Chap 2: Nikmat Tuhan Mana yang Kamu Dustakan, Yang Jeongin

181 25 5
                                    

Akhirnya Jeongin dibawa Minho dan Jisung ke ruang kesehatan karena syok berat. Mereka tidak paham kenapa teman kecil kesayangan itu syok berat setelah melantur membahas buku cerita bergambar yang tidak pernah Minho dan Jisung tau. Jeongin bahkan seperti orang kerasukan menjelaskan buku cerita bergambar itu dan lebih parahnya bilang bahwa mereka berada di dalam buku cerita itu. Khayalan bodoh yang membuat Minho nyaris menelpon bibinya untuk menjemput si roti—panggilan kesayangan lain untuk Jeongin dari Minho—untuk dibawa berobat ke alkemis terkenal karena kejiwaannya terganggu.

"Eh, itu Jeongin kenapa?" Seungmin yang baru saja kembali dari mengambil obat terhenti melihat Jeongin alay pingsan di pundak Minho.

"Sepertinya Jeongin gila, S," ujar Minho tanpa filter.

Jeongin yang mendengarnya hanya terdiam, dia sudah lelah menjelaskan panjang lebar dan tidak ada yang mau percaya. Bahkan si kakak tingkat selaku orang yang menyarankan manhwa itu, Han Jisung, juga hanya tersenyum bodoh mengiyakan perkataan Minho bahwa sepupu Lee Minho itu mengalami penyakit jiwa.

Minho sebenernya sangatlah khawatir dengan Jeongin, bagaimanapun riwayat masa lalu Jeongin yang pernah terserang penyakit mematikan hingga tidak bisa bangun dari ranjangnya selama 6 bulan selalu teriang-iang di kepala. Minho saat ini berusaha keras memastikan kewarasannya juga. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada adik sepupunya maka ia akan menyalahkan dirinya karena dialah kakak yang sekarang menjaga Jeongin di sekolah.

"J, Bibi perlu kutelpon gak?" Tanya Minho setelah menidurkan sang adik sepupu di ranjang ruang rawat.

Jeongin melihat kerlingan sedih Minho yang menyakitkan hati. Ah, seharusnya dia tidak bertindak gegabah seperti itu—dengan berusaha mengatakan hal bodoh tentang manhwa dan isekai yang ia alami. Jeongin memiliki orang yang khawatir pada keadaan dirinya sekarang jadi tindakan bodohnya akan menyengsarakan orang banyak juga. Belum lagi, pengetahuan Jeongin masihlah sangat kurang terkait sosok 'Yang Jeongin' yang ternyata adalah adik sepupu dari Pangeran Mahkota Olcavirius.

"Tidak perlu, hyung. Kayaknya aku kecapekan aja," jawab Jeongin sambil tersenyum, menyakinkan Minho bahwa ia baik-baik saja.

Minho mengusap rambut Jeongin sayang. "Jangan sakit lagi ya, J, kamu gak tau sedihnya satu keluarga karena kamu sakit dulu."

Clue baru, Jeongin adalah manusia penyakitan.

"Maaf, Hyung." Jisung tersenyum cerah mendengar permintaan maaf dari Jeongin, sebagai salah satu manusia yang ikut mendengarkan percakapan bodoh Jeongin tadi pagi, ia paham bahwa Jeongin menyesal telah berbuat kegilaan baru.

"Jadi, mau tetap di ruang rawat atau kembali ke kelas, walaupun kayaknya kita udah telat." Seungmin membantu Jeongin berdiri dari ranjang lalu berjalan beriringan dengan Jisung menuju kelas. Minho berdiri dibelakang tiga manusia manis itu, sibuk dengan alat komunikasi di tangannya.

Yang Jeongin ketahuilah saat ini keadaanmu akan tersebar ke seluruh sudut keluarga kerajaan Olcavirius karena pesan singkat Minho. Dasar bocah usil.

Keempatnya masuk bersamaan dan meminta maaf kepada Mr. Jaebeom karena terlambat tak lupa menjelaskan alasan keterlambatan, Jeongin yang tiba-tiba kambuh nyeri kepalanya. Untung kelas baru saja dimulai lima menit jadi Mr. Jaeobeom memberikan kelonggaran lalu membiarkan empat anak itu duduk di bangku mereka. Bangku yang sudah dibuat berkelompok itu kini sudah mereka tempati dengan Jeongin yang diapit oleh Minho dan Seungmin.

Kelaspun dimulai.

Jeongin berusaha mengikuti kelas sebaik-baiknya, walaupun dia tidak tau bagaimana Jeongin di kelas selama ini tapi saat ini dirinya lah yang menjadi 'Yang Jeongin' maka mau tidak mau 'Yang Jeongin' yang lama harus diganti. Semua murid walaupun dari kalangan atas sangatlah serius mendengarkan penjelasan Mr. Jaebeom. Apalagi saat dibagi menjadi kelompok kerja kecil sesuai tempat duduk, baik Seungmin, Minho dan Jisung bekerja keras untuk menyelesaikan tugas itu hari ini. Artinya urusan pendidikan di sini sangat nyaman tanpa harus ada manusia-manusia tengik yang suka numpang tugas kelompok. Nanti jika tugas kelompok sudah selesai mereka sok ikut berkontribusi dan memasang nama di laporan kelompok. Tapi saat ditanya nol besar.

Hanya Figuran yang Mengagumimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang