketika ia berjalan melewati trotoar.

"Nek, elah pengen jadi manusia.." dengan lirihnya Helion memohon, ia menatap sang nenek dengan mata yang berkaca-kaca.

Nenek sihir hanya menatap kucing yang tengah memelas itu dengan tatapan datar, lalu setelah nya ia menggelengkan kepalanya.

"Sabar napa tong, lagian lo bukannya nyari cinta sejati malah luntang lantung kek kagak ada tujuan idup," malas memberikan nasehat, nenek pun memilih mencibirnya.

Helion menghela nafasnya, "Ya abis laper gue nek, udah dua hari kagak mangan."

Keluh kesah ia keluarkan, agar sang nenek tau apa yang ia alami sebenarnya. Bukannya iba, nenek justru mengerutkan keningnya kebingungan.

"Beli lah, masa kagak ada yang mo ngasih lo duit?"

"Boro boro ngasih, gue nyapa aja pada lari."

Ya benar, benar sekali. Orang orang lebih memilih melarikan diri dari manusia siluman seperti Helion. Selain menyapa, anak laki-laki itu juga memaki, menggunjing, menyindir, bahkan menyiksa. Itulah mengapa ia tak mendapatkan makanan sedikitpun dari para manusia manusia baik hati yang ditemuinya selama dua hari kemarin.

Nenek yang mendengar bagaimana Helion menjawab itu langsung saja tersulut emosi, bagaimana tidak lari jika anak laki-laki ini melakukan hal bodoh seperti itu.

"Goblok, jelas lah. Jan ngomong pake bahasa manusia makannya!" Sungut nenek dengan sangat emosi.

Helion hanya menatap nenek sekilas lalu mengangkat bahunya, "Ya abis kan, kalo miaw miaw doang mereka mana ngerti gue kepengen nya apaan." jelas Helion sembari terus menerus melangkahkan kakinya.

"Dih, orang minta masa request!"

"Ya iyalah, kan gue maunya yang gue suka ae."

Dengan wajah sombong nya Helion berucap, langkah kakinya kini bahkan sedikit ia silangkan bak model yang tengah berjalan di atas panggung.

Melihat bagaimana tingkah Helion saat ini, nenek langsung saja memutar bola matanya jengah, "Pantes kagak dikasih, emang agak lain lo mah. Wajar ae kalo kagak ada yang mau nolongin." sarkas nenek kepada Helion.

Kucing alay yang kini tengah berjalan sedikit berlagak itupun berhenti, wajahya langsung menunjukkan betapa sedih dan kecewanya ia ketika mendengar ucapan nenek sihir itu.

"Buset nek, mulut anda itu menyakiti hatiku.." lirih Helion sembari memegangi bagian dadanya.

Nenek tersenyum sinis, "Sengaja, biar lo tau gimana keras nya dunia. Gimana cara kita nyari duit, gimana susahnya dapet sepeser, lo harus tau itu. Jangan foya-foya nye aje yang lo tau!"

My Cat Is My Friends Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang