Mencari Jejak

49 0 0
                                    

Rey memiliki misi tersendiri kenapa harus ke Cirebon meskipun ia tidak memiliki petunjuk apapun, yang ia yakini Cirebon akan membukakan jalan bagi dirinya.

Pikiran Rey sudah mengudara mencoba mencari tahu kemungkinan apa yg akan terjadi saat dia di Cirebon apakah mendapat penglihatan atau hanya sekedar pepesan kosong.

Arkha tertidur lelapnya, seperti biasa pelor (nempel molor), Rey berusaha terjaga meskipun banyak hal yg ia pikirkan.

Keluar tol Cipali Rey membangunkan Arkha, meminta petunjuk arah ke rumahnya.

Sesampainya di Rumah Wisnu kaget belum hari sabtu Arkha sudah pulang bersama dengan Rey, Wisnu dan Widya sudah mengenal Rey melalui video call.

"Nak Rey !!!" Widya terkejut

"Akhirnya ke Cirebon juga kamu Rey" Kata Wisnu sambil menepuk pundak Rey.

"Rey, maksa pengen ke Cirebok Pak, katanya penasaran di Cirebon ada apa ?" Celoteh Arkha

"Masuk-masuk nanti Ibu mu, belikan Nasi Jamblang biar Rey cobain makanan khas Cirebon" tukas Wisnu

"Pak boleh nggak kalau makan nasi Jamblangnya langsung di penjualnya ?" Pinta Rey

"Maklum Pak, Rey makannya banyak" kata Rey lagi

Tawa mereka pecah, mereka masih duduk santai menikmati teh anta (tidak manis tidak tawar) dan surabi sambel oncom.

"Pak, Cirebon enak ya ?" Tanya Rey

"Enak apanya Rey ini di kampung nggak ada apa-apanya" Jawab Wisnu

"Pak, yuk " Ajak Widya

"Wah, Ibu mu semangat sekali mau makan di luar bebas masak ya Bu?" Tanya Wisnu sambil meledek.

"Mah, kamu ikut yuk ?" Ajak Arkha kepada Kaima keponakan Widya

"Nggak ah Kha, di rumah aja, oleh-olehnya aja" canda Kaima

"Daun jati ?" Ledek Arkha

Kali ini Arkha nyetir mobil biar bisa satset dan nggak nanya-nanya arah lagi.

Arkha melewati rumah peninggalan Kakek dan Neneknya, Rey takjub dengan ketimpangan bangunan yang ada di desa Arkha ada gudang besar dan rumah tua.

"Rey, lu percaya nggak kalau satu desa ini hampir 25% tanahnya milik Kakek gue" Canda Arkha

"Ia, kan Pak ?" Tanya Arkha kepada Wisnu

"Bukan, Kakek mu dulu cukup terpandang di desa ini Kha tepatnya begitu" Jawab Wisnu berusaha meluruskan.

Rey masih menulusuk mencari jejak-jejak peninggalan Kakek dan Nenek Arkha.

Rey melihat perempuan seperti penari tersenyum, melambaikan tangan kepadanya di pagar gudang, Rey hanya membalas senyum perempuan tersebut dan kembali pada obrolan Arkha dan Wisnu.

Waktu terhenti seketika, Rey berkelana dalam dirinya meskipun Rey sedang menikmati Nasi Jamblang favorit di Cirebon.

Rey melihat ada tembok besar yang terbangun membentengi rumah keluarga Arkha, terlihat pria tampan berpawakan tidak terlalu besar begitu arogan yg sedang memeriksa hasil panen petani tua yang akan di jual kepadanya.

Terlihat pria arogan itu membayar hasil panen dengan tidak layak, petani tua itu terlihat tidak berdaya hanya menerima saja hasil panennya di beli dengan harga murah.

Rey mengikuti arah petani tua itu keluar benteng, Pandangan Rey terhenti pada sosok perempuan yg tadi melambaikan tangan dan tersenyum padanya.

Perempuan bergegas menghentikan petani tua, memberikan sesuatu kepada Bapak-bapak yang baru saja menjual hasil panennya kepada pria arogan tersebut.

Bapak tersebut terlihat sangat berterima kasih lalu mencium tangan perempuan.

"Segeralah pulang, supaya istri mu bisa masak, jangan pernah berhutang ke Atmadjaya lagi" pinta perempuan tersebut.

Perempuan itu pun bergegas mempercepat langkahnya mengitari benteng agar tidak di ketahui pria arogan yg bernama Atmadjaya.

"Menul.. menul..." bisik perempuan tadi di balik pintu

Perempuan yg bernama Menul pun membuka pintu, Rey langsung mengenali 2 perempuan tersebut, perempuan yg datang dalam penglihatannya saat dia mandi dan pingsan.

Tetapi perempuan yg menggedor pintu Rey masih ragu apakah ini perempuan yang sama dengan yg di gudang tersenyum padanya.

"Rey..." panggil Arkha

Rey langsung terperanjat dan keluar dari masa lalu.

"Lu makan apa aja mau di hitung?" Tanya Arkha

Rey kebingungan karema Rey merasa belum makan kok sudah selesai saja.

"Bentar Kha, gue mau nambah kayak tadi dong Bu" Pinta Rey menyodorkan piring beralaskan daun jati.

Wisnu dan Widya tertawa melihat Rey makan begitu banyak, untung saja penjual hafal yg di makan Rey.

"Kenyang gue"

"Gimana nggak kenyang porsi raksasa" seloroh Arkha

"Enak Nak Rey ?" Tanya Widya

"Enak banget bu" Jawab Rey

Mereka pun kembali ke rumah, tapi yg heran kenapa jalan pulang arahnya berbeda dari berangkat.

"Kha, ini jalannya beda ya ?" Tanya Rey

"Yup, kita jalan muter sekalian ibu mau beli martabak buat Kaima" owh

Wisnu menangkap hal aneh pada Rey, porsi makan Rey tidak wajar 12 bungkus nasi, 10 tusuk sate kentang porsi yg cukup besar.

Porsi yang seharusnya bisa di makan 4 - 6 orang.

"Ah mungkin Rey lapar saja" meyakinkan diri.

BERSAMBUNG

NB : yang sudah baca komen dong biar saya semangat membuat episode berikutnya

Memutus KutukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang