Belial dan Jophiel tidak memerlukan aba-aba untuk melakukan serangan secara bersamaan, seolah-olah hubungan mereka menguatkan komunikasi nonverbal yang mereka miliki. Telepatik?
Keduanya berlari secara bersamaan ke arah target mereka, tepat saat Ramiel berlutut karena tekanan yang tiba-tiba menjadi berat.
"Kau. Siapanya Michael dan Luciel?" tanya Zadkiel, pedangnya diarahkan pada leher Ramiel.
"Persetan. Yang seperti ini jadi om-ku? Tch," ejek Ramiel, ia meludah ke tanah depan Zadkiel. Malaikat itu memberikan tatapan yang sangat jengkel, tangan kirinya masih terangkat tinggi, menyiapkan serangan fatalnya.
"HAAAAH!"
Zadkiel menoleh untuk melihat Belial hendak menabrak tubuhnya, kemudian menyingkir dan mendongakkan kepala hanya untuk melihat Jophiel di atasnya.
"Memang hewan pengerat sialan. Hama. Pengganggu rencana," gumam Zadkiel geram, bersiap-siap untuk menangkis serangan yang akan datang dari Jophiel.
Iya, kan? Kalau lawannya pintar, jelas sekali Belial datang duluan untuk mengecoh perhatian Ziel, membuatnya lengah dan tidak bisa melindungi diri dari Jophiel. Sementara itu, Ramiel akan diselamatkan oleh Belial.
Iya, kan?
Zadkiel mengangkat tangan kanannya untuk melepaskan cahaya yang bisa memperlambat waktu ke arah Jophiel.
"Huh?" tanyanya kebingungan, melihat Jophiel tiba-tiba terbang ke arah bawah. Cahaya tersebut sudah terlanjur dilepaskan ke langit bebas, memerangkap angin.
"Infernal sealing."
Sebuah simbol wrath terbentuk pada dada Zadkiel, laki-laki itu terkejut ketika merasakan suhu tubuhnya yang meningkat. Begitu Zadkiel menoleh ke atas kiri, ia mendapatkan Belial sedang berada beberapa meter lebih tinggi, tangannya membuat gerakan yang tidak dapat Zadkiel mengerti.
"RAMIEL! Gunakan kekuatanmu lagi!" perintah Jophiel selagi ia terbang ke arah Ramiel, melemparkannya sebuah pedang. Pangeran dari pride itu mengangguk paham, kemudian memulai mantranya kembali.
"HAH! HAMA! PENGGANGGU!" teriak Zadkiel keras, pikirannya terlalu rumit untuk memutuskan pada siapa ia harus berfokus. Dirinya sendiri untuk melawan, serangan yang sedang ia kumpulkan, Belial yang siap meledakkannya, atau Ramiel yang sedang menyetrumnya?
Api dan petir. Reaksi yang akan sangat menarik...
"Membekulah dalam kutukan waktu," perintah Zadkiel datar, kemudian melepaskan cahaya ke arah Belial.
Pangeran berambut merah itu tersenyum, rencana dadakan mereka berhasil. Ketika serangan itu mengenai dirinya, ia bisa merasakan semuanya melambat. Seolah-olah ia terjebak dalam gelembung tanpa gravitasi.
Tapi tidak masalah, selama sealing sudah terpasang di tubuh Zadkiel dan ada penguasa api lain di sini... Sebenarnya, ini pertama kali mereka mencobanya. Belial memanfaatkan kekuatan Jophiel, dan Jophiel yang menggunakan trik Belial untuk mengoptimalisasi kehancuran.
Itu kesalahan Zadkiel di sini. Dia memang tidak terbiasa bertarung akibat role-nya sebagai support. Ia mudah sekali kewalahan, sampai-sampai melupakan musuhnya yang paling mematikan di sini: kakaknya.
"Celestial sealing," ucap Jophiel, menirukan mantra yang dirapal oleh Belial. Sebuah simbol patience terbentuk di sebelah simbol Wrath, berwarna putih. Keduanya saling melirik untuk sesaat sebelum mengucapkan secara bersamaan:
"Burn."
Dalam sekejap, kedua simbol pada dada Zadkiel menyala dan menyatu, membuat sebuah kobaran api berwarna putih dari tubuh malaikat itu. Ramiel yang mengerti dengan tugasnya segera berkomat-kamit,
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasy[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...