"Thanks ya." Naga tersenyum kearah Shenna, ia merasa bersyukur karena sudah diobati dan diperlakukan sangat baik.Namun ia sadar dengan gadis dihadapannya, yang sampai detik ini masih dicari polisi.
"Lo kenapa gak nyerahin diri?" Perkataan Naga barusan langsung membuat Shenna terdiam.
Mulut gadis itu seketika terkunci, entah jawaban seperti apa yang akan ia katakan, ia sama sekali tidak tahu.
Naga berusaha menatap mata Shenna yang tertunduk itu, "Jangan sampai keputusan besar ini menghancurkan lo di masa depan."
"Arghh.. gue gabisa! Gue gak mau! Penjara terlalu menakutkan, gue gak akan bisa!" Seru Shenna.
Naga lalu menyentuh pundak Shenna, "Gue tau, tapi setiap perbuatan ada bayarannya. Gue harap lo paham, lebih baik menyerahkan diri daripada dibekuk pas lagi nyantai, hukumannya bakal jadi berkali lipat nanti."
"Tapi gue takut.. gue beruntung saat ini ada diantara teman-teman yang selalu support." Disana Shenna nampak mulai murung.
"Lo tau? Setelah Hera, Lo adalah orang kedua yang akan gue jaga. Bener banget lo beruntung dapat teman yang baik, tapi apakah Lo gak mikir konsekuensi kalau kalau polisi tiba-tiba datang kesini dan nangkap kalian semua?" Naga terus memberi pemahaman kepada Shenna.
Disana Shenna mulai terpengaruh, benar yang dikatakan Naga, ia tidak bisa memastikan bahwa suatu hari nanti polisi hanya akan menangkap dirinya seorang, bagaimana jika Rhea, Ola, El dan Dodit ikut terseret dalam kejahatan yang diperbuatnya.
"Gue ngerti, kasi gue waktu untuk pertimbangin semuanya." Shenna mendengus panjang.
Naga tersenyum manis, ia kemudian berdiri dan memapah dirinya menuju bajunya yang tergantung diatas kursi. "Gue akan berusaha selalu ada disisi lo, gue tau lo cuma anak perempuan yang polos dan manis, tapi untuk kali ini aja lo harus tegar dan kuat."
Shenna mengangguk lega, disana ia membantu Naga untuk memakai bajunya. "Lo mau kemana? Lukanya kan belum kering."
"Tempat gue bukan disini, gue harus fokus ke tujuan utama. Tapi jangan khawatir, gue bakal sering-sering kesini liat Lo." Jelas cowok itu.
Naga lalu melangkah keluar namun dicegat Shenna tiba-tiba. "Tunggu! Satu pertanyaan lagi, lo gak akan laporin gue ke polisi kan?"
"Itu tugas Lo dan ini permintaan dari gue, gue gak akan munafik, Shen. Tapi kalo lo terlalu lama gue bisa aja ambil tindakan, jadi pikirlah matang-matang."
Naga mengacak-acak rambut halus Shenna dan spontan cowok itu mengecup pipi Shenna sebelum akhirnya benar-benar pergi.
Shenna mematung agak lama, ia memegangi pipinya yang dikecup tadi. "Hati gue diacak-acak cowok manis." Ujarnya tanpa sadar.
"Cieee.. yang dicium pacar.." entah dari mana, ketiga orang ini datang sambil mengarahkan kamera kepada Shenna.
Shenna mendadak sebal, ia mencoba meraih kamera yang di bidik El namun ia ditarik dari belakang oleh Ola dan Rhea.
"Woi! Hapus gak!" Seru gadis itu.
"Gak mau.. coba-coba mana muka seneng nya." Goda El.
Shenna semakin cemberut, ia berusaha melepaskan diri dengan menggigit tangan Ola dan Rhea. Usaha itu ternyata berhasil dan ia cepat-cepat mengambil kamera di tangan El.
"Dapat juga akhirnya," Shenna akhirnya mendapatkan kamera itu, bukannya mematikannya ia malah mengarahkan kamera itu kepadanya, "sini gue kasi tau review gimana rasanya dicium cowok ganteng."
"Rasanya kek pen terbang gitu ke angkasa, tapi sialnya dia cowok yang suka ngacak-ngacak hati anak orang." Sambung Shenna.
"Namanya juga monyet lagi cinta, ya wajar sih." Sahut El tiba-tiba.
Rhea ikut berteriak, "Acak balik dong hatinya, jangan mau kalah."
"Ramekan hastag ini #nagashennaselamanya." Ola tambah meramaikan suasana.
Hampir setengah jam mereka perang-perangan merebut kamera, mereka bergelut bak empat anak kecil yang suka bermain, entah mengapa rasanya sangat nyaman.
"Udah ah, capek." Shenna akhirnya menyerah dan terkapar diatas sofa.
"Lo harus pertahanin cowok kayak gitu." Celutuk Ola tiba-tiba.
Shenna langsung mengangkat kepalanya, "apa yang lo liat darinya?"
"Hmm, dia sama sekali gak takut ngancam Lo, tapi juga gak segan buat ngelindungin Lo." Jawab Ola.
El lalu menambahkan, "Beruntung dia lagi fokus cari adiknya, kalo aja dia lagi nyantai, mungkin tujuannya bakal dialihkan ke kantor polisi dan laporin Lo." Ujarnya sembari berkacak pinggang.
"Itu gak bakal terjadi! Naga orang yang baik." Shenna langsung membantah.
El menghela napas panjang, "Justru itu, coba diingat-ingat lagi maksud dari perkataan Naga tadi. Lo jangan sampai terlena karena diberi pilihan."
Sampai disana Shenna langsung diam, ia benar-benar di situasi sulit. Harapannya ketika bertemu Naga tak sesuai ekspektasi, ia seperti ingin didukung seperti yang dilakukan teman-temannya, tapi bagaimanapun niat cowok itu baik, kemungkinan terburuk yang akan terjadi sudah Naga pikirkan dan pertimbangkan, Shenna bisa saja bertahan lebih lama lagi tapi peluang untuk tertangkap bersama-sama akan jauh lebih besar lagi.
"Gue.. bakal ambil keputusan secepatnya." Kata Shenna sambil tertunduk murung.
"Udahh gapapa, kita ada disini kok. Pelan-pelan aja, tugas kita kan menjaga satu sama lain, ya gak?" Rhea langsung merangkul Shenna dan Ola disampingnya.
El tersenyum dan geleng-geleng melihat tingkah ketiga anak ini. Tanpa basa-basi Shenna langsung menarik El dan ikut merangkulnya. Di posisi ini mereka berharap pertemanan berkedok balas dendam ini akan langgeng selamanya.
"Rhe, laper.." rengek Shenna dalam rangkulannya.
"Hahaha, yok. Dingin-dingin gini enaknya makan mie rebus ekstra pedas." Rhea lalu berdiri dari tempat ternyamannya dan segera menuju dapur untuk membuatkan makan malam.
Sementara Ola, Shenna, dan El masih duduk disana. Pikiran mereka sepertinya saling terhubung untuk saat ini melihat perilaku Rhea barusan.
"Rhea keknya bakal gantiin nyokap gue deh." Shenna menggigit kukunya.
"Setuju." El menyambung.
"Dia ibu dirumah ini, bersama ketiga anaknya." Perkataan Ola mendapat anggukan dari Shenna dan El.
***
To be continued..
Hari ini dikit dlu yaa, lagi kurang fokus soalnya sibuk terus belakangan ini.Eits tapi jangan lupa vote dan comment nya..
Big love,
rosaekavania❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
R.O.S.E
ActionWarning! 🔞 Rhea, Ola, Shenna, dan Eleanna. Mereka tidak akan balas dendam atas luka yang mereka terima, justru mereka akan bertekad dan memastikan tidak ada perempuan-perempuan setelahnya yang akan mendapat luka yang sama. Lalu bagaimana mereka bis...