Macet

7 0 0
                                    

Aku lupa bagaimana menceritakannya dengan kata-kata yang persis sama. Bagaimana aku benar-benar dibuat mengantuk ditengah keributan di sore hari. Tentu kisah ini adalah salah satu kisahku.

Angin berhembus dengan kencang, membawa udara pedesaan pergi ke arah perkotaan. Hanya dengan sekejap saja, udara segar itu bercampur dengan polusi. Semuanya menjadi hiruk pikuk yang akan terus berlanjut dan pada akhirnya berubah menjadi kata "biasa".

Lampu-lampu jalanan perlahan menerangkan sinarnya dan menyinari langit yang hampir padam. Matahari berada di ujung bumi sambil mengucapkan "selamat malam" sebentar lagi. Kini aku masih berada di dalam mobil sedan perusahaanku demi seonggok nasi. Di depan jendela, sembari menyetir aku melihat segaris cahaya jingga yang masih beradu dengan awan.

Sudah setengah jam aku mengantarkan penumpangku. Seorang ibu-ibu berusia 30 tahunan mengenakan kerudung berwarna merah tua dengan jas dan rok span nya. Tidak ada percakapan di dalam mobil sedan milik perusahaanku selama 30 menit terakhir. Yang dilakukan penumpangku adalah sibuk melihat handphone nya sendiri.

"Saya turun setelah lampu merah di depan ya pak."

"Baik bu."

Sudah tiga puluh menit tidak ada percakapan yang bergema di dalam mobil sedan milik perusahaanku. Hingga akhirnya percakapan barusan adalah percakapan pertama. Ibu tersebut kembali sibuk dengan handphonenya.

Mobil sedanku mulai mengantri menunggu lampu merah di depan berubah menjadi lampu hijau. Di depan setelah lampu merah adalah perempatan jalan. Maka lampu merah pun dipasang bergiliran. Aku menunggu dengan sabar, dan penumpangku masih terus memperhatikan handphone miliknya.

Semenit kemudian, lampu merah berubah menjadi lampu hijau. Mobil hitam di depan melaju dengan perlahan mengantri untuk keluar dari jalan tersebut dengan waktu yang terbatas. Aku pun melaju mengikuti mobil depan.

Namun tiba-tiba mobil di depanku berhenti cukup lama. Terdengar suara perempuan dan laki-laki melempar argumen dengan suara lantang. Kekacauan tengah terjadi di tengah perempatan. Membuat seisi jalan kesulitan bergerak.

Setelah dilihat baik-baik, ternyata kecelakaan tersebut terjadi karena sopir truk tidak sengaja menabrak mobil sedan putih milik ibu tersebut. Aku yang kebingungan mulai melirik penumpangku di belakang.

"Ada keributan ya pak di depan?"

"Iya nih bu. Emmm sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. Ndak papa toh bu?"

"Sebenarnya saya agak buru-buru. Jadi saya akan turun di sini saja. Ini pak uangnya. Terimakasih pak."

"Suwun bu. Mohon maaf bu, saya hanya bisa mengantarkan ibu sampai di sini."

"Ndak apa-apa pak."

Penumpangku segera turun menerobos keributan di depan. Aku yakin mobilku ini akan terus berada di tempatnya hingga setengah jam kemudian. Sedangkan kedua orang, ibu-ibu dan sopir truk masih terus melemparkan argumen menggunakan nada tinggi. Kejadian ini membuatku mulai mengantuk. Aku pun menyandarkan kepalaku di jendela mobil milik perusahaanku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One is EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang