Bab 1

2 0 0
                                    

Hai, aku J laki laki manis berusia 26 tahun. Aku berprofesi sebagai seorang penyanyi papan atas. Siapa yang tidak mengenalku? Mempunyai paras tampan dan manis mampu menghipnotis siapa saja yang menatapku. Tapi, bukan itu hal yang ingin aku sampaikan.

Berkarir sejak kecil membuatku berteman dengan sesama rekan artisku, tidak ada yang spesial sampai akhirnya aku bertemu dia.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Cut", arahan sutradara mengakhiri syuting mv ku malam ini. Badanku letih dan mataku mengantuk. Ingin cepat-cepat bergelung di ranjang hangatku. Berjalan tergesa ke arah mobil, langkahku terhenti saat mataku tak sengaja bertatapan dengan sepasang mata tajam yang juga tengah menatapku. Aku terpaku sesaat, wajahku merona tak tahu malu. Sial! Aku ini laki-laki mana mungkin aku bisa salah tingkah hanya karena tatapan orang asing. Lama saling menatap, tanpa sadar aku berjenggit kaget saat pundakku ditepuk. Ternyata itu manajerku.

" ayo pulang, " dia menuntunku masuk ke mobil dan menutup pintunya, masuk ke pintu kemudi lalu melajukan mobil yang membawa kami. Sampai saat inipun aku masih merasakan wajahku memanas. Siapakah sosok bermata tajam itu?.

Sampai digedung apartemenku, aku turun setelah mengucapkan terima kasih pada manajerku. Ya, kami memang tinggal terpisah, dia akan kembali menjemputku besok untuk melakukan pemotretan dengan brand ternama yang memintaku menjadi model mereka. Selain penyanyi, aku juga merangkap sebagai seorang model pakaian. Aku sangat menyukai fotography selain bernyanyi tentunya.

Membuka pintu apartemen aku langsung menuju pantry untuk meminum air dingin, jujur saja jantungku berdebar setiap mengingat dua mata tajam itu. Ingatkan aku bahwa aku ini laki-laki matang berusia 26 tahun, aku bukan remaja puber yang akan salah tingkah hanya karena tatapan. Sekali lagi, aku bingung terhadap respon tubuhku sekarang. Lelah dengan semua pemikiran tersebut, aku memutuskan untuk membersihkan diri dan beristirahat.
.
.
.
.
.

Pukul 8 tepat, bel apartemenku berbunyi, ah itu pasti manajerku.
Bangun dari tempat tidur aku bergegas untuk membuka pintu.

"Waktunya bersiap J, partnermu kali ini sangat membenci keterlambatan", ucapan manajerku membuat kantukku berlari, wajaku seketika segar dan menatapnya horor.

"Partner? Bukannya pemotretan kali ini hanya aku sendiri? " tanyaku dengan mata melotot setengah berteriak.

"Ssstttt,, kecilkan suara cemprengmu J, sudah kuduga kau tidak membaca kontrakmu dengan baik, jelas-jelas disitu tertulis bahwa kali ini kau akan melakukan pemotretan berdua, bukan sendiri", manajerku menjelaskan sembari mendorongku masuk dan menyuruhku untuk mandi. Saking terkejutnya, aku lupa mengajaknya masuk ke dalam.

Memutuskan untuk mandi kilat, aku segera berpakaian dan turun menemui manajerku yang ternyata sedang menyiapkan sarapan. Oh ya, aku tidak boleh telat sarapan karena penyakit lambung yang aku derita.

"Ini enak kak", kataku mengacungkan 2 jempol sembari mengunyah makanan tersebut. Manajerku hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekanakanku.

Pukul 9 tepat kami berangkat, pemotretan berlangsung pukul 10,tapi berhubung partnerku kali ini sangat disiplin waktu, kami memutuskan berangkat lebih awal. Tiba di lokasi, aku langsung masuk ke ruang make up dan wardrobe untuk pemotretan kali ini. Aku belum melihat tanda-tanda partnerku hari ini, apanya yang disiplin waktu? Sungutku memancing senyum make up artis yang mendadaniku.

Tanpa aku sadari, sepasang mata tajam tengah mengamati setiap gerak-gerikku di pojok ruang yang gelap.
.
.
.
.
.
.

Sebuah one set jeans tanpa baju dalam aku gunakan dalam pemotretan kali ini, memamerkan 6 buah kotak-kotak diperutku. Hei,aku sangat menjaga tubuhku mana mungkin aku memiliki perut buncit dan gendut.

sakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang