Kekasih Tercinta [END]

1.5K 204 27
                                    

Renjun hanya mampu menghela nafas pelan ketika melihat sang istri yang tengah berkeliaran di dalam rumah dengan hanya menggunakan kemeja kebesaran miliknya tanpa bawahan sama sekali.

"Mbul pakai celananya dulu ini" perkataan suami tampan nya itu hanya Haechan anggap sebagai angin lalu, karena bukannya menuruti ucapan sang suami pemuda manis itu tanpa rasa bersalah sama sekali malah dengan santai nya berkeliaran di dalam rumah seraya memakan keripik kentang yang suami tampan nya itu belikan kemarin untuknya.

"Ayolah sayang, punya mas sudah mau berdiri ini" kata Renjun frustasi seraya mengacak rambut hitamnya dengan kasar.

"Apasi mas?!" tanya Haechan kesal seraya mendudukkan tubuh berisi di atas sofa yang tak jauh dari tempat Renjun berdiri.

"Ya kamu!, habisnya engga mau pakai celana. Kaya anak kecil aja tau engga?" jawab Renjun sembari menghela nafas pelan, sungguh emosinya lama-lama bisa terkuras hanya karena menghadapi sikap sang istri yang semakin hari semakin menjadi itu.

"Mas juga suka kan liatnya" kata Haechan sebal seraya menaikkan sedikit kemeja kebesaran Renjun yang tengah dirinya kenakan, sehingga memperlihatkan pahanya yang tampak sangat menggoda di mata pemuda tampan itu.

"Ck, jangan begitu sayang. Nanti kalau kamu mas terkam nangis" kata Renjun seraya berjalan menghampiri si manis yang sekarang ini tengah menatapnya dengan tajam.

Sungguh begitu memasuki bulan keenam pemuda manis itu mengandung emosi Renjun benar-benar di buat naik turun oleh si manisnya itu.

bagaimana tidak, sikap istri manisnya itu benar-benar menjadi random. Terkadang pemuda manis itu tanpa alasan sama sekali akan mendiami nya selama berhari-hari, membuatnya uring-uringan karena tak bisa memeluk tubuh berisi si manis atau sekedar mencium bibir berbentuk hati itu bahkan tak dapat Renjun lakukan.

Ada kala ketika sikap pemuda manis itu akan benar-benar sangat manja kepadanya, kemana pun Renjun pergi Haechan pasti akan mengikuti bahkan ke kamar mandi sekalipun.

Haechan tak akan pernah mau di tinggal barang sedetik pun ketika memasuki mode manja begitu, bahkan bekerja pun Renjun kesusahan karena si manis terus merengek meminta penuh perhatiannya.

Haechan akan menangis dengan histeris ketika sang suami memalingkan wajahnya walaupun hanya sedetik, jika Renjun ketahuan memalingkan wajahnya pemuda manis itu akan mengatakan jika wajahnya sudah tak menarik lagi di mata Renjun sehingga suami tampan nya itu tak ingin melihat wajah jeleknya lagi.

Adapun pemuda manis itu akan bertingkah binal di hadapannya.

Seperti sekarang ini secara terang-terangan si manis mengenakan kemeja Renjun yang jelas akan sangat kebesaran jika di pakai oleh pemuda manis itu.

Tanpa bawahan yang di pakai pemuda manis itu berkeliaran di dalam rumah tanpa beban.

Jelas itu semua mampu membuat Renjun benar-benar merasa sangat gila, karena menahan hasrat nya selama sembilan bulan itu sangat lah tidak mudah.

Yang Renjun mampu lakukan hanya mengucap istighfar berkali-kali di dalam hatinya.

"Kamu kenapa sih engga mau pakai celana hm?" tanya Renjun sembari mendudukkan tubuh di samping tubuh berisi si manis.

"Lagi gak pengen" kata si manis santai seraya mendudukkan tubuh berisi nya di atas pangkuan sang suami.

"Tapi mas engga tahan ngeliat nya sayang" kata Renjun sembari mencium pipi bulat si manis secara bergantian.

"Mas aja yang lemah" kata si manis sembari menyandarkan kepalanya di bahu tegap sang suami.

"Mas memang lemah kalau sama kamu sayang" kata Renjun sembari mengusap rambut hitam sang istri dengan penuh kasih sayang.

"Mas" cicit Haechan pelan seraya menggambar pola abstrak di dada bidang sang suami.

"Hmm?, kenapa mbul" dengan penuh keberanian pemuda manis itu menatap wajah tampan sang suami.

"Kalau anak kita sudah lahir nanti dan berjenis kelamin perempuan, dan bukan laki-laki seperti yang mas harapkan bagaimana?" Renjun langsung terdiam begitu mendengar ucapan si manis, sebenarnya Renjun tak terlalu mempermasalahkan hal itu mau laki-laki atau pun perempuan kelak anaknya itu akan dia sayang dengan amat sangat.

"Kalau memang nanti yang lahir perempuan mas tak apa sayang, mau berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mas pasti akan sangat menyayangi anak kita kelak" Jawab Renjun sembari tersenyum tampan.

"Tapi bukan berarti mas pantang menyerah yah, kalau kehamilan kali ini yang lahir anak perempuan. Berarti kita hanya perlu membuatnya lagi bukan?" kata Renjun sembari mengedipkan matanya genit ke arah si manis.

"Mas Renjun!!" teriak Haechan kesal sembari memukul-mukul dada bidang sang suami dengan brutal.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Renjun hanya tersenyum manis begitu melihat sang istri yang tengah mengobrol bersama dengan sang ibu.

Ada rasa bahagia di hatinya ketika waktu itu sang ibu datang ke rumahnya dan mengatakan akan menerima Haechan sebagai menantunya, asalkan dengan syarat Renjun mau kembali mengakui dirinya sebagai ibunya lagi.

Tanpa pikir panjang kala itu langsung Renjun setuju, dan sejak itu pula sang ibu sering mampir ke rumahnya sembari membawa beberapa camilan untuk menantu kesayangannya itu.

"Sehat-sehat terus ya nak" kata ibu Renjun sembari mengelus perut buncit si manis dengan penuh kasih sayang.

"Makasih bu" kata Haechan sembari menunduk malu.

"Kalau begitu ibu permisi dulu ya?" pamit ibu Renjun sembari mengusap rambut hitam si manis sekilas.

"Hati-Hati di jalan bu!" ibu Renjun hanya tersenyum manis menanggapi ucapan menantu manisnya itu, kemudian wanita paruh baya itu berlalu pergi.

"Mau Renjun antar bu?" tanya Renjun sembari berjalan menghampiri sang ibu yang sudah berada di teras rumah.

"Tak apa ibu bisa sendiri" Renjun hanya mengangguk pelan sembari memperhatikan sang ibu yang sudah berlalu pergi.

"Harusnya seorang ustadz menyebarkan kebaikan bukan?" gumam Renjun seraya menghela nafas pelan.

"Lalu ustadz yang seperti saya ini di sebut apa?" jika di tanya apakah Renjun menyesal karena sudah menodai agamanya hanya karena rasa cinta nya kepada Haechan.

Maka jawabannya, ada. Namun tak sebesar rasa cinta nya kepada pemuda manis itu.

"Jika yang tengah ku lakukan ini adalah sebuah dosa maka biarlah, ini sangat indah untuk di akhiri" Renjun tak akan pernah sanggup jikalau harus kembali ke jalan yang benar dan meninggalkan istri tercinta nya itu.

Maka dari itu biarlah mereka mendapatkan siksanya nanti, asalkan sekarang ini mereka berdua bisa hidup bersama itu sudah sangat cukup.

Renjun dan Haechan kedua insan yang dengan nekat membentuk takdir nya sendiri walaupun dunia menentang, melawan hukum alam dan melawan takdir itu sendiri sudah sangat membuat mereka tak berdaya.

Namun rasa cinta mereka yang begitu kuat tak ingin kalah begitu saja, walaupun harus menerjang rintangan yang sulit sekalipun mereka berdua tak akan pernah gentar.

Renjun harap mereka berdua tak akan pernah terpisahkan selamanya.

Renjun untuk Haechan

Dan Haechan untuk Renjun.

Begitu pula kedepannya.

END

Maaf kalau end nya terkesan maksa banget kaya gini, biarlah yang penting ini book berhasil gue tamatin.

Buat yang minta tamat nya nanti aja sorry banget yah, gue terpaksa harus end-in sekarang. Karena gue juga punya tanggung jawab lain.

Buat yang udah mau mampir dan ngedukung gue selama ini makasih banyak ya, gue harap kalian puas dengan cerita yang gue buat ini.

Makasih banyak ya, gue ❤️❤️❤️ kalian banget deh.

Next season dua bakal gue buat kalau dua book yang terbengkalai itu udah berhasil gue tamatin, gak ada bonchap ya soalnya gue bakal temui kalian lagi nanti.

Gue harap kalian mau nungguin cerita ini back lagi.

Walaupun dalam waktu yang lama gak masalah kan?.

kakak ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang