Prologue

14 5 3
                                    

Hari itu menjadi hari yang cerah bagi Rian, dimana seperti hari-hari sebelumnya, ia akan beraktifitas setiap paginya seperti tiduran di atas kasur sampai tiduran di atas sofa. Ya—memang kegiatan yang hanya bisa dilakukan oleh Rian hanya itu sih. Tak lama setelah ia lulus dari sekolahnya, Rian benar-benar bingung harus apa. Pasalnya, ia tak kunjung mendapatkan pekerjaan meskipun sudah mencari kesana kemari. Namun suatu ketika...

"Rian, mau sampai kapan kamu terus bergantung sama ibu? Kamu kan udah gede," ucap seorang wanita yang tengah duduk bersebrangan dengan Rian.

"Tapi mah... Salahin pekerjaannya gak mau nerima Rian," balas Rian.

"Kok gitu sih? Kan yang ngelamar kamu, masa nyalahin pekerjaannya? Kamu mau terus gini?"

"Gak mau sih ..."

"Kan? Tuh, contoh adek kamu."

"Ya ... Gimana mau dicontoh? Dia kan kerjanya jadi cosplayer. Masa iya aku harus ngikut jadi cosplayer? Muka aku pas-pasan gini mah ..." ujar Rian lirih kepada ibundanya.

"Maksudnya bukan itunya, Rian. Adek kamu itu, Anisa, dia manfaatin yang ada. Harusnya kamu berterima kasih karena ekonomi kita terbantu berkat dia."

"Mamah gak takut adek ngelakuin sesuatu yang aneh-aneh?"

"Contohnya?" tanya sang ibu.

"Ya ... Itu ... Jual konten yang itu-itu."

"Yaampun Rian. Kamu ini, overtaking mulu."

"Overthinking mah. Aduh ... Masalahnya ya ... Dia bisa dapet duit segitu darimana coba? Dia bilang ke aku katanya dia cosplay sambil promosiin brand terkenal disocial medianya."

"Ya memang. Gak mungkin kan dia berbuat aneh-aneh? Kita percaya aja sama dia. Yang terpenting sekarang itu, kamu cari kerja sana."

"Iya deh iya ... Besok aku mau mulai nyari kos-kosan dideket kota biar gampang nyari kerja."

"Nah gitu dong, anak ibu."

Begitulah kira-kira percakapan singkat antara ibu dan Sang anak. Rian mau tak mau harus mulai kerja, karena mana mungkin dia akan terus terusan bergantung pada ibunya, 'kan? Apalagi adiknya sudah mendapatkan pendapat besar walaupun masih kelas 2 SMA.

***

Keesokan harinya, akhirnya Rian siap untuk pergi dari rumahnya untuk mulai mencari kerja dikota. Dengan membawa barang-barang yang setidaknya berguna, serta perbekalan yang dirasa cukup, Rian kini benar benar siap.

"Mah, adek mana?" Tanya Rian yang sedang memakai sepatunya.

"Adek ya sekolah. Dia katanya gak sempet ngucapin selamat tinggal, jadi ya titip salam aja," ucap ibunya dari belakang.

"Yah ... Yaudah deh. Paling klo ada dia, nanti perpisahannya jadi makin dramatis soalnya."

Ibunya tertawa sedikit mendengar ucapan Rian sebelumnya. Setelah Rian sudah selesai memakai sepatu, ia pun mulai berpamitan dengan ibunya.

"Udah ya mah. Rian berangkat." Rian mencium punggung tangan milik sang ibu.

"Iya. Hati-hati ya dijalan." Ibunya mengelus pelan kepala Rian.

Setelah dirasa sudah selesai, Rian pun berangkat saat itu juga. Meninggalkan ibundanya bersama adiknya.

***

Singkat cerita, Rian pun akhirnya telah sampai di kota tujuannya, yaitu Tasikmalaya.

"Huek ... Anjir bau Stella didalam kendaraan emang bikin gila." Ujar Rian sambil menutup hidungnya.

My Wife Is From Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang