Keesokan paginya fasya terbangun karna mendengar keributan saat membuka matanya ia dapat melihat lily dan riya duduk di pinggiran kasur menatapnya sendu.
"Udah bangun?, Gimana ada yang sakit?." Tanya lili lembut sambil mengelus pipi fasya.
"Kakak kok mau ninggalin riya, kakak jahat." Kini ria beralih ke samping fasya yg kosong ia menatap fasya sedih.
Fasya masi diam dan tatapannya jatuh pada seorang pria paru baya yang berdiri di ujung kasur.
Lily yang mengerti oun langsung memberi tau siapa pria itu.
"Dia Hendra, suami mama ayah dari raga dan riya." Ucap lily, fasya melihat mata coklat itu yah mata raga turunan dari ayahnya tapi wajahnya tak ad yang mirip dari ayah maupun ibunya, lily.
"Raga ke rumah sakit karna ad operasi, kamu bisa bangun?." Ucap lily, fasya mengangguk.
"Sini mama bantu, kamu harus makan karna 2 hari kamu pasti belum makan dan tenagamu hanya dari infus." Lily membantu fasya bangun, sebenarnya Fasya bisa tapi lily yg berlebihan.
"Papa ke kantor dulu ayo riya papa antar ke sekolah. Maafkan putraku dia memang keras tapi percayalah dia baik." Setelah itu hendra pergi, yah awalnya fasya percaya raga orang baik tapi setelah semua kebohongan nya terbongkar fasya tak bisa menerima itu semua.
"Tidak usah di pikirkan ayo." Lily dan fasya keluar dan menuju dapur.
"Ayo di makan, mama membawanya dari rumah karna raga mengatakan jika, di apartemen nya tidak ad bahan makanan. Maklumlah pria dan kamu tau sendiri raga orang yang berantakan seperti pria lainnya lihat saja kulkasnya hanya berisi makanan yang kadaluwarsa." Jelas lily, ia membersihkan kulkas yg penuh makanan yg sudah kadaluwarsa.
"Iya tan...." Ucap fasya namun terpotong.
"Jangan tante dong, mama aj." Usul lily.
"Iya mama." Hati fasya menghangat baru kali ini ad sosok ibu selain bibinya.
"Lihatlah anak ini minuman keras saja yang dia tau." Gumam lily membuka lemari dapur, fasya mendengar itu.
"Selama tinggal di prancis mama selalu melarangnya minum-minum tapi apalah dayaku dia jauh di sana. Pergaulan di Prancis berbeda dengan di sini."
"Dia seorang dokter tapi tidak tau menjaga kesehatan bahkan juga dia perokok aktif."
Lily terus mengoces sambil bolak balik di dapur untuk membersihkannya dapur itu seakan tak pernah di sentuh bahkan banyak debu pada peralatan dapur. Melihat itu fasya tersenyum, lily sangat menyayangi raga.
"Bahkan dia jarang makan di rumah tidur pun entah di mana, ia selalu memesan makanan ataupun ke restoran. Kadang mama heran dia dokter atau bukan." Lanjut lily.
Fasya memang membenci raga tapi ia tak boleh egois, di sini raga yang bersalah riya, mama dan papa nya tidak salah ia tak boleh ikut membenci mereka.
"Biar mama aja kamu duduk aja." Fasya hendak mencuci piringnya di wastafel namun lily melarangnya.
"Gpp ma fasya bisa kok, mama cerita aja fasya akan mendengarkan." Ucap fasya seraya tersenyum.
"Emh, kamu ini bisa aja meluluhkan hati orang pantas saja raga menyayangi mu." Ucap lily menangkup wajah tembem fasya.
Menyayangi? Kak raga hanya kebetulan membeli aku dan ia tak mau rugi dengan melepas aku begitu saja, batin fasya.
"Kenapa?." Lily melihat fasya bengong.
"Gpp ma." Fasya tersenyum dan mencuci piringnya.
Setelah mencuci piring fasya keluar dari dapur dan mendapati lily sedang memunguti pakaian-pakaian raga yang entah kenapa ad di mana-mana, fasya ikut membantu dengan hati-hati.
"Apartemen ini seakan-akan kandang hewan saja, anak itu tidak tau meletakkan barang ke tempatnya." Gumam lily yah lily sama seperti ibu-ibu di luar sana yang akan mengoceh sendiri dengan ulah anak atau suaminya yg kacau.
°°°°°
Siangnya lily pulang karna raga sudah pulang, membuat fasya sedih ia tak ad teman berbicara mendengar ocehan lily membuatnya bisa tersenyum tapi sekarang suasana yg hangat tadi berubah dingin karna kedatangan raga.
"Kenapa menunduk terus?." Tanya raga yang sudah keluar kamar dengan baju kaos hijau dan jeans hitam, ia menghampiri fasya yang duduk di sofa sambil memainkan tangannya.
"Gpp." Balas fasya dengan suara dingin.
"Sy gk suka orang bicara dengan menunduk." Tekan raga lalu duduk di samping fasya dan menyandarkan tubuhnya.
"Terserah dokter saja." Ucap fasya dingin yah dia akan berubah menjadi fasya yg dingin dan pembantah untuk bisa membuat raga jengah dengannya.
"Dari mana kamu belajar,hem?." Tanya raga tersenyum devil.
Fasya diam ia tak mengerti ucapan raga yg terkesan sepotong-sepotong.
Tin....
Bel berbunyi dan fasya langsung mendongak melihat ke arah pintu berharap seseorang datang dan bisa menjadi temannya,juga raga tak mengganggunya.
"Buka." Ucap raga membuat fasya antusias lalu berjalan ke arah pintu, raga melihatnya tersenyum. Ia merindukan fasya yang hangat, penurut.
"Semua 738.000 dek." Ucap kurir yg membawa 2 kantung besar dan 1 kantung kecil, fasya tersenyum tipis lalu berbalik ke arah raga yang ternyata sudah berdiri di belakangnya. Fasya tak memegang uang sepeser pun mana bisa membayar semua itu dan siapa yg memesannya.
Harapannya pupus ternyata hanya kurir."Ini ambil kembaliannya." Raga menyodorkan uang 800.000 ribu pada kurirnya.
"Wah makasih pak, saya permisi." Kurir itu pergi, raga menenteng 2 kantung besar itu dan menyuruh fasya membawa yg kecil.
"Bawa." Suruhnya lalu ia masuk di ikuti fasya yg dengan malas membawa kantung itu tak lupa juga menutup pintu.
"Ini bahan dapur mama yg pesan." Ucap raga lalu pergi dan ia juga mengambil kantong kecil di tangan fasya.
Lebih baik fasya menyusun bahan-bahan ini dari pada harus bersama raga rasanya ia muak bahkan raga seolah tak bersalah.Setelah selesai fasya merasa mengantuk dan ingin tidur ia keluar dari dapur dan fasya bisa melihat raga sedang makan dengan lahab, inilah yang lily bilang makanan selalu di pesan dan makanan itu makanan instan entah itu sehat atau tidak, fasya jadi curiga dia dokter atau bukan. Tidak ingin raga sadar ia pun mengendap-endap ke arah kamar di ujung sana yg tadi pagi ia bersihkan bersama lily, yah dia akan tidur di sana lebih baik dia menghindari raga.
Setelah masuk fasya mengunci pintu dan merebahkan rubuhnya di atas kasur, sebenarnya tubuhnya lengket tapi dia enggan berbicara pada raga mengingat dia tak punya baju selain ini, lama kelamaan mata fasya tertutup karna kantuk sudah menyerang.
Fasya akan bersikap dingin dan pembangkang di hadapan raga, ia ingin membuat raga menyerah. Hanya ini yang bisa fasya lakukan agar bisa lepas dari raga.
°°°°°
Apa cuma author aja yang suka cowo yang luar rapi tapi dalam berantakan?
Hehe agak aneh emang
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctors Rules
FanficMahesa raga Wardana, di kenal dengan dokter Mahesa namun nama panggilannya adalah raga, berusia 25 tahun. "Pasien 12 atas nama Fasya Aditama!." panggil uni perawat yang bertugas membantu Raga. "Saya suster." Gadis cantik dengan rambut panjang terlih...