Haechan menangis sejadi-jadinya sembari menatap sang suami yang sekarang ini tengah terkekeh pelan seraya memperhatikannya yang tengah berusaha bangun dari atas ranjang.
"Huwaaa... Mas jahat!" teriak si manis kesal sembari menatap wajah tampan sang suami dengan penuh permusuhan.
"Hahahaha gembul nya mas gak bisa bangun ya?, Aduh-duh kasian" ucap Renjun seraya terkekeh pelan melihat istri manisnya yang sekarang ini terlihat seperti seekor kura-kura yang cangkang nya terbalik.
"Jahat!, jahat!. Aku benci banget sama kamu mas!" kata Haechan seraya memalingkan wajahnya ke samping, pemuda manis itu tak ingin melihat wajah sang suami yang terlihat sangat menyebalkan sekarang ini.
"Aduh-duh mbul jangan marah dong, mas kan gak bermaksud bikin kamu kesel kaya begini sayang. Habisnya tadi kamu lucu banget mas kan jadi gemes" kata Renjun sembari mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang, pemuda tampan itu sekali-kali menoel-noel pipi bulat sang istri yang masih tak mau melihat ke arahnya.
"Hiks... Aku mau cerai aja, mas juga kayaknya udah gak cinta sama aku lagi karena badan aku udah gendut. Mas juga pasti malu punya istri gendut kaya aku" Renjun hanya mampu menghela nafas pelan ketika mendengar ucapan istri manis nya itu.
"Sayang hey" kata Renjun seraya mengungkung tubuh mungil sang istri yang tampak sangat pas di bawah kendali nya.
"Ucu.. Ucu.. Ucu... Istri mas ngambek hmm?" tanya Renjun seraya mengusap pipi bulat sang istri yang sudah di banjiri oleh air mata dengan penuh kasih sayang.
"Sayang" dengan penuh keberanian si manis menatap wajah sang suami yang terlihat semakin tampan di matanya itu.
"hiks... Mau mam cookies buatan ibu" Renjun hanya mampu menggigit pipi dalamnya begitu melihat wajah sang istri yang tampak sangat menggemaskan sekarang ini.
"Siap istrinya ustadz Renjun yang paling cantik, suami tampan kamu ini siap melakukan apapun untuk baginda ratu" pipi bulat si manis sukses memerah begitu mendengar ucapan alay suami tampan nya itu.
"Mas Renjun!!" teriak Haechan malu seraya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang suami.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mata bulat si manis sukses melotot begitu melihat sang ibu yang tengah berdiri di teras rumah bersama dengan sang suami.
"Ibu!" teriak Haechan senang seraya berlari kecil menghampiri sang ibu yang masih terlihat masih cantik itu walaupun umurnya sudah tak muda lagi.
"Jangan berlari bear!" peringat Renjun seraya berjalan menghampiri sang istri yang sekarang ini tengah menatapnya dengan wajah polos andalan pemuda manis itu.
"Hehehe..." dengan penuh kasih sayang pemuda tampan itu menuntun sang istri untuk berjalan menghampiri ibu mertuanya.
"Kalau lagi hamil besar seperti ini jangan berlari nak, walaupun berlari seperti tadi itu resiko nya juga tetap ada" kata sang ibu sembari mengusap rambut hitam sang anak dengan penuh kasih sayang.
"Kangen" kata Haechan seraya berniat memeluk tubuh sang ibu jika saja tak langsung wanita paruh baya itu hentikan.
"Hayoh coba liat perut kamu udah besar kaya gitu, kalau kamu peluk ibu kasian anak kamu nanti sesak nafas di dalam" si manis langsung mencebikkan bibir dengan kesal begitu mendengar ucapan sang ibu barusan.
"Ibu dengar dari Renjun kalau kamu mau makan cookies buatan ibu, bener?" Haechan langsung mengangguk semangat seraya melompat-lompat kecil menanggapi ucapan sang ibu barusan.
"Bear!" kata Renjun seraya memeluk tubuh si manis dari belakang.
"Baru saja ibu peringatin kamu barusan, tapi sudah kamu ulangi lagi saja" ucap sang ibu seraya menggelengkan kepalanya kecil.
"Hihihi... Maaf" kata Haechan seraya tersenyum manis, memperlihatkan gigi kelinci yang tampak keluar dengan malu-malu.
"Ya sudah kalau begitu ibu buatin cookies nya dulu ya, kalian lebih baik tunggu saja disini sembari menunggu kedatangannya Jaemin dan Jeno. Tadi Jaemin sempat menelpon kalau dia dan istrinya juga akan datang kemari" Renjun dan Haechan hanya mengangguk paham menanggapi ucapan wanita paruh baya itu yang sekarang ini sudah berlalu masuk ke dalam rumah.
"Jeno ngapain pake kesini segala?, mau ngambil boneka aku lagi kah?" Renjun hanya terkekeh pelan melihat wajah cemberut si manis yang tampak sangat lucu di matanya.
"Gak boleh begitu sayang, Jeno juga kan lagi hamil kaya kamu mbul. Kasian loh kalau kamu jahatin kaya begitu walaupun dulu mas juga suka kesal sama kelakuan dia, tapi kan sekarang ini dia lagi ngandung sama kaya kamu jadi di maklumin aja ya manis" Kata Renjun seraya mendudukkan tubuhnya di atas kursi panjang yang terletak di teras rumah, kemudian pemuda tampan itu membawa tubuh berisi sang istri untuk duduk di atas pangkuannya.
"Ya habisnya dia nyebelin banget suka ngaku-ngaku boneka punya aku, nanti ujung-ujungnya mas juga yang suka ngebiarin Jeno ngambil semua boneka punya aku. Sebel banget aku sama kamu mas apa jangan-jangan kamu suka lagi sama dia hah?, kamu ada rasa sama Jeno mas. Iyakan?" tanya si manis menyelidik seraya menatap wajah tampan sang suami dengan amat sangat tajam.
"Aduh mbul kamu jangan aneh-aneh deh sayang, mas enggak mungkin suka sama Jeno kamu lebih menarik di mata mas tau enggak?" kata Renjun seraya mencium pipi bulat si manis secara bergantian.
"Mas gak akan pernah berpaling dari aku kan?" tanya si manis seraya mengusap tanda lahir sang suami dengan pelan.
"Enggak akan pernah sayang" kata Renjun sembari mencium kening si manis dengan penuh kasih sayang.
"Tanda lahir mas lucu banget" kata si manis sembari memperhatikan tanda lahir yang mirip seperti luka memar itu dengan seksama.
"Kamu lebih lucu sayang" kata Renjun sembari mencium bibir si manis sekilas.
"Mas Renjun!!"
TBC
Hey kangen gak?
Gue back nih walaupun gue gak bisa update sering-sering karena book sebelah masih belum tamat, tapi gue usahain deh kalau ada ide nanti update lagi.
Buat book yang gus rese sabar dulu ya, nanti gue update lagi kok kalau ada idenya.
Kalau disini gue jadiin Chenle sebagai anak Renjun dan Haechan gimana?.
Atau kalau punya saran lain gitu.