Ch. 1 : Unarmed

536 29 3
                                    

I DIDN'T OWN THIS STORY. THIS IS BELONGS TO ARGOSY

Notes : This was originally posted at dmhgficexchange's Celebrate the Season with Draco and Hermione. / Cerita ini secara original telah di posting di dmhgficexchange's Celebrate the Season with Draco and Hermione.

——

The holly bears a prickle
As sharp as any thorn
Of all the trees that are in the wood,
The holly bears the crown.

Traditional Christmas carol

Draco Malfoy, tidak bersenjata, menatap pada tiga tongkat yang menunjuk tepat ke arahnya dan tetap tidak peduli akan hal itu.

Weasley bahkan hampir tidak menatapnya, pandangannya justru melesat diantara dua orang yang bersamanya, tongkatnya gemetar di tangannya dengan mengkhawatirkan. Potter menjadi sangat pucat sampai bekas luka bodoh di dahinya terlihat menyala seperi ular merah yang marah. Tongkatnya tidak gemetar, justru digenggam dengan sangat erat dan diarahkan ke jantung Draco. Potter mungkin saja membunuhnya sesaat lagi, pikir Draco di dalam otaknya.

Sementara Granger sendiri berusaha untuk tetap tenang. Dia mempelajarinya secara klinis, tubuhnya bersiaga namun tetap waspada, memperhatikan tindakan Potter dan Weasley dengan hati-hati. Draco bertemu dengan tatapannya sesaat dan melihat sebuah percikan rasa keingintahuan. Darah Lumpur. Tidak dapat menambahkan daftar permusuhannya, Draco memilih untuk melirik ke sekeliling ruangan yang mengerikan itu.

Jadi inilah markas utama organisasi Orde of The Pheonix yang terkenal itu. Draco tidak bisa menyatakan pendapatnya tentang bagaimana interior dan dekorasi ruangan itu dibangun. Siapa yang akan berpikir untuk menggabungkan dinding berwarna hijau tua memuakkan dengan tirai beludru tebal yang bahkan berwarna seperti lumut dan menghancurkan keduanya? Snape memang telah mengatakan kepadanya bahwa dulunya rumah itu adalah milik Sirius Black. Dan itu mungkin sudah cukup menjelaskan.

Namun, dia tahu, rumah itu tidak dipilih hanya karena keindahannya semata-yang mana itu tidak cukup indah baginya. Snape menjelaskan bahwa Dumbledore telah menempatkan beberapa mantera pelindung ke dalamnya, sihir kuat yang terus hidup bahkan setelah kematiannya. Ketidakteraturan itu hanyalah permulaanya. Draco mendesah, mengalihkan pandangan dari pola acak di atas karpet yang membuatnya mual dan duduk di atas kursi yang sama sekali tidak rata.

"Jangan bergerak!" Gertak Potter.

"Dia tidak bersenjata, Harry", Granger menambahkan dengan lembut. Draco mendongak dan menatapnya dengan terkejut. Ekspresi penuh penasaran itu masih bertengger di wajahnya. Mengunci tatapan mata diantara mereka berdua, Draco perlahan mengangkat tangannya, memperlihatkan kepada mereka tangan kosong, kemudian merogoh saku mantelnya dengan santai. Potter membuat suara yang aneh di belakang tenggorokannya, tapi belum mencoba untuk membunuhnya. Tangan Draco perlahan muncul dari balik mantelnya dengan sebungkus rokok. Dia mengekstrasinya satu.

"Harry! Dia membawa tongkatnya-atau... sesuatu", Weasley berhenti dengan bingung.

"Itu rokok, Ron," balas Granger. "Kebiasan buruk para Muggle yang kotor. Di mana kau mendapatkannya, Malfoy?"

"Aku telah jauh berkelana sejak terakhir kali kita bertemu," Dia menjawab dengan cara yang dibuat-buat seolah mereka adalah teman akrab. Dia melambaikan rokoknya dengan samar. "Korek?"

Meskipun dia tidak mengira kemungkinan untuk mereka memberikannya, Potter bergerak menjadi lebih tegang. Granger, bagaimanapun, hanya menjentikkan jarinya dengan gumaman, "Incendio". Draco menarik nafas dan menyesapnya dengan tenang. Weasley tampak terkejud dengan asap yang keluar dari mulutnya ketika ia menghembuskan nafas.

As Sharp as Any Thorn | DRAMIONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang