Florin mendengus sebal. Bahkan sudah digosok berkali kali pun bekasnya tidak mau hilang "Ish rese banget!" berteriak frustasi "Apa gue minta abi aja kali ya anterin gue kers, siapa tau dokter punya resep obat biar nih bekas ilang"
"No baby" aldrich menggeleng dikamarnya, seakan tidak mengizinkan florin untuk menemui abi "Kamu gak boleh hilangin tanda cinta itu karena.. " raut aldrich berubah keruh, smirk menghiasi bibirnya "Aku akan dengan senang hati membuatnya lagi untuk kamu florin"
Aldrich menatap malas layar ponselnya--- daddy, salah satu orang yang sangat ingin aldrich hindari.
[Hmm]
Barta meremas ponselnya, respon aldrich putra satu satunya itu selalu saja membuatnya kesal. Jika bukan karena nadin istri tercintanya yang menyuruh , barta juga enggan untuk menelpon aldrich.
[Pulang! daddy sudah mengirim bodyguard keapartemen sialan itu untuk menjemput kamu]
[Aku akan pergi]
[Huh?] barta terlihat kaget, karena aldrich tidak seperti biasanya harus dipaksa dulu agar mau pulang.
[Aku tutup]
Aldrich seperti biasa---anak durhaka. Selalu menutup panggilan orang tua nya sepihak bahkan mereka belum sempat berucap.
Barta pikir aldrich mau pulang? tentu saja tidak. Aldrich pertama-tama harus pergi dulu dari apartemen ini sebelum bodyguard sialan itu datang dan membawanya pulang secara paksa.
••
Abi masuk kedalam kamarnya dan berteriak kaget mendapati florin yang duduk anteng diatas kasurnya sembari bermain ps miliknya."Ngapain lo dikamar gue? keluar!"
Abi berjalan cepat kearah florin dan menarik tangannya agar turun dari kasurnya "Apa sih bi, gue lagi pengen main"
"Iya tapi gak dikamar juga kali!"
"Emang kenapa? pelit!"
"Bukan masalah pelit!" abi mengacak rambutnya frustasi, sigadis kepala batu ini apa tidak sadar jika abi bisa saja menerkamnya, huh tolong hilangkan pemikiran kotor itu dari otak abi---ingat florin teman kesayangannya.
"Terus apa?" florin melepas stik ps nya dan mulai berfokus pada abi, tersenyum sensual dengan tangan yang mulai bergerak mengelusi dada bidang abi.
Glek---sumpah demi apapun. Abi terpaku menatap florin yang terlihat sangat cantik. Tatapan abi pun mulai turun kearah bibir florin yang merah alami seperti buah cerry yang baru dipetik, apa menyegarkan.
"Gue baru tau bi lo seksi banget kalo gak pake baju" jari jari lentik florin membelai dada abi lalu turun sampai keperut sixpacknya, ohh apakah florin sedang menggodanya.
"Flo---" abi tercekat, ketika florin menarik abi kekasur dan menduduki perutnya "Lo mau ngap--"
"Sst" jari telunjuk florin menempel dibibir abi "Lo tau gue udah lama nunggu momen ini"
Florin menundukan kepalanya sampai jaraknya dengan abi hampir tidak ada. Tidak perlu menunggu lama kedua bibir itu bertaut dan saling melumat.
"Nggh fl..o"
Abi terus melenguh nikmat dibawah kekuasaan florin sampai menjalar kearah bawahnya yang kini menegak sempurna.
"Ahhh flo gigit kuat kuat eum iiyyaah nghh gitu"
Kring kring...jam weker mengeluarkan alarm yang cukup memekakan telinga, membuat cowok tampan yang baru bangun dari tidurnya menjerit tertahan, apa yang baru saja ia mimpikan.
"Arghh sialan! gue gak punya muka ketemu florin"
Sedangkan diluar unit apartemen abi, florin cemberut karena orang yang dicarinya tidak muncul muncul membuka kan pintu.
"Abi buka pintunya! lo kemana sih?!" kini florin tidak memencet bel lagi tapi dengan gedoran keras menggunakan tangannya.
[Gini sih posisi dimimpi abi wk]