0.10.

1K 66 1
                                    

Suara bising yang bersautan terus terdengar di area kantin, mahasiswa saling berebut antre untuk beristirahat sekedar makan disana, Neyl yang terlihat tengah santai menikmati makanannya, sesekali mengecek hp yang berada di tangan kirinya, mencari cari hal seru yang ia bisa selami di dunia internet.

Sementara Diman, ia menatap sekelilingnya yang penuh padat, sambil sesekali menatap Neyl yang sibuk sendiri di depannya, Paul pun hanya terus sibuk melamun tak jelas di samping Diman, ia sebenarnya bingung mengapa sekarang ia sering sekali bergabung dengan mereka berdua.


"Gw ngapain disini sih?". batin Paul heran.


Jengah dengan keterdiaman yang hening di mejanya, Diman tiba tiba menggebrak keras meja yang membuat Neyl terperenjat kaget dengan handpone yang terlempar kelantai, dan Paul yang terlonjak kaget secara spontan ikut terbang kecil, badannya dengan refleks terangkat sedikit tinggi membuatnya terlihat sedang terbang dengan anggunly.



"HAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!".




"PAUL YA AMPUN!!...HAHAHAHAHAHAH".





"HAHAHAHHAHAHAHHAHHAH".




Teriakan bersautan terdengar jelas di area kantin, suara itu berasal dari ujung koridor pintu masuk kantin, Paul yang sudah tanggung malu, melihat dengan jengkel suspek pertama orang yang membuatnya di tertawai heboh kini.

Diman yang melihat Paul menatapnya jengkel hanya bisa mengkat kedua jarinya memberi tanda vis pertanda salam damai, namun tiba tiba Diman merasa ada aura lain disana aura seram yang menakutkan, dengan perlahan Diman menatap kedepan menatap arah Neyl yang sudah terlihat marah.

"Sorry Neyl!, Sorry". Diman meringis nyalinya menciut, menatap Neyl yang kini memegang handponenya yang retak setengah.

Dengan jengkel Neyl mendengus kesal, mengalihkan pusat perhatiannya pada penonton bayaran yang masih bersorak heboh mentertawai aksi jatuh tidak elit Paul tadi.


"Hahahahahahahha".



"Lu liat Nov komuk Paul tadi, hahahaha". Salma terus tetawa keras dengan Novia yang mengangguk angguk hebot yang juga ikut tertawa keras di sampingnya.

Rony yang berada di tengah tengah keduanya hanya diam, menatap heran keduanya yang masih berteriak dan tertawa keras sampai seluruh penghuni kantin memandang aneh kepada mereka bertiga.

Dengan wajah datarnya Rony menahan malu akibat kelakuan dua sahabat perempuannya itu, ia cepat cepat berjalan menghampiri meja Neyl yang tadi terjadi keributan di sana, meninggalkan Salma dan Novia yang masih sibuk tertawa di pintu kantin.

"Mereka kenapa?". Tanya Neyl, Ronya yang baru saja duduk hanya bergidik tidak tahu, kelakuan dua teman wanitanya itu memang di luar nalar, hal yang receh saja mereka tertawanya seperti itu, bagaimana dengan hal hal super receh lainnya, bisa guncang dunia karena mereka berdua.

"Suruh berhenti napa sih, malu di liatin yang lain". Paul dengan raut jengkel menatap kedua wanita yang masih mentertawainya tadi, sementara Salma dan Novia memilih acuh dan tetap tertawa pada posisi yang sama.

"Ntar juga berhenti sendiri". Rony berucap malas pada teman semejanya itu, ia memperhatikan Paul yang mendengus jengkel, Neyl yang sibuk dengan kecedraan handponenya, Diman yang masih diam, mungkin karena merasa bersalah.

"Lagian lu kenapa Dim gebrak meja sembarangan?". Diman yang di tanya hanya meringis, menatap Rony, Neyl dan Paul yang memandangnya dengan penuh pertanyaan menuntut.

"Hehehe... iseng sih, soalnya diem diem bae". Diman tertawa hambar yang di tatap tatapan malah oleh ketiga sahabatnya itu.

"Maafin gw ya Neyl, Paul, gak sengaja sumpah". dengan wajah yang seperti menahan tangis dan melas Diman berkata pelan menatap Neyl yang mengangguk ringan dan Paul yang mengangguk jengkel mencoba menerima takdir yang sudah terjadi kepadanya.

"Jangan gitu lagi lain kali!". Neyl memperingati yang di balas anggukan heboh dari Diman.



"Makasih Neyl, Paul".




sepertinya mereka melupakan dua orang yang masih sibuk tertawa di ujung koridor depan pintu kantin.



___________________________



"Hahahahahah capek!, lemes gw Sal". Novia mengeluh sembari terus tertawa receh dengan memegang dinding yang berada di belakangnya.

Salma pun tak berbeda jauh, wanita berhijab krem itu tengah berjongkok dengan tangan yang memegang perutnya sembari terus tertawa.

Mereka sepertinya tak menyadari tengah menjadi pusat perhatian dari mahasiswa yang berlalu lalang melewati keduanya, keduanya masih sibuk tertawa seolah tak ingin berhenti, di kepala mereka berdua masih tercetak jelas wajah Paul yang kaget, Diman yang ketakutan dan Neyl yang jengkel, ingatan mereka berdua seolah terulang ulang sehingga mereka tak berhenti tertawa hingga lemas.

"Kak Sal, Kak Nov kalian ngapain?". Anggis dan Syarla yang tak sengaja lewat menatap heran pada kedua kaka tingkatnya yang absud itu.


Salma dan Novia yang merasa di tegur melihat Anggis dan Syarla yang menatap keduanya heran, mereka baru menyadari tengah menjadi sorot perhatian di sana.


Dengan cepat Salma berdiri merapihkan hijabnya dan membenarkan letak kacamatanya, Novia yang melihat Salma juga ikut berdiri dengan benar, meski masih bersandar pada dinding di belakangnya, dia lemas karena terlalu receh dan tertawa berlebihan.

"hehehe... nggak kok kita mau ke kantin, Rony mau traktir iyakan Ron?". ucap Salma sembari mencari si pemilik nama, Novia yang juga baru menyadari kehilangan Rony mulai mencari di mana laki laki itu bersembunyi.


"Lah dimana dia?". gumam Novia heran sembari mengedarkan pengelihatannya mencari Rony.


"Hah?".


Anggis dan Syarla kembali heran, tak mendapati kakak tingkatnya yang datar tadi di sebutkan, merekapun mengalihkan pandangannya ikut mencari dimana posisi Rony saat ini.


"itu Kak Rony kak". tunjuk Syarla pada Rony yang asik nongkrong dengan ketiga teman lainnya di meja yang sama.

"Dari tadi Kak Rony gak disini, cuman kalian berdua yang heboh ketawa disini". ucap Anggis yang di angguki Syarla.


Salma dan Novia yang mendengar hanya meringis, mereka malu kenapa urat malunya baru berkerja sekarang bukan dari tadi?,

"hehehe ga papa iseng doangan kita mah". ucap Salma sembari cengengesan hambar, sial, ia baru merasajan malunya sekarang.

Novia yang juga ikut malu bergeser kearah dua adik tingkatnya menyempil diantara Anggis dan Syarla, membuat ia berada di tengah tengah kedua adik tingkatnya lalu berjalan sembari mendorong keduanya dan menundukan mukanya bermaksud meninggalkan Salma dan tempat yang membuat malu ini.


Anggis dan Syarla  yang tak tau apa apa ikut saja kemana arah Kakak tingkatnya ini membawa mereka, meninggalkan Salma yang masih belum sadar di tinggalkan oleh ketiganya.



"Lho, Lho, Lho!".




"Noviaaaaaaaaaaa!".








Teriak Salma jengkel setelah sadar ia telah di tinggalkan oleh ketiga gadis yang tadi berada di sampingnya, dengan emosi yang menggebu dan setengah rasa malu ia kemudian berjalan mencari Novia yang masih menyempil di tengah kedua adik tingkatnya.






_______________________








TBC.








DIKSI NADA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang