Hanya saja, Dongju terlalu kosong untuk sekedar berpikir makhluk apa yang ada di hadapannya ini. Gerakan dibawahnya tidak berhenti bersama dengan gelakan mengejek yang berisik. Tetapi semua hal itu seolah-olah ada di bagian yang lain.
Yang ada di dunia Dongju saat ini hanyalah makhluk besar penuh darah didepannya. Dia tidak tahu itu apa. Mata hitam tanpa dasar itu seolah menyerap jiwa tak berharga milik Dongju.
Penderitaan yang dialaminya membuat ia seolah buta akan apa saja yang ada di sekitarnya. Rasa sakit yang paling ditakutinya berubah perlahan-lahan berhenti. Dia menemukan dirinya berdiri dihadapan mahkluk itu, tanpa busana. Tetapi tubuhnya sangat bersih dan sehat. Mata yang memerah karena menangis berubah cerah, bagian bawahnya yang robek, sembuh dan dia tidak merasa kesakitan sedikit pun. Kulitnya yang sebelumnya ditutupi oleh luka kini bersih dan cerah.
Dongju seolah menjadi seseorang yang dilahirkan kembali.
Seperti anak bayi dalam tubuh dewasanya. Mata cerahnya menatap tanpa emosi kepada sosok didepannya.
"Siapa kau?" Tanya Dongju tanpa mengubah ekspresi miliknya.
Sosok itu berubah dihadapan Dongju. Dia menjadi seorang pria dengan tinggi tidak jauh berbeda darinya. Mengenakan pakaian formal dengan rambut yang ditata ke belakang, menunjukkan keningnya. Tubuhnya kekar dan terlihat maskulin. Hanya saja taring mencuat dari bibir tipisnya yang pucat. Mata hitamnya juga tetap sama, tidak berubah sama sekali.
Dia terlihat tersenyum menatap Dongju, lalu suara berat itu bermain-main di telinga pemuda malang tersebut.
"Aku adalah jawaban dari pertanyaanmu dan kenyataan dari segala keinginanmu."
Dongju menatap datar pada sosok itu, "Benarkah? Lalu apa keinginan dan pertanyaanku?"
Sosok itu hanya tersenyum lalu berjalan mendekati Dongju yang terdiam di tempatnya. Tangannya terangkat menuju dada kiri Dongju, tempat dimana jantungnya berdetak menandakan dirinya adalah makhluk hidup.
"Semua ada disini. Akulah hatimu. Akulah dendammu. Semua keinginan mu akan terwujud." Ujar makhluk itu menatap ke dalam mata Dongju.
Tangan itu tidak memiliki suhu. Dongju tidak merasakan apa-apa di permukaan dadanya. Tapi jantungnya serasa di genggam oleh tangan kasat mata yang siap menghancurkannya kapan saja.
"Apa yang harus ku bayar?" Dongju memiringkan kepalanya.
Sosok itu terkekeh datar lalu menatap Dongju serius, "Memang cocok untuk jadi pengantinku, kau sangat pandai."
Dongju tidak menanggapi dan hanya terdiam mengganggu jawaban dari pertanyaannya sebelumnya.
Melihat hal itu, pria didepannya tersenyum lagi. Senyuman aneh yang tidak bisa Dongju mengerti.
"Jadilah pengantinku dan menikahlah denganku."
"Hanya itu?" Dongju memastikan.
"Ketika kau menerima lamaranku, itu artinya kau telah menjadi milikku. Kau tidak akan bisa kembali ke asalmu, kepada penciptamu. Kau akan menjadi pendampingku selama perputaran dunia."
"Ada berapa banyak pengantinmu?"
Sosok tersebut terkekeh lagi, dia melihat Dongju tertarik. "Apakah calon pengantinku cemburu?"
Dongju tidak menjawab dan hanya menatap sosok didepannya datar.
"Jiwaku bukan milikku. Ada orang lain yang memilikinya dan aku belum seputus asa itu." Ucap Dongju dengan sensasi tangan kasat mata yang hampir menggenggam jantungnya.
"Aku akan menunggumu, pengantinku. Selama apapun itu. Ketika kau telah menyerah, terimalah lamaranku dan jadilah pengantinku yang berharga."
Suara itu menghilang dengan kembalinya Dongju di gudang kotor. Saat ini dia sendirian, tetapi keadaan tubuhnya sudah sangat membaik. Meskipun dia masih tetap tanpa busana.
Manik cerah Dongju yang seperti bayi melihat datar kepada sekelilingnya yang pengap. Haruskah ia menerima lamaran itu?
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The Demon's Bride [LeeOn] ✓
FanfictionDalam kehidupan ini, Dongju paling membenci rasa sakit. Tetapi entah mengapa, sepanjang hidupnya, dari ia lahir hingga mati, dia selalu merasakan kesakitan. ⚠️21+ for adult and sensitive content