bab 10

4.5K 367 6
                                    

happy reading
.
.
.
.
.
.
🚭🚭🚭

kini Ardan tengah berada direstoran, akhirnya dengan ancaman bahwa ia akan menangis membuat Jo lebih memilih menuruti permintaannya daripada perintah kakaknya,

dengan santainya Ardan memakan lobster pedas pesanannya tanpa khawatir jika kakaknya akan kebingungan mencarinya, sedangkan si pendamping Ardan sudah pucat pasi, bagaimana tidak, tuan kecilnya berkata bahwa dia hanya akan makan di restoran paling tidak dua jam setelah itu kembali ke kantor, namun ia ditipu oleh rubah cilik itu, bahkan hari sudah sore, jam telah menunjukkan pukul setengah tiga sore, itu artinya mereka telah berada disini kurang lebih selama lima jam dan tuan kecilnya itu masih dengan santainya makan, tuan kecilnya itu baru saja memulai makan, setelah sampai disini tuannya itu justru bermain game di ponselnya, bagaimana dia tidak panas dingin coba, bisa bisa baru dua Minggu ia melakukan pertukaran karyawan dia sudah di tukar ke cabang lain lagi

sedangkan disisi lain

"hais, cepat hubungi Jo," perintah Bryan pada sektretarisnya, adiknya itu memang tidak bisa dipegang janjinya, dia sudah berjanji akan tetap dikantor jika ia mengijinkannya ikut, namun nyatanya? huh lain kali ia tak akan membiarkan adik nya itu untuk ikut dengannya

"ponsel Jo dalam mood silent tuan," lapor sektretarisnya membuat Bryan jadi lagi menghela nafas lelah, rencananya selesai meeting ia akan langsung pulang dan istirahat namun adik jahilnya itu malah membuat rencananya hancur,

"lacak ponselnya," perintah Bryan pada akhirnya

"mereka berada di restauran seafood, restoran cabang milik salah satu rekan bisnis anda yang baru buka," terang sekretarisnya setelah berhasil mendapatkan lokasi ponsel Jo

"jemput mereka, aku akan pulang lebih dulu," perintah Bryan mencoba meredam rasa pusing nya, sang sekertaris yang mendengar itu hanya bisa pasrah, disini dia sebagai sekretaris bukan sopir, bisa bisa nya bosnya ini dengan dengan seenaknya menyuruh dia melakukan pekerjaan di luar pekerjaannya, padahal masih banyak berkas yang harus ia selesaikan, namun apalah daya, dia hanya sebagai bawahan disini.

🔞🔞🔞

suasana dalam mobil terasa begitu suram sebab tuan bungsu mereka kini tengah merajuk, kedua asisten dan sekretaris Bryan saat ini sudah panas dingin antara takut dipecat oleh bos mereka karna telah membuat adiknya badmood dan takut dengan tuan muda mereka yang sudah terlihat tak enak dipandang, lebih tepatnya takut terkena semprotan amarah Ardan yang sedang dalam mode senggol bacok,

berawal dari sekretaris Bryan saat menjemput Ardan, sesaat setelah sampai dia segera mencari dimana keberadaan tuan muda bungsu nya, setelah menemukan nya dia otomatis langsung menghampiri, namun ia sempat heran mengapa meja tempat duduk Ardan sudah berantakan dengan tumpahan kopi, ia segera menyampaikan apa yang tuan sulung perintahkan, namun sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya, saat dia selesai berbicara tiba tiba tuan muda nya berteriak kesal dan berlalu pergi dengan kaki dihentak hentakan,

dia yang sudah ketar ketir langsung menanyakan apa yang terjadi dengan Ardan pada Jo, setelah mendengar penjelasan Jo dia menjadi sedikit lega karna penyebab Ardan Kesal bukan sepenuhnya salah dia, melainkan ada hubungannya dengan meja yang berantakan itu, berawal dari Ardan yang tengah menikmati kepedasan lobster nya tiba tiba ingin buang air, saat akan beranjak ke toilet ia justru tersandung dan menyenggol segelas besar kopi yang bahkan belum diminumnya, hal itu langsung berhasil membuat mood Ardan anjlok, apalagi kopi itu juga telah menumpahi makanan nya yang masih banyak membuat mood nya tambah buruk, dan dengan tiba tiba sektretaris kakaknya itu justru dengan santainya berkata ia disuruh pulang, dia nggak marah kok, dia cuma agak kesel aja gitu, cuma makanan aja dia bisa beli lagi, tapi yang membuat emosinya meledak adalah dia diperintah saat sedang mencoba meredam emosinya, huh

sesampainya dimansion Ardan langsung turun dari mobil dan pergi begitu saja dengan kaki dihentak hentakan,

huh dasar para manusia ga peka, lagi emosi malah diperintah perintah batin Ardan dengan rasa kesal yang terasa kembali meluap,

BRAKK

pintu mansion ditutup dengan kencang oleh Ardan membuat mereka yang tengah mengobrol di ruang tamu tersentak kaget, terutama Bryan yang memang menantikan adik bungsunya, sudah sejak sejam dia menyuruh sekretarisnya menjemput Ardan namun mereka tak kunjung kembali membuat ia berniat menghukum keduanya dan adiknya yang tengah melanggar janji, namun belum sempat dia mengatakan sepatah katapun adiknya sudah memotong dengan pekikan cemprengnya

"apa?" sentak Ardan semakin membuat kata kata yang akan ia katakan untuk memarahi adiknya justru langsung tertelan begitu saja saat melihat wajah adiknya yang gelap

"nggak," kata Bryan singkat sembari mengalihkan pandangannya,

"bayinya mama ini kenapa kesel? siapa yang udah buat kesel?" ujar Diana pada si bontot yang mukanya sudah tertekuk dan bibir melengkung mencoba menahan emosi hingga membuat matanya berkaca kaca, biasanya dia nggak marah hanya karna makanan namun hari ini entah kenapa ngerasa emosinya lagi nggak stabil aja akhir akhir ini, entah lebih sering kesel, lebih mudah ngambek, atau nafsu makan yang naik, kalau kata Bryan mah lagi tantrum anaknya mah

"hiks, makanan Ardan hiks," jawab Ardan dengan sesenggukan, tangis Ardan pecah sesaat setelah ditanya oleh sang mama,

"iya, makanan Ardan kenapa? bilang sama mom"

"lobster hiks ar eug dan aaaAA hiks ar dan hiks ga mmm bisa eeung omong hiks," katanya dengan sesenggukan membuat Ardan menjadi sulit untuk berbicara hingga berakhir dengan tangis yang semakin kencang,

"nggak usah ngomong dulu, tarik nafas terus buang pelan pelan" kata Bryan yang khawatir dengan adiknya, dan dituruti oleh sang empu

"eug hiks emm," gumam Ardan menuruti intuisi kakak sulungnya itu,

beberapa saat kemudian

"udah tenang? minum dulu," ujar Bryan sembari menyerahkan susu dalam botol dot yang baru saja selesai dibuat maid pribadi Ardan, emang paling istimewa si Ardan mah, bahkan ketiga kakaknya tidak ada yang diberi maid pribadi, harus mandiri kalau kata Daddy Zidan, tapi ya pengecualian buat si bontot yang nggak dibiarin mandiri, nggak rela si Daddy putra bungsunya nggak bergantung sama dia lagi, si bungsu harus bergantung sama mereka, si bungsu ga boleh mandiri, harus manja sama merek pokoknya, titik nggak pake koma

"eug, Ardan bukan bayi, pakai gelas aja abang," kata Ardan dengan mata sembab dan wajah merah sehabis menangis,

"gapapa, udah terlanjur pake dot, nanti kalau cucian piring banyak kasian mbak Mira pasti capek cuci piring banyak," kata Bryan membujuk Ardan dengan melibatkan maid kesayangan adiknya itu, dan berhasil hal itu membuat Ardan patuh, dia tak ingin membuat maid pertama yang dikenalnya itu lelah karna cucian piring yang bertambah banyak karena dia, soalnya Mbak Mira baik sama dia, nggak kayak kebanyakan maid dirumah dikehidupannya dulu yang acuh padanya, selalu pengen ia colok mata mereka, udah tau dia ada di rumah itu, tapi mereka bahkan nggak sedikitpun menghargai kebaradaan nya, untung dikehidupannya dulu dia ada beberapa maid yang baik padanya, maid itu yang telah mengurusnya dari dia masih umur dua tahun, kalau nggak karena itu mungkin ia sudah dari lama keluar dari rumah setan itu, pasalnya sudah pernah dia serius untuk pergi dari rumah jahanam itu namun ayah brengseknya itu mengancam akan memecat para maid itu jika ia pergi, hingga ia dengan perasaan dongkol mencoba meredam niatnya untuk kabur, pasalnya ia tau betul ia disana hanya dijadikan melampiaskan emosi dari ayah brengseknya itu.

🔞🔞🔞
.
.
.
.
.
.
to be continued

The Broken BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang