(1). Hari Kehilangan

455 46 3
                                    

🌻🌻🌻

Terkadang Tuhan mengujimu lewat sesuatu yang paling kamu cintai. Kehilangan, misalnya.

-Krisan Putih-

¤¤¤

(Desember 2017)

Hari sudah sangat malam, jalan-jalan mulai sepi, udaranya terbilang sangat dingin, terlebih karena hujan turun sejak sore tadi masih saja menyisakan gerimis hingga selarut ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari sudah sangat malam, jalan-jalan mulai sepi, udaranya terbilang sangat dingin, terlebih karena hujan turun sejak sore tadi masih saja menyisakan gerimis hingga selarut ini. Mungkin, aroma khas hujan yang menyatu dengan tanah akan selamanya membekas dihati.

Terlalu hening, sampai-sampai yang terdengar hanya suara angin yang beradu dengan ketukan langkah dari sepatunya sepanjang jalan. Ia berjalan melewati rumah-rumah disana, menghambur-hamburkan waktu dengan memperlambat langkah kakinya.

Setelah beberapa lama, langkah lemahnya sampai pada sebuah rumah bernuansa biru muda, Handaru langsung saja membuka pintunya sebisa mungkin tanpa suara. Badannya basah kuyup, menggigil, matanya sembab, wajahnya pucat pasi, tak berbentuk lagi.

Langkah pertamanya disambut seisi rumah yang gelap gulita, tanpa penerangan sedikitpun. Dengan meraba-raba dinding sekitarnya, ia mencoba menemukan saklar lampu untuk menyalakannya. Detik berikutnya, ia mengedarkan pandangan ke seluruh rumah yang suasananya layak disebut tanpa penghuni. Entah kemana seisi rumahnya, tak ada satupun yang menampakkan diri, mungkin saja sudah tidur pikirnya, mengingat jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Handaru menaiki satu per satu anak tangga menuju kamarnya. Setelah sampai, ia merebahkan tubuhnya asal, melepas dasinya dengan kasar dan melempar jas berwarna hitam yang ia kenakan ke sembarang tempat. Ia hanya menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

Raga Handaru memang sudah sepenuhnya ada dirumah, tapi seluruh jiwanya masih tinggal di pemakaman. Handaru, adalah orang terakhir yang meninggalkan tempat itu. Sejak siang sampai hampir malam, ia hanya duduk disana, merenung, menangis, memanggil nama yang tak akan pernah menyahutinya sampai kapanpun.

Kepalanya terus-terusan memutar kejadian menyedihkan itu. Dadanya terus-terusan saja terasa sesak, dan matanya seolah tak ingin berhenti menangis, meski sudah ia tahan sekuat tenaga.

.

.

.

Setelah merenung cukup lama, dengan terpaksa ia membersihkan badan, mengganti pakaian, lalu memutuskan untuk duduk di balkon kamarnya. Handaru sama sekali tidak nafsu untuk makan, sejak kemarin belum ada sebutir nasipun yang masuk kedalam perutnya, ia hanya mengambil segelas air, meminumnya beberapa teguk lalu meletakkannya kembali diatas meja, karena hanya sebatas itu yang bisa diterima kerongkongannya.

Normalnya, ia harus berada didalam rumah, bukan menikmati hujan yang tak kunjung reda. Tapi ini Handaru, anak yang cukup keras kepala, tak peduli sedingin apa, ia memilih untuk tetap disana, menyambut musim dingin sembari mencaci maki dirinya sendiri atas keadaan yang sudah terjadi.

Matanya masih menerawang jauh, pikirannya kacau, tangannya sibuk merapikan posisi selimut agar mampu menutupi tubuhnya dengan baik dari angin yang sedari tadi menusuk tulang.

Ditengah-tengah lamunannya, samar-samar Handaru mendengar suara tangisan tepat dibawah balkon kamarnya, tangisan yang siapapun mendengarnya, akan merasakan sakit juga.

"Ternyata, mama belum tidur. Ma, maafin Handaru gabisa peluk mama. Mama pasti sangat membenci Handaru kan? Sama kok ma, Handaru juga benci diri Handaru sendiri," ucapnya dalam hati.

Malam itu, jadi malam paling panjang yang pernah Handaru lalui, juga jadi malam paling menyakitkan selama ia hidup belasan tahun ini. Hampir-hampir ia tak tau bagaimana caranya menghadapi dunia esok hari.

Beberapa kenangan terputar kembali di kepalanya tanpa diperintah, mulai saat ia kecil hingga beranjak dewasa, hingga berhenti tepat di kejadian hari ini. Handaru kembali memeluk dirinya sendiri, ia menangis lagi, dan karena terlalu lelah pelan-pelan ia terlelap disana, dengan sesak yang menyelimuti ulu hati.

Handaru, baru saja kehilangan.

(bersambung)

.

.

.

¤¤¤

Untuk sebuah nama yang sudah pergi, tolong datang ke mimipiku sesekali. Beritahu aku, jika kau marah atau benci. Setidaknya, aku bisa menjalani hidup pelan-pelan dengan penuh penyesalan, sebagai tanda balas dendam untuk diriku sendiri.

-Handaru-

____________________________________________________________
.

.

.

¤¤¤

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Cerita diatas adalah cerita pertama yang penulis tulis di wattpad. Mohon dukungannya ya. Seluruh cerita ini hanyalah fiktif belaka berdasarkan ide penulis, dan tidak meniru dari pihak manapun. Latar tempatnya di Korea Selatan ya, tapi nama-nama tokohnya tetap pake nama lokal. Latar waktu kisaran tahun 2017-2019. Mohon maaf jika ada kesalahan deskrkipsi tempat dan lain-lain ya. :)

.

.

.


- Handaru Kalandra -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Handaru Kalandra -

.

.

.

Jangan lupa follow, vote, komen, dan share.

Terima kasih sudah membaca, semoga sehat dan bahagia selalu ya.

Ayo berteman juga di instagram @jendelaa_kamar

Salam Hormat,

s. weje

🌻🌻🌻

KRISAN PUTIH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang