happy reading
.
.
.
.
.
.
🚭🚭🚭masih jam setengah enam pagi tapi mansion Algatara di kamar si sulung susah ribut dengan rengekan Ardan yang ingin ikut Abang sulungnya ke kantor,
"adek nggak usah ikut ya, disana adek bakal bosen, Abang bakal meeting tiga kali selesainya pasti sore, nanti kamu bosen, adek dirumah aja ya, nanti Abang bawain martabak keju kesukaan adek deh," bujuk Bryan pada adik bungsunya yang tengah memeluk kakinya, membuat ia tak fokus memasang dasi, emang harus sabar sabar emang menghadapi bayi yang lagi tantrum,
ia sudah mencoba bersiap sepagi dan sepelan mungkin agar adiknya yang masih tertidur dikasur king size nya itu tidak terbangun, namun tetap saja adiknya itu bangun padahal langit diluar masih gelap, dia sengaja bangun lebih awal agar bisa berangkat tanpa rengekan adiknya, sudah biasa memang adiknya itu selalu merengek saat ia akan berangkat ke kantor dari dua bulan lalu, padahal sekitar tiga bulan lalu adiknya itu masih biasa biasa saja, entah apa yang membuat adiknya itu menjadi lengket atau bahkan posesif pada nya, hingga adiknya itu tak membiarkan dia pergi sendiri tanpa ditemani dirinya,
"nggak, Ardan ikut pokoknya," dengan keadaan masih ngantuk Ardan ngotot ingin ikut Abang nya ke kantor, ia tak akan membiarkan abangnya pergi tanpa dirinya, bisa bisa saat dia tidak bersama Abang nya malaikat maut memiliki kesempatan untuk mencabut nyawa abangnya, tidak akan dia biarkan pokoknya
"nggak bisa sayang ku," ujar Bryan sembari mengangkat tubuh adiknya agar lepas dari kakinya dan menggendongnya, padahal ia sudah rapi dengan kemeja dan jas, namun lebih baik mengutamakan adiknya terlebih dahulu, jas bisa diganti nanti namun jika adiknya sudah semakin marah nanti ujung ujung nya nangis dan berakhir sesek napas, repot emang punya adik udah gede tapi kaya bayi, tapi dia yang udah terlanjur sayang justru senang direpotkan adiknya, namun saat dia sedang tidak sibuk, berbeda saat dia sedang sibuk seperti sekarang, pusing dia nya
"Abang udah nggak sayang Ardan ya?" kata Ardan dengan memelas agar abangnya itu mengijinkannya ikut kekantor,
"okey, tapi nanti kalau udah bosen nunggu Abang meeting, adek bisa pulang duluan, biar nanti dianterin Paman Jo," ujar Bryan mengalah,
" tapi martabak kejunya tetep dibeliin ya bang," pinta Ardan dan di angguki Bryan
"tapi, siapa itu paman jo??, bukannya paman Sam ya?," lanjut Ardan bertanya bingung
"Paman Sam dipindahin tugas sama Daddy, jadi sekarang asisten Abang diganti jadi Paman Jo, dia baik kok, nggak galak, jadi adek tenang aja okey" jelas Bryan menjawab pertanyaan adiknya itu, dan dibalas anggukan mengerti oleh adiknya,
"nurut dan jangan buat paman jo repot, deal?" ujar Bryan tak ingin kejadian bulan lalu terulang kembali, ditengah meeting tiba tiba asistennya menelpone dan lapor bahwa adik nya hilang, denger hal itu pikiran Bryan langsung kacau, Bryan langsung nyuruh sekretarisnya buat lanjutin meeting sementara dia buru buru buat nyari adiknya, sejam lebih dia dan para bodyguard Daddy nya keliling nyariin sibontot dari lobi kantor sampe roftoop, eh bocah yang dicari ternyata lagi nyantai di cafe samping gedung kantor, rasanya pengen marah tapi marahin siapa, mau marahin Sam, dianya cuma korban, adiknya yang satu itu emang makin kenal dekat makin meresahkan memang, jahil nya minta ampun, dikasih tau ngeyel, ditegur malah nangis dikiranya lagi dimarahin, Serba salah emang ngadepin bocil yang lagi sensi mah
"deal"
"sekarang adek mandi dulu ya, siap siap sana," kata Bryan sembari menurunkan Ardan.
🚭🚭🚭
nyesel
jujur, dia nyesel banget ngeyel pengen ikut di Bryan ke kantor, udah tiga jam lebih tapi kata paman jo di Bryan baru mulai meeting keduanya, kenapa orang kantor tuh meeting nya lama banget, padahalkan sama aja kaya diskusi, palingan sepuluh menit juga selesai, bosen dia tuh nunggunya, saat tengah melamun menatap atap ruangan Bryan tiba tiba lampu imaginer disisi kepalanya menyala, dia punya ide
"PAMAN" panggil Ardan berteriak sembari beranjak dan berjalan menuju pintu keluar, belum sempat dia membuka pintu tiba tiba pintu sudah terbuka lebih dulu dari luar,
"ada apa tuan muda" ujar paman jo, orang yang membuka pintu
"anterin Ardan ke restoran yang baru buka yuk, restorannya keren tau, kemaren Ardan liat di Ig, nggak jauh kok dari sini, ya ya ya" kata Ardan panjang lebar, sedangkan Jo yang mendengarnya sudah menahan nafas gugup, masalahnya sebelum tuan sulung meeting ia sudah diberi peringatan agar tak mengijinkan tuan bungsu keluar, harus apa dia sekarang? huh
"tuan kecil, maaf-"
"maaf kenapa sih paman? ayo" sela Ardan tak sabaran, sembari menggoyangkan tangan Jo
"masalahnya itu tuan kecil, tadi kakak anda berkata bahwa saya tak boleh mengijinkan anda keluar dari kantor," terang Jo mencoba menjelaskan pada tuan bungsu nya agar mengerti
"kakak nggak akan marah, sekarang anterin Ardan ke restoran, ayo paman, ya ya ya" desak Ardan membuat Jo merasa seperti ingin pingsan saja dari pada memilih menuruti perintah salah satu dari kedua tuannya itu, mengabulkan permintaan tuan kecilnya maka siap siap kepalanya akan terpisah dari tubuhnya, tetap mempertahankan perintah tuan sulung nya maka tuan kecilnya akan terus merengek atau bahkan menangis dan ia akan tetap dihukum atau bahkan dipecat, kedua pilihan itu tak ada yang lebih baik, serba salah memang, jika tau begini ia mending memilih untuk tidak mengambil pertukaran dicabang ini, tapi penyesalan tetaplah penyesalan, penyesalan akan selalu berada diakhir, jika didepan namanya bukan penyesalan tapi pendaftaran.
🚭🚭🚭
.
.
.
.
.
.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The Broken Boy
FantasiTentang seorang pemuda broken home yang jiwanya nyasar ke tubuh remaja yatim piatu yang tinggal dirumah bobrok pinggiran kota, bagaimanakah jadinya jika seorang berandalan memasuki tubuh adik laki laki dari protagonis novel yang pernah di baca nya? ...