Bab 3

37 10 0
                                    

"Apakah mereka terlalu bodoh untuk lahir di dunia ini? Jelas-jelas saya pelakunya," Davis.

"Davis!!" Teriak nenek dari ruang tamu.

"Apaa?! nek!" Tanya Davis.

"Ada yang nyariin kamu, nih!" Jawab nenek.

"Siapa sih nek?" Sembari berjalan menuju ke arah neneknya.

"nggak tau, nih!" Balas nenek.

"Oh, kalian, kita ngobrol di sana saja," Davis menunjuk ke arah pohon di luar rumah.

"Ada apa? Bukannya tugas saya sudah selesai?" Tanya Davis.

"Kami punya tugas baru untukmu," ujar salah satu dari mereka.

"Tugas apa?" Tanya Davis.

"Kali ini kamu nggak harus membunuh, kamu hanya perlu menyelidiki seorang detektif. Jadi dia itu detektif yang menyelidiki kasus keluarga yang kamu bunuh. Kamu harus memastikan apakah benar dia orang yang menyelidiki kasus itu," jelas pria dengan jas hitam.

"Kalau bener dia yang menyelidikinya? Apa yang harus saya lakukan selanjutnya?" Tanya Davis pada mereka.

"Itu biar kami saja yang mengurusnya," ujar pria dengan jas hitam.

"Agh!! Yang benar saja! Apa kalian tidak mengizinkan saya untuk bermain-main dengannya?!" Tanya kesal Davis.

"Masalahnya kamu itu terlalu banyak meninggalkan jejak dan itu akan berdampak buruk juga pada kami," pria dengan jas hitam.

"Hey!!! Sebanyak apapun jajak yang akan saya tinggalkan. Nggak akan ada satupun orang yang tau," jelas Davis sembari tersenyum miring.

"Apa maksudmu?" Tanya pria dengan jas hitam heran.

"Saya tidak punya identitas kependudukan seperti kalian. Intinya itu yang membuat saya lebih leluasa untuk menjalankan tugas," jelas Davis.

"Baiklah kalau memang begitu, tetapi ingat jangan mengacau atau kamu akan mendapatkan akibatnya. Simpan ini nomor telponku," beranjak pergi meninggalkan Davis.

"Hey! Uangnya mana?!!!" Tanya Davis sembari berteriak.

"Selesaikan dulu tugasmu!!!" Teriak salah satu dari mereka sembari bergegas meninggalkan Davis.

"Agh! Saya sedikit kurang bersemangat," ujar Davis kembali masuk ke dalam rumah.

Malam harinya.

"Nek!, Davis mau pergi keluar sebentar," Davis pamit kepada neneknya

"Hati-hati dan makan dulu ubi jalarnya," ujar nenek kepada Davis.

"Davis sudah memakan 4 ubi tadi nek," ujar Davis sembari menepuk perutnya.

David berdiri di depan rumah calon korban.

"Apakah benar ini rumahnya?" Tanya Davis pada dirinya sendiri.

"Permisi, kenapa kamu melihat-lihat ke arah rumahku?" Tanya calon korban kepada Davis.

THE LITTLE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang