27. Genderang Perang di Hari Kasih Sayang

381 69 9
                                    

Haiii haiii aku balik nih heheheh
Sebelum baca ini aku mau ngucapin selamat buat Timnas Sepak Bola Indonesia U-22 yang udah berhasil meraih medali emas di ajang Sea Games Kamboja setelah 32 tahun menunggu. Semoga kedepannya makin sukses. Selamat juga buat kita semua sebagai bagian dari warga negara Indonesia.
Asli, speechless banget pas nonton pertandingan final kemarin. Bener bener penuh mukjizat. Alhamdulillah.

(Btw sananta ganteng hwhwhw)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Btw sananta ganteng hwhwhw)

Oke dehhh langsung ajaaa.
HAPPY READING yaaaww!!!🥰🥰🥰
Hati-hati banyak typo!
•••

"BUNG, rencana kita untuk memberontak sudah diketahui oleh Nippon. Bukankah sebaiknya pemberontakan ini kita cetuskan sesegera mungkin? Penderitaan rakyat sudah sedemikian parah, Bung. Seharusnya kita tidak perlu menunggu lebih lama, belum lagi pukul dua siang tadi, terdapat sebuah gerbong kempetai datang dari Semarang. Sebagian dari mereka sedang bermalam di Hotel Sakura dan mungkin sekali kempetai itu sengaja didatangkan ke Blitar untuk menangkap para anggota tentara PETA Blitar atau setidaknya, mengadakan operasi dalam Daidan."

Noureen menyimak rapat terakhir hari ini dengan jantung berdebar. Meski sudah tahu bagaimana akhir dari semua ini, gadis itu tetap saja merasa gugup. Kondisi di sekitarnya benar-benar asing. Ia turut merasakan semangat patriotisme yang ada pada diri setiap tentara PETA.

"Bung Halir benar. Gerbong kempetai itu datang tadi siang," ujar Muradi. Ia menatap rekan-rekannya. "Kedatangan Syidokasyikan Hoshino tempo hari sudah menjadi bukti nyata kalau rencana kita sudah diketahui oleh Nippon." Muradi beralih menatap Supriyadi. "Apakah mungkin rencana kita sejak bulan September 1944 kita laksanakan malam ini, Bung?"

Noureen menatap Supriyadi. Pemuda itu tampak begitu berbeda saat memperjuangkan bangsanya. Dalam hati ia masih tidak menyangka. Rapat terakhir ini tetap berjalan sesuai sejarah.

"Menunggu apa lagi? Penderitaan rakyat sudah sampai di puncak dan tidak tertahankan lagi," ujar Supriyadi tegas.

Muradi kembali menatap para rekannya. "Bagaimana Bapak-bapak beserta Bung sekalian?"

"Mereka sudah mengetahui semuanya," timpal Suparyono cepat. "Kalau kita memulai, mereka akan dengan sendirinya mengikuti gerakan kita. Harus ada yang memulai terlebih dahulu, Bung," imbuhnya.

Supriyadi berdehem. "Dalam perang Baratayudha, sang Kreshna memuji para kesatria yang berani mengorbankan jiwa raganya tanpa bertanya terlebih dahulu, untuk apa?"

"Kresna, Arjuna, dan Baratayudha tidak ada hubungannya dengan ini, Bung." Salah seorang tentara PETA bersuara. "Bagaimana rencana kita yang sebenarnya?" sambungnya.

Supriyadi berdehem. "Kita bunuh semua orang Jepang yang ada di sini. Selanjutnya bersama daidan lainnya menyerang tiap pasukan Nippon yang digerakkan untuk menindas kita." Ia berucap tegas.

KLANDESTIN ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang