"Natta! Lo mau ke mana?!" Seru Nabiru saat melihat Natta berjalan dengan terburu-buru setelah keluar dari arena."Jangan ikutin gue, jagain Bigel aja."
"Bigel udah pulang."
Natta menghentikan langkahnya dan mengernyit bingung. "Bareng siapa?"
"Ojek. Dia minta waktu buat sendiri."
"Lo suruh dia buat pulang sendiri?! Gimana kalau dia gak pulang?" Bentak Natta.
Nabiru sampai kaget, namun ia tetap menjawab, "gue udah ngomong ke supirnya, dan dia bakal bawa pulang Bigel walaupun Bigel bersikeras buat ga pulang. Lagian, gue tau Bigel, dia bukan tipe orang yang kayak gitu kok."
Natta menyisir rambutnya ke belakang, terlewat kesal. "Maaf, udah bentak Lo,"
Nabiru mengangguk, bagaimanapun ia harus paham. "Terus, lo gimana?" Tanyanya kemudian.
"Gue? Gue gimana?"
"Lo yakin gak papa?"
"Oh, gue juga butuh waktu,"
"Ayo," Nabiru menarik tangan Natta tanpa izin.
"Biru, biarin gue sendiri," Tolak Natta tak minat.
"Gak usah banyak omong." Ujar Nabiru tak memperdulikan ucapan Natta.
—
Drrrt
Hilmy berhenti dari acara memakan roti buatan Sheana saat telfon miliknya berdering. Namun, pemuda itu tak peduli dan membiarkan hpnya terus berdering.
"Dari Anan tuh, kok gak diangkat?" Tanya Sheana kemudian.
"Biarin aja,"
"Kamu kenapa sih sama Anan?" Tanya Sheana lagi, saat melihat kini ekspresi Hilmy berubah jadi tak bersahabat.
Drrrt
"Bunyi lagi tuh, apa gak diangkat aja, Hil? Mungkin penting?"
Demi apapun, kalau bukan Sheana yang menyuruh, Hilmy tak akan mau mengangkat panggilan dari Anan. Pemuda itu berakhir menghela nafasnya lalu mengangkat panggilan dari Anan.
"Kenapa?" Tanyanya ogah-ogahan.
"Gue tau Lo marah sama gue! Tapi, tolong kerjasamanya, Hil!"
"Tunggu, Lo di mana? Kenapa napas Lo kayak abis marathon gitu?"
"Temen setan Lo, si Natta. Cari dia sekarang, dia hampir ngebunuh orang, bangsat!"
"Anjing, Lo berdua habis ngapain?"
"Cari Natta dulu baru gue bisa jelasin. Sekarang gue lagi di rumah sakit,"
"Gue berangkat sekarang,"
Hilmy memutuskan panggilan, ia cepat-cepat berdiri dan mengambil jaketnya.
"Hilmy, kamu mau kemana?"
"Oh, maaf, Shea, aku harus pergi,"
"Aku gak tau apa yang terjadi, Hil, tapi, izinin aku ikut."
"Terlalu bahaya, Shea,"
"Kamu mungkin bisa aja dalam bahaya, izinin aku ikut, ya?"
Hilmy menatap manik Sheana dalam sebelum akhirnya berkata, "kamu boleh ikut,"
Hilmy berlari lebih dulu ke rumahnya untuk mengambil kunci mobil miliknya, lalu, menjemput Sheana kemudian.
"Kamu yakin mau ikut?" Tanya Hilmy lagi diangguki oleh Sheana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
أدب الهواةKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys