"Hahahaha... lebih kencang lagi."
Suara tawa menggema di penjuru taman samping kediaman Reyes. Bocah 10 tahun itu sesekali memekik riang ketika ayunan yang ia naiki berayun makin cepat ketika sang abang mendorong dirinya.
Sudah dua hari Nehan menghabiskan waktu dengan Atlas. Bahkan Algis yang sedang duduk di kursi taman merasa kesal. Pasalnya sejak Atlas datang, adiknya mengabaikan dirinya. Padahal ini kesempatan Algis bisa bermain dengan Nehan selama yang lain tidak ada.
Algis tidak sadar saja jika penyebab dirinya jarang diajak bermain Nehan karena remaja itu terlalu kaku dan tidak menyenangkan.
"Sampai kapan kau akan menatapnya begitu?" Ujar Ran jengah. Ia membalik lembar koran hari ini.
Seperti biasa Algis mengabaikan Ran dan lelaki itu sudah biasa mendapatkan respon demikian. Pagi menjelang siang ini, Ran menghabiskan waktu santai dengan bermonolog dihadapan Algis setelah hampir dua malam begadang.
"Adikmu tidak akan hilang. Bisakah kau santai sedikit? Tatapanmu membuatku risih." Kata Ran sambil menyeruput kopinya.
"Dasar pengganggu." Gumam Algis.
Byuurr
Ran memuntahkan kopinya. "Apa yang– Kau mengataiku?" Ujarnya tak percaya.
Sekretaris Khaled itu berkacak pinggang. Matanya menyorot tajam walaupun Algis malah menatap ke arah lain. Tepatnya pada sepasang anak kembar yang masih asik dengan dunianya.
"Apa aku buang saja dia ke laut seperti Akio."
Ran tambah melolot horor. "Hey, kau bercanda kan? Itu tidak lucu. Aku bisa dimakan megalodon."
"Ide bagus. Biar aku lempar ke sarang hiu." Algis menyeringai. Seolah otaknya sedang memikirkan berbagai ide penyiksaan.
Sepertinya jantung Ran jatuh ke lambung. Ia menatap ngeri pada remaja di depannya. Walau remaja itu lebih muda darinya, tapi kalau soal kekuatan jujur ia kalah jauh. Hah, Ran lebih baik berurusan dengan Akio daripada remaja labil dan tempramen ini.
"Ampun, Tuan Muda Algis. Sa–"
Bruk
Reflek Algis dan Ran menoleh ke tempat dimana si kembar bermain. Disana Nehan terjatuh dari ayunan ketika berusaha turun sendiri. Algis sudah berdiri hendak mendekat sebelum Ran mencegahnya.
"Tunggu dulu."
Atlas jongkok di depan Nehan. Lalu ada sedikit perdebatan. Algis dan Ran tak bisa mendengar secara jelas. Lalu tampaknya Atlas yang setengah kesal segera merubah posisi dan menggendong Nehan dari depan seperti koala. Memang gen pemaksa kental sekali.
"Minggir. Nanti dia akan jatuh lagi." Ujar Algis menyingkirkan tangan Ran.
Benar sih. Tubuh Nehan memang lebih pendek dari Atlas, tapi untuk berat jangan diragukan. Nehan memiliki badan yang lebih berisi dibandingkan dengan Atlas.
"Berikan padaku."
Atlas menghentikan langkahnya. Lalu sedikit membenarkan gendongannya. Jujur ia kesusahan, tapi Atlas tidak mau menyerahkan Nehan pada Algis.
"Kenapa harus? Jangan ganggu. Aku bisa merawat adikku sendiri." Ujarnya menatap tajam.
"Kau tidak bisa. Lihat, tanganmu gemetaran. Adikku bisa terjatuh."
Atlas mengepalkan tangannya. Tak bisa dipungkiri jika tubuh Nehan sangatlah berat. Tapi, jika ia memberikan Nehan yang menahan tangis ini pada Algis maka adiknya akan menempel terus pada kakak ketiganya itu. Ini adalah ingatan masa kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda's Reyes (END)
Novela JuvenilMenjadi putra Reyes bukanlah hal yang mudah bagi Nehan. Ia hanya seorang anak berusia 10 tahun yang terjebak dalam lingkaran masalah. "Daddy, Nehan ingin lihat koala." Reyes mengamati putra bungsunya yang duduk di tempat tidur tak jauh dari sofa yan...