ACDD 31# MENEPATI JANJI
"Mencintainya boleh, tapi jangan memaksa untuk memilikinya. Jika memang dia jodohmu, dia pasti akan datang kepadamu serumit apapun keadaannya."
~Aisfa (Cinta dalam Doa)~
🕊🕊🕊
Sekitar pukul 7 pagi tadi pemakaman Aisfa telah selesai. Adzriel memegang pundak istrinya yang enggan beranjak dari sana, padahal jam sudah menunjukkan pukul 9 lebih. Sudah dua jam lebih mereka berada di sana. Adzriel memaklumi hal itu, selain dirinya Naysila juga yang paling terpukul atas kehilangan putrinya.
"Nay, pulang yuk. Besok ke sini lagi. Kamu belum sarapan sama sekali. Nanti kamu sakit," ucap Adzriel membujuk istrinya.
Naysila menatap suaminya dengan tatapan nanar sebelum akhirnya air mata itu tumpah kembali.
"Mas, jujur sakit banget. Putri kita satu-satunya sudah tiada."
Adzriel memeluk istrinya. Keadaannya tak kalah rapuh. "Sama, Nay. Tapi kita gak mungkin terus-terusan seperti ini. Aisfa pasti sedih lihat kita begini."
Naysila mengangguk dalam pelukan suaminya. "Putri kita hebat kan, Mas. Dia meninggal dalam keadaan Masya Allah indah."
Adzriel tersenyum dengan air mata tertahan. "Makanya jangan bersedih lagi. Ayo pulang."
Perlahan Adzriel membantu istrinya berjalan menuju mobil mereka. Naysila menatap makam putrinya sebelum benar-benar pergi.
"Besok ibu balik lagi ya, Nak. Maaf ibu tinggal dulu," lirihnya.
Naysila sudah tidak tahan lagi berada di sana. Dadanya sesak, kehilangan satu-satunya putri yang ia miliki. Dalam lubuk hatinya, ia berharap dari perenggutan ini, semoga Allah menabahkan hatinya dan membuatnya percaya bahwa semua takdir yang telah ditetapkan-Nya adalah yang terbaik.
"Sebenarnya hari ini kita dapat undangan dari keluarga pesantren Darul-Qur'an. Gus Alfatih mau menikah, Nay," beritahu Adzriel tiba-tiba.
Naysila tertegun di tempatnya. Seketika timbul persangkaan buruk di hatinya. Apa kenyataan pahit itu yang membuat putrinya drop sampai meninggal? Naysila menggeleng pelan, merasa pikirannya ini salah besar. Semua terjadi atas kehendak Allah.
"Kenapa?" bingung Adzriel melihat istrinya menggelengkan-gelengkan kepalanya.
"Gak papa, Mas. Jadi gimana sama undangannya? Gak enak kalau kita gak hadir. Karena bagaimana pun juga Darul-Qur'an pernah menjadi bagian dalam hidup putri kita."
"Resepsinya siang nanti. Pagi ini akadnya. Jadi kalau mau ke sana kamu masih punya waktu untuk istirahat. Sementara kamu istirahat aku mau menyiapkan acara tahlilan untuk putri kita."
"Iya, Mas.
Setelah percakapan itu hening melanda kedua insan yang masih berduka itu. Potongan demi potongan kenangan bersama Aisfa seperti sebuah cuplikan yang terus mengintai pikiran mereka yang masing-masing berusaha menguatkan diri.
Naysila merogoh sebuah undangan di atas dashboard dengan tangan gemetar. Melihat nama mempelai lelaki membuat matanya memanas bukan tanpa sebab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisfa (Cinta dalam Doa)
EspiritualSeperti kata pepatah, berharap kepada manusia adalah patah hati paling disengaja. Hal itu pulalah yang dirasakan oleh Aisfa, mantan badgirl yang sedang memperbaiki dirinya. Ia yang trauma dengan cinta dan pernikahan mendadak merasakan getaran cinta...